5 Mitos Berbahaya yang Wajib Anda Ketahui tentang Uang dan Kekayaan

mercy original - resize 2Ini mungkin sebuah kalimat magis yang ingin diraih oleh kebanyakan orang.

Kemakmuran. Prosperity. Keberlimpahan. Pada akhirnya, kita semua berjibaku kerja dari pagi hingga petang atau bahkan malam, adalah demi uang. Demi nafkah untuk keluarga dan masa depan.

Problemnya, dalam perjalanan mencari nafkah dan kemakmuran itu, ada 5 mitos yang keliru dan berakibat fatal dalam pemahaman kita mengenai uang, kekayaan dan orang kaya.

Mau tahu apa 5 mitos itu? Siapkan kopi atau teh hangat, dan simak baik-baik tulisan renyah ini.

5 mitos ini acap beredar dalam pikiran sebagian orang, dan sering membawa dampak buruk dalam pemahaman kita mengenai uang dan kekayaan.

5 mitos ini ada yang muncul secara mencolok dalam bentuk nasehat dan pepatah. Namun ada juga yang diam-diam mengendap dalam hati sebagian besar orang. Mari kita bongkar satu demi satu 5 mitos ini.

Mitos #1 : Orang kaya itu sombong dan hanya memikirkan nafsu dunia saja. Mitos ini seperti hendak memberikan gambaran bahwa orang kaya itu hanya mementingkan gemerlap materi duniawi saja. Seolah-olah semua orang kaya itu adalah “gambaran evil (setan) yang berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan materi dunia”.

Saya merasa mitos itu tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya saya malah punya hipotesa seperti ini : semakin Anda kaya, semakin religius hidup Anda.

Saya mau cerita dua fakta yang cukup mencengangkan. Ada dua perumahan mewah di daerah Cibubur dan Bekasi. Dua mesjid di dua perumahan mewah itu, setiap shalat subuh ramainya seperti Jum’atan. Amazing.

Benar, setiap fajar pagi, setiap adzan Subuh berkumandang, dua mesjid itu sudah penuh sesak dengan mobil mewah, mulai dari Honda CRV hingga Mercedes Benz. Setiap subuh.

Komunitas orang kaya di dua mesjid itu juga rutin menyumbang dana untuk membangun sekolah bagi para orang tidak berpunya.

Mengatakan orang kaya itu identik dengan nafsu serakah demi materi duniawi adalah kesalahan persepsi yang cukup fatal. Bisa menanamkan pikiran bawah sadar bahwa menjadi kaya itu dosa. Aneh.

Padahal seperti fakta yang saya ceritakan diatas : menjadi kaya bisa juga menjadi mulia. Setiap subuh, rutin sholat di mesjid, dan rajin memberi sodakoh bagi orang tidak punya.

Mitos # 2 : Kalau mau kaya, korupsi saja. Ini mitos yang juga sama absurdnya. Orang yang mengatakan kalimat seperti itu adalah “korban manipulasi media”.

Memang, hampir setiap hari berita di televisi dan koran selalu memuat kasus korupsi. Lalu, muncul mitos dan persepsi yang SALAH bahwa seluruh orang Indonesia itu koruptor, dan untuk kaya harus jadi koruptor.

Itu mitos yang benar-benar menghina jutaan orang (pedagang kain, penjual batik, pemilik usaha Bolu Meranti, kebab Baba Rafi, kaos Joger, dll) yang mencari nafkah dan kaya dengan cara yang barokah.

Namun media memang harus seperti itu supaya laku, dan anehnya, publik malah menikmatinya.

Padahal studi ilmiah sudah menunjukkan : makin sering Anda nonton berita di televisi, makin Anda tidak obyektif melihat realitas dunia (Seligman, 2007).

Penelitian lain lebih mengejutkan : berita-berita yang gencar tentang kasus korupsi dan narkoba kadang JUSTRU MENDORONG orang untuk juga melakukan korupsi dan menjajal narkoba (Chip and Dan Heath, 2010).

