Jumat minggu lalu, website Telkomsel sukses diretas oleh hacker yang tampaknya marah dengan kebijakan harga data Telkomsel yang dianggap kurang bersahabat.
Langkah hacker itu tampaknya mewakili segenap perasaan netizen yang mungkin kebetulan juga pelanggan Telkomsel.
Dibalik tragedi hacking Telkomsel itu terkuak pelajaran krusial tentang keserakahan bisnis dan hak konsumen yang terabaikan.
Kalimat-kalimat sang hacker yang sempat menodai web Telkomsel itu memang terasa sarkas.
Berikut petikannya : “Fuck Telkomnyet : Pegimane bangsa Endonesa mau maju kalo internet aja mahal……Murahin harga kuota internet, Nyet”.
Namun kalimat vulgar yang dimuntahkan hacker itu mungkin layak direnungkan.
Faktanya, tahun 2016 lalu, profit Telkomsel tembus angka Rp 28 triliun – sebuang angka yang teramat masif. 28 triliun adalah benar-benar angka profit yang mencengangkan.
Dengan laba sebesar itu, Telkomsel menjadi perusahaan dengan profit TERBESAR di Indonesia, mengalahkan laba BRI yang besarnya Rp 25 triliun atau berapada pada posisi kedua tertinggi.
Laba bersih 28 triliun itu diraup melalui pendapatan total Telkomsel pada tahun 2016 sebesar Rp 86 triliun.
Itu artinya net profit margin Telkomsel berada pada angka 32% – sebuah angka yang agak gila untuk perusahaan raksasa sebesar mereka. (Net profit margin adalah perbandingan antara net profit dengan total pendapatan).
LUMAYAN GILA, sebab rata-rata profit margin perusahaan telco di seluruh dunia hanya 11%. Di Asia, rata-rata profit margin perusahaan layanan telco juga hanya 20an%.
Sebagai contoh Singtel (Singapore Telecom) yang juga pemilik 35% saham Telkomsel hanya punya net profit margin sebesar 21% – jauh dibawah Telkomsel.
Sementara profit margin Telstra Australia hanya 20%; Telco Thailand (AIS) 21%; Telco Phillipina (PLDT) hanya 17% dan profit margin China Mobile hanya 15%.
Dari angka diatas, dapat diartikan profit margin Telkomsel jauh diatas rata-rata dunia, 3 kali lipatnya. Atau jika dibanding Asia, lebih tinggi 50%.
Ada sebuah kalimat yang layak ditabalkan manakala profit margin bisnis Anda sangat eksesif, atau jauh diatas normal. Kalimat itu adalah : karnaval keserakahan bisnis yang amat menggetarkan.
Faktanya, profit margin Telkomsel memang selalu tampak eksesif, dengan rincian sbb :
Profit Margin Telkomsel 2014 : 29% (Laba 19 triliun, pendapatan 66 triliun)
Profit Margin Telkomsel 2015 : 29% (Laba 22 triliun, pendapatan 76 triliun)
Profit Margin Telkomsel 2016 : 32% (Laba 28 triliun, pendapatan 86 triliun)
Artinya dari tahun ke tahun, profit margin Telkomsel nampak makin menggurita. Dan angka margin 32% untuk sebuah bisnis dengan penghasilan 86 triliun adalah SEBUAH KEAJAIBAN ANEH DUNIA.
Bahkan profit margin Apple (perusahaan paling inovatif dan paling mahal di dunia) hanya 21%, sementara net profit margin Google juga berada pada angka 22%.
Dengan kata lain, nafsu Telkomsel untuk meraup profit sebesar-besarnya terasa sangat mencolok. Meraup margin yang sangat eksesif, 32%, ibarat rentenir yang memasang bunga mencekik kepada pelanggannya. Tak peduli kasi harga mahal buat pelanggan.
Wajar jika hacker marah.
Seperti biasa, Telkomsel akan berkilah : kita butuh dana masif untuk membangun infrastruktur telekomunikasi dan menjaga stabilitas koneksi, dan blah blah lainnya. Paham. Poinnya bukan ini.
Poinnya adalah kenapa Telkomsel tega menghisap margin hingga 32%, sebuah angka yang jauh diatas rata-rata industri telco dunia dan Asia. Sebuah angka yang amat eksesif dan abnormal.
Bahkan dengan hanya margin 20% pun, sebenarnya Telkomsel tetap akan untung besar dan semua dana pembangunan infrastruktur (capital expenditures) akan tetap DAPAT DIPENUHI.
