Salah satu narasi yang bergemuruh dalam sejarah negri ini dalam kurun 15 tahun terakhir adalah fenomena kebangkitan kelas menengah. Middle class explosion.
Avanza Effect. Indomart Effect. Android Effect. Inilah diantara tiga fenomena mencolok yang menyertai ledakan kelas menengah Indonesia.
Dan karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, maka ledakan kelas menengah Indonesia sejatinya sama dengan Middle Class Moslem Explosion.
Lalu, pelajaran bisnis apa yang bisa ditelisik dari fenomena kebangkitan kelas menengah muslim Indonesia itu?
Tulisan ini mencoba mengulas sebuah buku baru yang menarik berjudul “Marketing to the Middle Class Moslem” karangan pakar pemasaran Yuswohady (Yuswo lama bekerja di Markplus dan menulis banyak buku bersama sang begawan Hermawan Kartajaya, sebelum ia resign dan mendirikan lembaga konsultan pemasaran sendiri di tahun 2010).
Dalam bukunya itu, Yuswo mendedahkan beragam fenomena bisnis yang mencuat karena hadirnya ledakan kelas menengah muslim Indonesia.
Dalam industri perbankan misalnya, kini hampir semua bank besar telah memiliki unit bank syariah demi menangkap peluang besar hadirnya konsumen perbankan yang concern dengan nilai-nilai syariah. Pun demikian, kini muncul beragam produk investasi syariah – mulai dari asuransi hingga reksadana syariah.
Dalam industri makanan, label halal kian menjadi sesuatu yang amat penting. Konon penjualan roti Breadtalk agak menurun semenjak produk itu tak lagi memasang label halal dalam kemasannya.
Dengan kata lain, label halal telah menjadi salah satu instrumen pemasaran yang krusial dalam menjaga angka penjualan sebuah produk. Sebab kini makin banyak konsumen muslim yang concern dengan hal ini.
Dalam industri komestika, produk Wardah mendadak melejit karena menerapkan konsep pembuatan kosmetik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (tidak menggunakan bahan yang haram misalnya). Melejitnya Wardah sebagai “ikon kosmetik perempuan muslimah” ini segera direspon oleh Sari Ayu yang akhirnya merilis lini komestik muslimah.
Revolusi hijabers adalah fenomena lain yang menyeruak dibalik meledaknya kelas menengah muslim Indonesia. Perancang-perancang ikonik busana muslimah seperti Dian Pelangi, Ria Miranda hingga Irna Mutiara (Up2Date) menjadi idola jutaan perempuan muslimah tanah air.
Penjualan busana muslimah booming. Produk Up2Date misalnya punya target penjualan Rp 400 milyar tahun ini (usaha ini dimulai oleh Irna Mutiara, ibu rumah tangga biasa yang sekedar ingin membantu sang suami menambah penghasilan keluarganya. Tak terbayang, omzetnya ternyata bisa tembus hingga ratusan milyar. Impossible is nothing).
Btw, foto elegan yang menyertai artikel ini adalah salah satu produk Up2Date. Meski lelaki, saya suka dengan desain produk-produk mereka (suka sama modelnya juga sik).
Dalam bukunya, Yuswo juga memetakan tipologi konsumen kelas menengah muslim Indonesia. Sebuah tipologi konsumen yang layak dicermati, dan mungkin juga merepresentasikan kelas menengah muslim Indonesia secara general.
Yuswo menyebut tipe konsumen muslim pertama adalah Muslim Apathis. Ini adalah kelompok konsumen muslim dengan wawasan pengetahuan dan level ekonomi yang masih relatif rendah. Kelompok ini tidak begitu peduli apakah suatu produk bermuatan nilai-nilai keislaman atau tidak.
Tipe konsumen kedua adalah Muslim Rationalist. Kelompok ini punya wawasan pengetahuan yang baik, open minded, dan juga relatif bagus ekonominya. Namun kelompok ini sangat pragmatis dalam pemilihan produk yang akan dibelinya, dan hanya fokus pada manfaat.
Bagi mereka, label Islam atau value proposition syariah bukanlah menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
Tipe konsumen ketiga adalah Muslim Conformist. Tipe ini adalah konsumen muslim yang amat taat beribadah dan menerapkan nilai-nilai Islam secara normatif. Kelompok ini amat strict dalam memutuskan membeli produk – dimana nilai-nilai syariah menjadi pertimbangan yang amat penting.