(Itulah kenapa sudah 5 tahun ini saya TIDAK PERNAH NONTON televisi, kecuali Sport and National Geographic Channel. Dan terus terang, hidup saya menjadi lebih tentram. Tidak stress gara-gara berita televisi yang lebay).

Namun manipulasi media itu berakibat fatal : sejumlah orang lalu punya persepsi dan mitos yang SALAH bahwa untuk menjadi kaya harus menjadi koruptor. Media sukses memberikan edukasi yang salah.

Padahal seperti kisah-kisah entrepreneur muda yang sering saya ulas disini : selalu ada beragam cara untuk menjadi kaya dengan cara yang mulia.

Mitos # 3 : Hemat Pangkal Kaya. Ini juga mitos yang rada-rada aneh. Kalau penghasilan Anda hanya 3 juta/bulan, mau hemat sampai setengah mampus, ya tetap ndak bisa kaya. Mau kaya dari Hongkong?

Kalau ada satu keluarga dengan dua anak di Jakarta, penghasilan hanya 3 juta/bulan – ya pasti hematnya sudah sampai jungkir balik : makan mungkin hanya satu kali sehari, dan sarapannya indomie rebus terus sepanjang tahun. Apakah dengan hemat maksimal seperti ini lalu akan menjadi kaya? Hello.

Memberikan nasehat untuk hidup hemat pada orang yang penghasilannya pas-pasan malah seperti tidak punya simpati : apanya lagi yang mau dihemat, wong untuk beli makan saja sering ndak cukup.

Nasehat hemat pangkal kaya memang separo ilusi. Sebab hanya berfokus pada hemat hanya akan membuat hidupmu stagnan.

Fokus pada hemat malah bisa membuat Anda lupa pada sisi lain yang jauh lebih krusial : cara supaya penghasilanmu naik secara eksponensial, atau naik 10 kali lipat (bukan hanya 10% per tahun).

Cara-cara kreatif untuk secara dramatis meningkatkan income jauh lebih penting daripada 1001 cara hidup berhemat.

Sebab sekali lagi, sehebat-hebatnya kamu berhemat, jika penghasilanmu stagnan ya dampaknya segitu-gitu saja. Paling mungkin hanya bisa hemat 10% – 20% dari penghasilan.

Namun jika Anda sukses meningkatkan income secara eksponensial, potensi dampaknya bisa 1000% atau bahkan 10.000 %.

Maka jangan terbuai kalimat Hemat Pangkal Kaya yang separo ilusi. Fokus pada percepatan peningkatan rezeki.

Mitos # 4 : Menabung Pangkal Kaya. Ini lagi, mitos jadul yang ndak mati-mati.

Look, kalau uang Anda hanya ditabung di bank atau bahkan disimpan di brankas lemari, nilai pertumbuhannya cenderung akan kalah cepat dengan inflasi. Dengan kata lain, nilai uangmu bisa pelan-pelan tergerus tanpa terasa. Mau kaya darimana, wong nilai uangnya malah ilang.

Yang benar bukan menabung (saving) tapi alokasikan uang sisa Anda untuk investasi (invest). Pilihan investasinya bisa properti (sedikit demi sedikit beli tanah di pinggiran kota atau di kampung halaman, atau yang dekat kampus supaya bisa jadi kos-kosan).

Investasi lain bisa ditanamkan ke reksadana (kalau serius ndak usaha banyak nanya. Googling saja, semua informasi lengkap ada disana). Baiknya langsung beli produk reksadana; dan bukan yang di-bundling model Asuransi Unitlink (ini produk aneh, yang kurang menguntungkan konsumen dalam jangka panjang).

Atau juga investasikan uang Anda untuk modal bisnis/usaha. Pilihan jenis usaha yang cocok bisa Anda lacak di website ini.

Mitos # 5. Oke ini mitos yang terakhir, dan paling fatal akibatnya.

Kadang-kadang saya mendapatkan respon seperti ini dari pembaca atau follower di Twitter : “Mas, ndak usaha capek-capek ngomong tentang kekayaan. Toh kekayaan tidak akan dibawa mati”.

Respon seperti itu adalah wrong and wrong. Kalimat mitos yang salah kaprah.