Yang muram adalah : jika alasan butuh dana besar untuk membangun jaringan hanya KAMUFLASE untuk menutupi nafsu keserakahan mereka.
Nafsu agar profit margin diatas 30% yang abnormal itu bisa tetap mereka raup. Sekali lagi, tanpa peduli apakah harganya terlalu mahal atau tidak.
Kita tidak mengharap margin Telkomsel harus turun menjadi cuma 7% atau bahkan 11% (sesuai rata-rata industri telco dunia). NO.
Tapi please, jangan berlagak seperti rentenir yang dengan santai mencekik dan menghisap darah pelanggannya, demi nafsu mempertahankan profit margin diatas 30%. Sebuah angka yang sekali lagi, jauh ditas rata-rata industri telco Asia dan dunia.
Yang muram adalah 35% saham Telkomsel dimiliki Singtel. Artinya 35% dari total profit Rp 28 triliun (atau setara Rp 9,8 triliun masuk kantong negara Singapore).
Pelanggan Telkomsel jadi seperti terpelanting dua kali. Yang pertama, terus dihisap demi nafsu mempertahankan margin abnormal diatas 30%. Dan yang kedua, ikut menyumbang hampir 10 triliun demi kepentingan kas negara lain.
Hidup jadi terasa agak pahit.
Betapapun margin 32% atau jauh diatas rata-rata industri telco Asia dan dunia itu layak dicermati dengan serius. Serangan hacker minggu lalu adalah wake up call.
Mungkin KPPU atau Komisi Pengawasan Persaingan Usaha perlu turun menelisik, apakah nafsu mempertahankan margin eksesif itu telah berakibat merugikan kepentingan jutaan pelanggan Telkomsel. Dan kenapa profit margin harus terus berada pada angka abnormal?
Sekali lagi, poinnya bukan anti profit – sebab profit adalah oksigen bagi sebuah bisnis.
Yang ingin kita gugat adalah : nafsu maksimalisasi profit hingga ke angka yang ekstrem, dan mengorbankan hak-hak pelanggan untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau.
Kalau saja Telkomsel mau menurunkan profit margin menjadi 23% sd 25% (sedikit diatas standar Telco Asia), dan bukan terus diatas 30%, maka margin inipun tetap relatif tinggi.
Margin 23% atau 25% adalah angka yang lebih masuk akal. Penurunan margin ini juga TIDAK AKAN sampai membuat Telkomsel kekurangan dana untuk membangun jaringan. Mereka tetap akan untung masif.
Dan pada saat yang bersamaan, penurunan profit margin ini bisa dialokasikan untuk kepentingan pelanggan. Bisa berupa penawaran harga yang lebih terjangkau. Atau penambahan kuota data tanpa menambah biaya, dan penambahan kecepatan data. Atau juga pemerataan layanan data secara lebih masif. Win-win solution.
Sekali lagi, serangan hacker itu adalah sebuah wake up call bagi manajemen Telkomsel untuk men-desain ulang strategi finansial mereka.
Mempertahankan profit margin diatas 30% mungkin akan makin memperkaya Telkomsel. Namun nafsu maksimalisasi profit abnormal ini hanya akan membuat kantong jutaan pelanggannya terus tercekik.
Mungkin itulah contoh kelam tentang extreme capitalism yang terlalu rakus. Dan mungkin karena itu pula, sang hacker menulis slogan heroik : Fuck Telkomnyet!!
Hacker dan artikel ini telah melampiaskan kemarahan jutaan pelanggan telkomshit yang merasa di-bully tapi hampir gak bisa berbuat apa2 karena memang kualitas internet provider lain di beberapa daerah tertentu masih kurang memuaskan.
Tapi saya percaya sebuah pepatah yang berkata : “kesombongan adalah awal dari kehancuran”
Disini sebuah ruang dan peluang yang besar untuk pesaing membantai dan menghajar telkomshit sampai terkaing-kaing masuk ke jurang kubur yang dalam.
Terima kasih mas Yod buat artikel yang sekaligus menjadi curahan hati jutaan orang.
Mas Yod luar biasa ulasannya…. mantappp
Biasanya perusahaan BUMN kinerjanya lamban karena birokrasi yang gemuk dan tidak efisien.. Tapi kok bisa mencetak profit fantastis gitu ? Mungkin karena monopoli..
http://www.SonyTrade.com
Blog Belajar Trading SAHAM & FOREX Terbaik
Karena singtel memiliki saham di telkomsel. Menurut saya ada kebijakan2 bisniss singtel ikut memberi peluang meraup keuntungan fantastis tsb.
gak bakal bisa selama pemerintahnya gampang disuap. axis saja mesti pulang kampung gara2 kebijakan pemerintahnya bullshit. telekomunikasi di indonesia sudah dimonopoli sama mereka.
