3 Perilaku Aneh yang Akan Membuat Anda jadi Tampak Bodoh dan Katrok

creative-sparksSukses dalam dunia kerja dan dunia bisnis amat membutuhkan kecakapan, baik dalam soal kecakapan berpikir (intellectual intelligence), kecakapan sosial (social intelligence) dan juga kecakapan emosional (emotional intelligence).

Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.

Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.

3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.

Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.

Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.

Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.

Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.

Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.

Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.

Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.

Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.

Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.

Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.

Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.

Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?

Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.

Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.

Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.

Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.

Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.

Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.

Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).

Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).

Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.

Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.

Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.

Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.

Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.

Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.

Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.

Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.

DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.

Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.

Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.

Selamat bekerja, teman. Silakan diminum kopi hangatnya.

33 thoughts on “3 Perilaku Aneh yang Akan Membuat Anda jadi Tampak Bodoh dan Katrok”

    1. Belum lagi perilaku suka mengikuti berita infotainment, artis cerai, artis kawin lagi..

      Mereka mau kawin atau cerai, apa hubungannya dengan Masa Depan kita ??

      Ternyata mereka yg suka mengikuti berita2 sampah tersebut, adalah orang2 yang tidak mempunyai Tujuan dan Impian dalam hidupnya

  1. untuk no 2 memang semakin masiv akhir akhir ini mas. (Terutama liat komen di instagram).

    Ijin share ke grup WA ya mas

  2. Point ke 3 jiwa kritikial n view with both cover msh blm membudaya, geleng2 kpla lihat debat2 konyol di FB, Twitwar, Komentar2.. apalagi bnyknya sumber informasi yg bertebaran, jika tk pandai memilah kta sendri bs jdi biang teror ktmbng teroris it sendiri.

    waktu msh mengenyam bangku kuliah, justru hmpir 75% informasi n pengetahuan saya dpt dari paman Google. Dosen hny mengarahkan n pembuka diskusi.

    urusan email, agaknya pelajarn ttg tata cara berinteraksi lewat surel masih menjadi hal yang terpinggirkan.

    https://kasamago.com/v-range-motor-buatan-bajaj-auto-india-dan-bekas-kapal-induk-ins-vikrant/

  3. Alhamdulillah saya masih kuliah dan tidak termasuk tiga diatas berarti gak katrok ya hehe. Semoga yang baca bisa ikut merenungi supaya bisa lebih baik dalam bersikap.

  4. Jujur udah yakin saya masuk salah satunya, ternyata saya lulus semua. Alhamdulillah, saya ternyata lulus untuk tampak tidak katrok dan tidak bodoh. 😀

    Nomor 1 dan 2 untuk saya masih bisa dimaafkan (karena saya cuma mikir itu disebabkan karena kemalasan akut), tapi nomor 3 memang benar-benar membuat mereka tampak seperti… ah sudahlah….

  5. Betul sekali mas, sering sy dpt email dari anak baru lulus, gak ada sopan nya, langsung krm cv…

    lha iki sopo…wkwkwkwk..langsung delete

  6. Fully agree mas Yodh…terutama nomor 3. Sangat menjengkelkan jika membaca informasi sampah…

  7. Saya pikir saya saja yang sempat menggerutu tentang hal itu

    banyak orang hanya menggunakan aplikasi sebatas kulitnya saja tanpa mau menyempatkan sedikit waktu untuk mencari tahu bagaimana cara menggunakan dengan benar.

    Menariknya bicara tentang googling, saya setuju sekali ..

    saya telah sekian tahun melakukan pengembangan untuk staff saya dengan mengajarkan dan mengarahkan bagaimana melakukan pecaharian di mesin pecaharian Google untuk mendapatkan solusi masalah, ataupun artikel yang relevant.

    Salam. http://www.logicfourty.com

    1. Dulu jaman kuliah S1, saya malah bikin email pake bahasa Inggris….dan rapi…..

      Saya melihat mutu anak2 muda usia 20-an tahun sekarang banyak yang lebay….gara-gara kecanduan gadget (gadget addict)…..

      Namun tentu banyak yg juga sudah matang cara komunikasinya….. bahkan banyak yg juga jadi milioner…. Ini yang perlu kita tiru….

      Bukan serba permisif, mentoleransi etika komunikasi yang buruk…..

      Kalau dibiarkan, mereka bisa jadi pengangguran semua….. 400 ribu sarjana S1 kan masih nganggur….

      Kalau etika komunikasi masih katrok, angka pengangguran bisa makin nambah jadi 500 ribu…..

  8. hmm… kreatif juga yah…dengan banyak membaca dan menulis, ketiga hal ini bisa menjadi ulasan dan tulisan yang menarik

  9. Kalau Mereka yg kecanduan game Clash Of Clans itu gimana bro , hehe . Makin tambah buang waktu kan .

  10. Berbagai kemudahan hidup : sosmed, power point, Ms.word, Apps dan lainnya jika scr intensif diberikan kpd anak2 sd remaja maka akan berdampak pd pola pikir instan. Membudayakan kembali tata cara manual bs mjd alternatif. Misalnya :
    – Menulis tangan.
    – Presentasi dg menulis di papan.
    – Berdiskusi dg tatap muka.
    – Membaca buku hard copy.

    BTW… Tulisan yg bagus Pak. Salam ^_^

  11. baca blog ini semua artikelnya enak.. mengalir indah bagai alunan lagu yang merdu… dan bahasanya renyah, tepat dan mudah dimengerti.. i like this blog!

    kembali ke bahasan topik, nah ada yang lebih gaswat lagi nih mas.. dengan hadirnya gadget semakin cepat dan mudah meluasnya pornografi..
    bahaya…

  12. Efek dari lompatan budaya memang sangat bahaya. Saya seringkali mengingatkan adik-adik ‘generasi chatting’ yang saya temui untuk rajin baca. Bagaimana mau menulis dengan rapi dan menuangkan pemikiran dengan terstruktur dalam sebuah tulisan kalau miskin literatur.

    Semoga mereka tidak kebablasan dalam memaknai kemudahan teknologi.

  13. Wah saya sering banget dapat kiriman dari grup dan sosmed yang nggak bermutu, bisanya cuma kasi virus aja, mending kasi virus yang bermutu biar nambah wawasan…

    Kalau kirim email tanpa sopan santun sih emang nggak bis disangkal, terkadang saya latah juga pak yod, makasih udah diingatkan

  14. Bener banget pak..gen Y itu klo baca loker, yg ditanya pasti gajinya berapa? lokasi di mana (padahal di loker sudah ada alamatnya)..

    ingin serba instan tapi ga mau capek..

    apa kita bisa merubah budaya instan seperti itu?

  15. Ketika saya menginfokan lowongan di internet

    mereka yang datang utk interview juga tidak tahu apa2 ttg perusahaan saya (doh) anak2 muda sering asal menyebar CV sebanyak2 nya..

    ketika ada panggilan kerja mereka ga tau sama sekali perusahaan yg mereka lamar..miris

  16. Dulu, pas masih awal-awal main email, saya juga begitu.

    Mengirim pesan berupa email tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu (serta salam).

    Seiring berjalannya waktu, saya mulai mengerti bahwa mengirim email itu harus beretika. Terlebih email tersebut dikirim ke orang penting (seperti rekan kerja).

    Untuk poin nomor dua dan nomor tiga alhamdulillah saya tidak pernah mengalaminya. 🙂

    Terima kasih, artikelnya sangat berguna sekali. Salam sukses! 🙂

Comments are closed.