Kekayaan akan kita bawa sampai mati hingga akhir jaman, jika kita membelanjakan kekayaan kita untuk memberangkatkan orang tua naik haji atau membangun mesjid.

Kekayaan akan menerangi kita saat kelak kita beristirahat di alam kubur, jika kekayaan itu kita gunakan untuk menyekolahkan anak yatim atau membangun perpustakaan gratis di kampung halaman.

You get the points, right?

Kekayaan pasti akan kita bawa sampai mati jika kita belanjakan ke jalan yang mulia dan penuh keikhlasan.

Mengatakan “kekayaan ndak akan kita bawa sampe mati” adalah kalimat ajaib yang berangkat dari asumsi keliru, bahwa kita membelanjakan semua kekayaan kita hanya untuk foya-foya belaka. Sebuah asumsi yang berdasar mitos belaka.

Orang yang mengatakan : “ndak usah omong banyak tentang kekayaan, toh kekayaan tidak akan kita bawa sampe mati”, mungkin disebabkan dua alasan : 1) orang itu mau menghibur diri karena penghasilannya masih pas-pasan atau 2) orang itu tidak tahu cara menjadi kaya dengan halal dan membelanjakan hartanya di jalan yang mulia.

Daripada komentar nyinyir bernada pesimis seperti itu, mungkin jauh lebih baik berkomentar dalam hati seperti ini.

Mari kita menjadi kaya dengan cara yang mulia, sehingga kita bisa membangun 9 mesjid di penjuru Nusantara.

Atau : mari kita menjadi kaya dengan cara yang mulia, sehingga kita bisa menyekolahkan 99 anak yatim.

Atau ini : bismillah, saya akan menjadi kaya dengan cara yang mulia sehingga saya bisa memberangkatkan orang tua naik haji.

DEMIKIANLAH, 5 mitos fatal tentang uang, orang kaya dan kekayaan. Selalu kenanglah 5 pelajaran diatas dalam perjalanan panjang Anda meraih kemakmuran yang penuh barokah.

Kenapa 5 mitos itu layak kita kenang? Sebab jika kita punya persepsi atau mindset yang keliru tentang kekayaan dan keberlimpahan, maka ini bisa benar-benar membuat nasih hidup kita stagnan.

Akhir kata, teriring doa ikhlas dari saya untuk Anda semua :

Semoga Anda semua diberi jalan rezeki yang lapang, dan bisa menjadi insan yang memiliki kekayaan sejati : kaya spiritual, kaya finansial, kaya kebaikan dan kaya kemuliaan.

Photo credit by : Mercedez Benz

49 thoughts on “5 Mitos Berbahaya yang Wajib Anda Ketahui tentang Uang dan Kekayaan”

  1. bersyukur, kelima mitos diatas sudah ditanggalkan bertahun tahun sebelumnya.. Perjalanan hidup adalah pelajaran yg sesungguhnya.

    semoga kta semua meraih kekayaan sejati.. Amin.

  2. klo soal sombong ga cuma orang kaya, orang miskin juga banyak ko yang sombong.

    soal berita di media, memang sangat menjengkelkan. mereka lebay bahkan cenderung alay.

    share juga dong tontonan apa saja yang layak dinikmati agar hidup tentram sejahtera ?

  3. Bukan berhemat yang bikin kaya tapi meningkatkan pendapatan yang buat kita bisa berlebih kemudian berbagi. Mitos memang banyak yang sesat kalau dipercaya tanpa dipikir lagi 🙂

  4. Oleh sebab itu, kita tidak hanya dituntut kreatif, tetapi juga dituntut agar kritis.

    Jalan menjadi kaya dimulai dengan kesadaran, kreatif, dan pastinya sikap kritis.