Telkomsel Cekik Rakyat ? Mari Berpikir Lebih Jernih …
Kasus peretasan website Telkomsel ternyata berbuntut panjang. Banyak pihak seperti menemukan teman senasib dengan hacker yang menyuarakan mahalnya tarif internet Telkomsel. Bahkan belakangan muncul tulisan-tulisan yang membuat analisa tentang kinerja keuangan Telkomsel seolah mereka analis kawakan yang paham industri telekomunikasi. Sayangnya, tulisan-tulisan tersebut kurang melakukan analisa dari angle yang lengkap, malah cenderung berniat menggiring dan sudah punya framing sendiri, bahwa kinerja Telkomsel terlalu TERLALU KINCLONG, dan semuanya berkat TARIF INTERNET yang TERLALU MAHAL dan MENCEKIK PELANGGAN atau kalau mau lebih heroik lagi MENCEKIK RAKYAT.
Mari kita melihat secara lebih jernih. Mari kita bandingkan industri telekomunikasi di Indonesia dengan negara lain khususnya yang punya karakteristik dan profile hampir mirip dengan Indonesia. Paling tepat ya kita ambil perbandingan dengan negara di Asia Tenggara. Paket Singtel Combo di Singapura dipatok dengan harga Rp 259 ribu (US$ 19,9), dan mendapatkan kuota data sebesar 2 Giga dan bonus 2 Giga di jaringan Wifi. Sehingga rata-rata konsumen membeli paket data Rp 126,5 per mega. Globe di Philipina mengeluarkan paket kuota utama Rp 52,1 per mega, sedangkan Airtel India mengeluarkan paket data 2 Giga dengan harga Rp 95 ribu atau Rp 46,4 per mega.
Bandingkan dengan Telkomsel. Jika seluruh bonus konten dihitung maka tarif internet Telkomsel hanya Rp 3,2 per mega.
Beberapa pihak bilang tarif internet Telkomsel mahal karena ada berbagai bonus seperti video atau musik yang kurang bermanfaat. Padahal ada paket tanpa embel-embel bonus konten seperti paket Telkomsel Maxplore sebesar 2 Giga dengan bonus sebesar 5 Giga di jaringan 4G dan 13 Giga untuk pemakaian di jam tertentu senilai total Rp 70 ribu. Artinya tariff efektif menjadi Rp. 3,4 per mega. Beberapa operator lain juga memiliki paket sejenis dan jika dihitung maka kisaran tarif terendah dan tertinggi berkisar Rp. 1,4 hingga Rp. 14,6 per mega.
Adanya paket dengan berbagai bonus konten itu sejatinya sangat wajar sebagai sebuah gimmick program yang dapat berubah kapan saja. Itulah indahnya kompetisi, yang membuat pelanggan bebas memilih yang mereka butuhkan dengan kualitas memadai dan sesuai dengan isi kantong mereka.
Melihat fakta itu..lalu kata siapa tarif internet Indonesia lebih mahal dari negara lain ? Lalu bagaimana operator lain itu punya net profit margin yang lebih kecil dari Telkomsel ? Ada baiknya kita cermati laporan analis dan juga laporan keuangan Telkomsel.
Dari laporan beberapa analis telekomunikasi, bisa dilihat bahwa pasar selular khususnya data di Indonesia di akhir 2016 bisa dibilang lebih sehat daripada negara lain di Asia. Beberapa faktor pendukung antara lain struktur cost yang berbeda antara satu operator dengan yang lain, regulasi yang berbeda di tiap negara, dan bisa juga karena biaya spektrum yang tidak sama. Laporan CIMB Sekuritas menyatakan kompetisi layanan data di Indonesia menghangat di 2016 tapi masih rasional.
Khusus untuk Telkomsel, beberapa tulisan yang beredar menyebutkan bahwa laba bersih Telkomsel mencapai Rp 28 triliun sehingga net profit marginnya mencapai 32%. Pihak yang nyinyir mengatakan margin itu terlalu tinggi jika dibandingkan dengan operator lain yang rata-rata di bawah 25%. Lalu muncullah tudingan bahwa rakyatlah yang dibuat paling menderita akibat tarif mahal demi margin yang luar biasa itu.
Satu hal yang belum dikupas oleh penulisnya …adalah adanya unsur pengelolaan biaya atau expense yang dilakukan oleh Telkomsel.