Mengambil contoh : mungkin bagi tipe ini, hijabers modis (apalagi jilboob) adalah haram dan tidak layak digunakan. Kalau mau memakai hijab ya harus sesuai syariah murni – kerudung lebar dan panjang hingga menutupi rapat tubuh.
Tipe konsumen yang keempat atau terakhir adalah tipe Muslim Universalist. Kelompok ini punya wawasan pengetahuan yang baik, tingkat ekonomi yang relatif bagus, dan sekaligus toleran dan open minded dalam menjalani hidup.
Kelompok ini mungkin selalu mengabungkan nilai-nilai subtantif keislaman dalam melakukan keputusan pembelian produk : dalam artian memilih produk yang halal, tidak merusak/konsumtif berlebihan, sekaligus mampu menawarkan economic benefit yang bagus.
Jika Anda praktisi dan pelaku bisnis, buku Marketing to Middle Class Muslim ini amat layak disimak. Ada banyak kiat dan strategi yang dipaparkan untuk bisa menangkap peluang ledakan kelas menengah muslim ini dengan jitu.
Kebangkitan kelas menengah Muslim Indonesia masih akan terus berlangsung hingga beberapa dekade mendatang.
Mudah-mudahan kebangkitan konsumen muslim ini juga bisa membawa keberkahan bagi segenap negeri. Bisa membawa negri ini menjadi negeri makmur – Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.
Photo credit by : Up2Date
Wow…sangat inspiratif jika seorang Ibu RT biasa bisa memiliki omzet bisnis hingga ratusan milyar. A must read book…! Segera meluncur ke TKP gan,…
menarik
Wahh hebat sekali dan menginspirasi … memang artikel mas Yodia Luar Biasa
mantap pak artikelnya 🙂
Semua artikel pak Yodhia sudah saya simpan pak. Sungguh dahsyat, inspiratif dan nambah wawasan. Walaupun usia saya sudah 66 tahun, saya merasa seperti tersiram semangat muda kembali.
Sayang free ebook bapak tidak bisa saya download. Saya isi alamat email, kemudian saya subscribe, tidak bisa, karenasudah terdaftar. Padahal saya belum punya buku itu.
Bagaimana cara download atau mendapatkan ebook itu pak?
Terima kasih
Heru Kusumanto
tulisan yang sangat renyah dan menggigit, tapi tetap kita dituntut untuk kreatif menciptakan peluang pasar agar bisa dapet duitnya maksimal, kl cuma jadi followers ya dapet duitnya gitu deh
Very inspiring pak, kami sangat suka berlangganan dengan artikel bapak
Sangat bermanfaat, jadi pengen cepat beli bukunya karna kebetulan baru bisnis hijab dan busana muslim. Terima kasih
mungkin melenkapi satu tipe muslim idealis:
punya wawasan pengetahuan yang baik, tingkat ekonomi yang relatif bagus, taat beribadah dan menerapkan nilai-nilai Islam secara komperhenshif, sekaligus toleran dan open minded dalam menjalani hidup.
Klo middle class, kenapa yg apatis include ya pak? Kan level ekonomi relatif rendah.
Poside (10) : menengah rendah maksudnya. Kelas menengah terdiri dari menengah bawah (penghasilan 2 – 3 juta/bln), menengah (4 – 9 juta/bulan), dan menengah atas (10 juta ke atas).
Alhamdulillah..
Dapet inspirasi bisnis baru nih pak….
matur nuwun pak 🙂
Sangat inspiratif dan menarik artikelnya, thanks pak
sangat menraik infonya, makasih pak
Sangat inspiratif dan selalu berfikir untuk inovatif dan creatif setelah membaca blog strategi ini. Makasih Pak Yodhia
Artikel bagus soal busana muslim ini keren banget.
Bagus sekali & bermanfaat. Tiap mereka yang pakai maupun lagi cari busana muslim spt koko dan gamis di Indonesia wajib baca tulisan ini.
Mampir juga situs yamin, ada ulasan menarik yg bisa jadi bermanfaat buat para fans busana muslim dari Baju Muslim Keke.
Thanks.
Subhanalloh… dpt mengangkat harkat dan martabat muslimin/mat, jazakalloh, trimakasih semoga artikel yg membuat dan yg membaca & mengamalkan mendapat berkah dari ALLOH SWT, amin YRA.
Keren banget bro, thank you sharingnya. Ini artikel yang saya cari selama ini.
Info tentang hosting yang sangat berguna.
Sekedar usul tulis juga sist ulasan terkait domain murah dan toko online.
Saya mau ngerti banget soal itu.