    Upaya lain yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah edukasi yang salah dari media adalah dengan membuat dan mengunggah konten bergizi nan mengedukasi ke internet. Salah satunya seperti yang dilakukan Pak Yodhia ini. 🙂

  5. Pak Yodh,, ini ne cara berpikir otak kanan….ala mas ippho santosa
    Hehee,, kalau Bapak mengenal jurus2 nya ..kapan dong bahas tentang strategi nya ala mas ippho jg..
    Atau kalo bisa kolaborasi Tulisan maut & jurus maut Pak Yodhia & Mas Ippho
    Hehehe,,, maaf pak suggest ajah…

  6. Orang yg miskin adlh orang yg merugi…,semoga kita menjadi orang kaya yg mulia..amin YA RABB

  7. Setuju mas Yodh, kalau boleh menambahkan, banyak orang ingin kaya tapi gak siap mental untuk kaya. Jadi begitu mereka kaya, tingkah lakunya menyebalkan. Makanya mitos yg gak benar tentang orang kaya itu muncul…

  8. Bismillah…
    Semoga segala usaha kita senantiasa di ridoi allah swt..aamiin

  9. Maaf, OOT dikit. Kapan ya Indonesia punya saluran TV yg positif, isinya mencerahkan akal & jiwa.

    Mengulas kisah-kisah positif (suka duka enterpreuner, perjuangan anak bangsa menuju kesuksesan, dll dsb).

    Saya rasa materi untuk diliput banyak sekali, hanya saja minim produser yang melirik ke sana.

    Kalah sama sinetron, sitkom & acara-acara gosip selebritis.

  10. Artikel yang luar biasa…….Lebih kaya ….bisa punya dana serta waktu lebih lapang untuk beramal dan beribadah…..karena pendapat ini benar : kefakiran bisa menjadi penyebab kekufuran…

  11. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa orang-orang fakir Muhajirin mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal!”.

    Maka beliau bertanya, “Apa itu?”. Mereka berkata, “Orang-orang kaya itu melakukan sholat sebagaimana kami melakukan sholat.

    Mereka melakukan puasa sebagaimana kami melakukan puasa. Mereka bershodaqah, tetapi kami tidak bershodaqah.

    Mereka memerdekakan budak, tetapi kami tidak memerdekakan budak”. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah aku ajarkan sesuatu kepada kamu, dengannya kamu akan menyusul orang-orang yang telah mendahului kamu, dan dengannya kamu akan mendahului orang-orang setelah kamu, dan tidak ada seorangpun yang lebih baik dari kamu kecuali orang-orang yang melakukan seperti apa yang kamu lakukan?”.

    Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasûlullâh”. Beliau bersabda, “Kamu bertasbih, bertakbir, dan bertahmid tiga puluh tiga kali setelah setiap shalat”.

    Abu Shalih (seorang perawi hadits)berkata, “Kemudian orang-orang fakir Muhajirin kembali mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Saudara-saudara kami, orang-orang kaya, telah mendengar apa yang telah kami lakukan, lalu mereka melakukan seperti itu!”. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allâh yang Dia berikan kepada orang yang Dia kehendaki”. [HR. Muslim, no. 595]

    Tentang hadits ini, Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam dalam hadits ini terdapat dalil bagi orang yang menyatakan bahwa orang kaya yang bersyukur lebih utama daripada orang miskin yang sabar, namun dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat yang terkenal di kalangan Ulama Salaf dan Kholaf dari beberapa golongan. Wallâhu a’lam”

  12. Ada baiknya lebih di-define-kan kaya itu apa dr sisi pendapatan (diluar gaya hidup) agar lbh jelas dan tdk absurd dgn kondisi saat ini. Apakah “kaya” yg penghasilan diatas 3M? 5M ? 1 T pertahun ?
    Ini penting agar kita dpt target yg terukur. Juga biar nyambung dgn tulisan2 sblmnya seperti gaji manager dll.

  13. Saya sangat setuju bahwa itu semua memang mitos, terkadang saya pun sering terjebak dalam lingkaran mitos tersebut. Dalam blog saya, pernah saya sharing tentang Hemat pangkal kaya tidak berlaku universal, intinya mengulas bahwa tidak selamanya hemat itu mendatangkan kekayaan.

    Jebakan2 mitos seperti ini sejatinya mengarahkan seseorang pada paradigma yang keliru, bila tertanam dalam hati seakan-akan kekayaan itu sesuatu yang amat penting atau bahkan lebih menakutkan.

    dari 5 Mitos diatas, yang paling mencengangkan adalah nomor5, …….sesuai dengan yang selama ini saya cari.