Laba bersih tentunya bukan hanya hasil dari keberhasilan mencatat topline atau pendapatan operasi. Pendapatan operasi salah satu komponen terbesarnya memang pendapatan dari jasa-jasa yang ditawarkan kepada pelanggan dengan tarif tertentu, yang kemudian dikonversikan dalam mata uang atau rupiah. Ini kaitannya dengan tarif yang ditetapkan oleh operator untuk tiap layanannya. Khusus tarif internet, di bagian atas sudah disebutkan bahwa harga per mega internet Telkomsel ternyata jauh lebih murah dibandingkan operator lain di Indonesia bahkan di negara lain.
Namun penulis lupa bahwa ada unsur biaya operasi yang juga berpengaruh sangat besar menentukan besarnya keuntungan, khususnya laba usaha. Dalam laporan keuangan Telkomsel tahun 2016 yang dimuat dalam laporan keuangan Telkom sebagai induk usahanya disebutkan bahwa biaya operasi Telkomsel termasuk depresiasi dan amortisasi tumbuh 6,7%, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan revenuenya yang mencapai 14,6%. Apa artinya ? Artinya management Telkomsel berhasil menekan biaya yang menghasilkan efisiensi di berbagai lini. Ini sejalan dengan pernyataan Direksi Telkom di berbagai kesempatan dengan media yang menyatakan bahwa kehati-hatian (prudent) dalam mengelola biaya operasi menghasikan laba usaha yang baik.
Selain itu, beban bunga dan hutang Telkomsel juga kecil sekali mengigat hutang perusahaan relatif kecil dibandingkan operator lain. Maka wajar jika biaya lain-lain Telkomsel pun kecil yang pada akhirnya membuat laba bersih Telkomsel menjadi lebih baik dari operator lain.
Melihat fakta itu, jika perusahaan bisa menunjukkan kinerja yang baik ini berkat pengelolaan biaya yang baik, apakah hal itu harus disalahkan ? Apakah Telkomsel harus dihukum? Seharusnya dengan laba bersih Telkomsel yang besar, rakyat Indonesia justru bersyukur karena sebagian besar kembalinya ke bangsa Indonesia juga.
Telkomsel bisa dibilang satu-satunya operator yang mau membangun sampai ke pelosok Indonesia bahkan sampai perbatasan yang jelas tidak ada peluang bisnis di sana. Dalam sebuah kesempatan Direktur Utama Telkomsel bahkan mengatakan bahwa 45% BTS broadband di wilayah pelosok itu masih merah alias merugi. Namun karena yang dilihat adalah prospek jangka panjang, dan juga ada unsur pelayanan bagi masyarakat di pelosok, pembangunan diteruskan juga. Dari mana biaya pembangunan itu jika bukan profitabilitas perusahaan rendah.
Apakah ada pihak lain yang mau membangun sampai ke sana ? Sampai saat ini rasanya tidak ada… lalu bagaimana saudara-saudara kita yang jauh dari keramaian akan mendapatkan akses telekomunikasi yang sama dengan daerah perkotaan jika bukan Telkomsel yang hadir di sana ?
Laba bersih itu juga tentunya akan kembali ke negara dalam bentuk pajak,BHP dan dividen mengingat Telkomsel adalah anak usaha Telkom yang berstatus BUMN. Sumber dari perusahaan mengatakan 30% dari revenue Telkomsel pada dasarnya kembali ke negara dalam bentuk itu. Belum lagi dengan multiplier effect yang dihasilkan berkat pembangunan telekomunikasi di berbagai daerah.
Dengan fakta ini, seharusnya makin tinggi profit Telkomsel seharusnya rakyat Indonesia makin bersyukur, bukan malah menghujat. Lagipula tidak ada aturan yang menyatakan net profit margin besar itu melanggar hukum.
Jika ada pihak yang merasa tarif internet Telkomsel terlalu mahal, kenyataannya industri seluler di Indonesia sangat kompetitif. Artinya pelanggan dan rakyat bebas memilih layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan kantongnya.
Jadi…apakah salah kalau perusahaan sudah memberikan tarif yang murah tetap bisa menghasilkan kinerja yang baik?
Selain itu rasanya aneh sekali kalau perusahaan yang kinclong dan memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara justru dihujat. Seharusnya justru menjadi kebanggaan negara di tengah industri yang dikuasai oleh asing.
Sekali lagi…Mari berpikir lebih jernih ….