    Terima kasih telah berbagi 5 mitos tentang Uang dan Kekayaannya Pak Yodhia.

    Salam

  14. ditunggu tulisan tentang cara meningkatkan kekayaannya Kang.

    “Hemat Pangkal Kaya”… sebuah mitos yang ditanamkan sejak bayi, tapi hasilnya gak jelas… sapa yang menciptakan sih 🙂

  15. No #1 dan No #5 itu cuma cara yang dicari-cari orang biar malas-malasan dan pembenaran untuk stay di zona nyaman dan menghina-hina orang lain.

    Kalau mau bicara agama ya, dalam agama juga diajarkan “berlomba-lomba lah dalam mengejar kebaikan” dan “Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah nasib mereka sendiri.”
    Dalam Islam, ga pernah diajarkan kalau kaya itu dosa. Malah diajarkan untuk berlomba-lomba nyari rejeki.Yang dosa itu kikir, pelit, ga bayar zakat, dan zhalim.

    Hidup itu cuma singkat dan sekali. Memanfaatkan hidup untuk kebahagiaan pribadi dan orang2 di sekitar kita adalah salah satu tanda kita bersyukur karena telah diberikan hidup. Jadi, jangan malas dan jangan cari-cari alasan buat malas. Itu namanya kufur nikmat (karena menyia-nyiakan nikmat waktu dan hidup) dan dosanya besar.

  16. setuju pak.

    tambah satu lagi mitos pak, alon-alon waton klakon-kalau bisa kaya diusia muda kenapa harus menunggu tua-kenapa harus “alon-alon”. haha

    kadangkala mitos dibuat untuk menyuburkan kemalasan atau keengganan untuk action merubah nasib.

    Regardz

  17. Sedikit komen untuk mitos yang pertama, karena mitos pertama adalah JUSTRU yang paling fatal. Mengapa?

    Ada satu ayat yang berbunyi kurang lebih “Jika engkau beramal untuk dunia, niscaya akan kuberikan dunia, tapi tidak akan mendapatkan apa2 diakhirat”.

    Bagi yang muslim silahkan mencari referensi sebanyak2nya dan sejelas2nya tentang ayat ini. Ulama2 banyak mengkaji ayat ini dan menyimpulkan bahwa ibadah tidak boleh dikaitkan dengan keduniaan, artinya kalau ibadah harus ikhlas (karena ingin diridhoiNya) bukan mengharap harta.

    Lalu apa tidak boleh kita mengharapkan kekayaan? tentu saja boleh, caranya bagaimana? ya berdoa dan berusaha.

    Kita dianjurkan untuk berdoa sebanyak2nya, apa aja bebasss!!!

    Yang tidak boleh itu beramal ibadah (sholat, puasa, zakat, menyantuni anak yatim, dsb) DENGAN TUJUAN ingin mendapatkan/menambah kekayaan. Karena kalau itu yang terjadi maka kekayaan mungkin akan mendatangi anda.

    Tapi menurut ulama, itu istilahnya amal kita dibayar lunas didunia. Setelah itu, ya karena sudah dibayar lunas maka kita tidak akan diganjar disurga 🙂

    Banyak orang jungkir balik keluar masuk panti asuhan menyantuni anak yatim, banyak juga yang bangun untuk sholat malam, banyak juga yang tidak sungkan menggelontorkan harta benda untuk disedekahkan, tapi niat mereka adalah untuk mendapatkan kekayaan.

    Dan kemudian terbukti kekayaan memang menghampiri kita. Nah, ini yang fatal!

    Jadi, kalau kalian percaya Tuhan dan juga surga dan neraka, harap dimengerti bahwa amal2 tersebut tidak valid lagi untuk menggapai tiket surga karena sudah habis digunakan didunia.

    Oleh karena itu, maksud perkataan saya adalah, jadilah orang kaya yang jangan cuma bisa bersyukur, tapi jadi orang kaya yang ikhlas dalam beribadah, ikhlas karena ingin surga dan ridhoNya, bukan beribadah karena ingin mendapatkan dunia.

    Pertanyaannya: apakah dengan ibadah ikhlas murni hanya ingin “dialog” dengan Allah kita bisa mendapatkan kekayaan?

    Jawabannya bisa! Selama kita yakin bahwa hanya Dia yang maha mencipta, maha menjadikan sesuatu atas kehendakNya, kita hanya tinggal berdoa. Jangan lupa Allah memberikan kita otak dan otot untuk berusaha dan bekerja.

    Selama kita memanfaatkan keduanya semampu kita dan tidak pernah menyia-nyiakannya pasti kekayaan akan bisa kita raih.

    Bagaimana jika sudah ikhlas tetap tidak terwujud harapan kita dan kekayaan kita masih segitu2 juga?

    Jawabannya: itulah iman, kita meyakini Allah maha berkehendak, bisa jadi kita ibadahnya belum murni karena itu Allah enggan memberi kita lebih, atau bisa jadi malah ibadah kita terlalu sempurna sehingga Allah ingin menguji kesabaran kita lebih jauh lagi (naik level keimanannya) atau Dia hanya ingin mengganjar ibadah kita disurga, bukan didunia. Wallahu’alam….

    So, mas Yodhia hipotesa anda tentang “Semakin Kaya Anda, Semakin Religius Anda” menuju kepada dua kesimpulan:

    1. Sikaya menjadi religius karena sebagai ungkapan rasa syukur.
    2. Sikaya menjadi religius karena tahu dengan beribadah(khusus mengharap dunia) bisa mendapatkan dunia.

    Silahkan anda ingin menjadi orang kaya tipe 1 atau 2.

  18. Mitos tambahan, Kaya bikin kufur nikmat …
    sepertinya tidak benar sepenuhnya. kita bisa melihat bagaimana orang kaya justru lebih bisa bersyukur daripada orang miskin. menghargai hasil jerih payah dan titipan berupa rejeki.

  19. Saya sependapat untuk mitos yang ke- 3.

    Karena saya telah membuktikan sendiri, dulu saya mati-matian berhemat.

    Tapi sekarang masih tetap aja berhemat, hehehe.. bukan dink sekarang saya fokus ke sumber uang (ilmu).

    Memang benar fokus ke penghasilan adalah jalan terbaik untuk mengubah cara pandang tentang kaya itu sendiri.

    Bayangkan dulu saya fokus berhemat, mau beli ini, itu yang sifatnya untuk membangun malah ndak kebeli. Tapi sekarang saya boros. Harus beli ini dan itu buat meningkatkan potensi saya.

  20. Betull itu pak, banyak wejangan2 kuno yg g relevan lg dijaman sekarang. “le ga usah neko2 bisnis yg blm jls, kerja aja yg tekun”

    hahaa

  21. Pak Yodia, mitos 3 vs tulisan sblmnya “Fakta Ilmiah Mengejutkan Relasi Uang dan Kebahagian” koq sepertinya bertentangan. Bs dijelaskan ?

    1. Setiap artikel kadang mengandung pemikiran dan gagasan yang berbeda-beda.

      Terserah pembaca, mana yang mau dipilih, dan diterima. Dibutuhkan kecerdasan pembaca untuk memilah mana yang cocok bagi dirinya, dan mana yang tidak.

      Tidak ada paksaan untuk mengikuti opini yang ada.

      Be explorative. Be independent. Be creative.

  22. bismillah, saya akan menjadi kaya dengan cara yang mulia sehingga saya bisa memberangkatkan orang tua naik haji.

  23. ada yang kaya karena justeru semakin religius, ada yang kaya justeru makin lupa diri.

    Tapi intinya saya sepakat, kaya bukanlah monster yang harus ditakuti melainkan jalan kebaikan yang harus ditempuh.

    Terus terang kadang saya suka lupa diri dengan usaha yang saya jalankan.

    Artikel yang Mas sajikan sangat lugas dan mengingatkan tujuan awal saya..

    Terima kasih sebelumnya. salam kenal

  24. Mas Yodhia,

    Saya tertarik saat membaca tentang asuransi unitlink yang kurang menguntungkan dalam jangka panjang.. boleh dijelaskan lebih detail mengapa demikian?

    nb: saya bukan agen asuransi, cuma penasaran saja 🙂

    thank you in advance

    1. Bahan2 bisa dicari via google.

      INTINYA : komisi atau fee yang harus dibayarkan ke asuransi cukup besar, sehingga menurunkan potensi keuntungan investasi reksadana.

      Misal : kalau beli reksana sendiri, keuntungan (capital gain atau return) bisa 50 %. Gara-gara beli via bundling asuransi, capital gain mungkin hanya 25%. Hilang separo gara-gara bayar komisi ke pihak asuransi.

      Sebaiknya kalu mau beli asuransi, ya asuransi saja – tidak usah dibundling. Demikian juga, kalo beli reksadana ya langsung saja. Beli secara terpisah.

      Potensi keuntungan lebih baik.

  25. memang pemikiran kita yang muda2 ini harus dibuka lebar2 dan diganti dengan mindset yang baru, bahwa hidup harus kaya….
    untuk digunakan sangu ngibadah, shodaqoh dan kegiatan sosial lainnya…

    nice share mas yodhia…

  26. Wuiiih…sampai merinding saya bacanya.

    Mungkin ini salah satu ulasan terbaik dari bung Yodh….

    terima kasih, semoga menginspirasi banyak orang.

    Mohon ijin share ke teman-teman saya. Salam…

  27. entah kenapa dalam pikiran saya sendiri saya malah ingin jadi kaya untuk orang lain.

    Ingin sekali rasanya membantu mereka-mereka yg membutuhkan. Setidaknya bs berbagi kebahagiaan hehe

  28. saya gak tahu harus berterimakasih dengan cara apa ke Mas Yod…

    bukan hanya keren tapi manfaatnya luar biasa…

    teruskan ceritanya biar orang lain makin banyak dapat manfaatnya dari tulisan mas Yod…

    bismillah saya akan kaya mendirikan yayasan pendidikan diseluruh pelosok negri

  29. wah wah. telat membaca artikel ini, tetapi tidak rugi karena langsung memberikan semangat, semangat untuk meningkatkan omset jualan atau percepatan rezeki.

    Jadi kaya tapi rezekinya barokah, bisa berguna untuk orang lain tentu lebih mulia.

    Makasih tulisan yang memotivasi ini mas.

  30. Mitos yang kelima pak Yodhia..

    Kekayaan tidak dibawa mati… ini yang paling saya sering dengar…

    saya sepakat dengan pak Yodhia.. bahwa kekayaan kita bisa menjadi amal jariyah kelak kalau kita sudah tiada apabila kita menyumbangkan untuk kepentingan orang banyak… semangat!!!

  31. Mitos itu pembenaran yang dibiasakan..
    Orang kaya itu ndak percaya mitos makanya dia kaya..

  32. Ulasan yang maknyus sehingga membuat terus bersemangat dalam mengejar rezeki.

    Pak Yodh, terus berkarya dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain.

    semoga Allah SWT membalas kebaikan hati anda. Amin YRA

  33. Dahsyat mas, memang 5 mitos itu yang menghantui orang Indonesia kini.

    Padahal dulu zaman Nabi banyak yang kaya raya, tapi bisa zuhud; pakaian hanya 2, rumah gubuk saja, tapi sedekahnya luar biasa untuk ummat. 🙂

    (*jaman sekarang hidup kayak gitu mah susah ya)

  34. Pepatah yang selalu saya pegang adalah “terlahir sebagai orang miskin itu gak salah, yang salah itu kalo mati sebagai orang miskin”

    jadi mati harus sebagai orang kaya, ttapi kaya sesuai keinginan masing2, seperti kaya ilmu, materi, pengalaman dll.

  35. mantab mantab

    semakin terang jalan saya menuju kekayaan nan mulia. bismillah… naikin haji orang tua + bangun mesjid. amien….

Comments are closed.