Masnya ngomong panjang lebar kali bagi kuadrat tapi kasi contohnya antar negara. Bro, yang diprotes itu tarif tsel vs provider lokal lain bukan tsel vs provider luar.
Di provider lain ada paket 300mb cuma 25rb. Di tsel paket yg sama harus ditebus 50rb. Kenapa harus 50rb? Kenapa gak 30rb aja? Sama2 300mb tp harganya 2x lipat. Itulah yang diprotes mereka2 orang.
Mas Tukang Gorengan,
Ini masalah value;
– Harga 25 rb cuma bisa dipake dikota
– Harga 50 rb bisa dipake sampe perbatasan Timor Leste..
Ya jelas beda mas…
Kalo bikin perbandingan mbok ya yang agak cerdas
Lucu panjang lwbsr g dpkir dlu,indonesia rakyat nya ekonomi kebnyakan pas2n bukan lebih2an klo bisa murah dan sngat membantu kenpa msti mhal,bukankah smua bisnis pnya tolak ukur dlm menentukan hrga,tentukn hrga yg bijak dan bersahabt bukan ngelunjak
Dan untuk ukuran kecepatannya juga menurun, beda sma telkomsel bbrp tahun lalu pdhl dlu justru tarif lbh murah. Intinya skrg justru tarif naik tapi kualitas turun. Sering lost signal diwaktu2 tertentu.
Wah ente terlalu cerdas untuk menulis komen banyak gitu mas, tapi itu tidak mutu, dan tidak berlaku untuk di negara kita, jgan bandingkan negara kita dengan negara lain. Pendapatan kitapun lebih kecil dri negara lain mas bro, apa ente nulis panjang lebar karena ente kerja di telkomnyet ya dan ikutan disuap ?
ya seperti itu kalau udah di atas serasa raja yang siap memerintah bawahanya dengan apa yang di kehendakinya, padahal yang namanya di atas itu tinggi.
gak sadar kali ya…kalau jatuh dari yang tinggi itu rasanya kayak apa…
semoga saja telkomsel sadar sebelum nyungsep
Sebaiknya NYUSEP sekalian!
TELKOMSEL teruskan model bisnis kalian, kita lihat sampai sejauh mana..
Makan tuh duit keserakahan!!!
perusahaan yg ada hubungannya negara selalu aja ingin memonopoli, inilah hasilnya tsel, dikira jaringannya stabil, rumah gua aja di padang jarak 15km dari pusat kota gabisa internetan pake tsel, sinyal telfon dipelosok tetap kaga ada, pokoknya nyamannya ya makenya tetap dikota kaya yg lain, unggul ga seberapa mahal nya 2x lipat bahkan lebih, hadeh…
Meskipun tarif telkomsel mahal banget, tapi saya tetap setia memakai telkomsel.
Bagaimanapun juga koneksi internet telkomsel sangat stabil banget, beda jauh dengan operator lain.
Memang terasa mahal, tapi kalau dengan pelayanan yang memuaskan maka pelanggan gak akan lari seperti aku ini. Hehehe
Dengan koneksi yang stabil, aku bisa terus berkarya.
Banyak para pengusaha yang membutuhkan koneksi internet yang stabil seperti saya. Karena bisnis saya membutuhkan koneksi internet.
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.heri.newninjaarashiguide
Ini adalah salah satu contoh karya saya, membuat aplikasi di google playstore.
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.heri.newninjaarashiguide
Hahah iy…
Coba ko ke bangka belitung
Saya rasa mereka memang meraup untung besar karena sangat jarang ada operator lain di daerah luar jawa, jaringan merata mungkin iya tapi soal kualitas jangan ambil jawa atau kota besar sebagai contoh, ambil kota di timur indonesia, kualitasnya pas-pasan, tapi kita tak punya pilihan lain. Dulu pernah ada operator lain coba masuk di kota saya tapi tidak lama habis juga, kalah bersaing? Saya rasa tidak, lalu ? He…he… tebak aja.
Yak betul… Merauke salah satunya..
Hehehe…crita operator di Indonesia timur lalu menyerah…bkn kesalahan tsel….kalo gatau critanya jgn asal bacot lah…mrk berhenti operasi krn bts nya terus merugi lalu maintenance btsnya diserahkan vendor sepenuhnya, jd krn svc krg bagus (banyakan matinya) jd plgn pilih tsel yg pny std operasional tinggi dlm pemeliharaan jaringan
Bullshit!
Telkomsel stabil?
Sini lu k sumbawa,, telkomsel taik!
datang ke NTT dulu baru berani bicara koneksi stabil.
Pertanyaannya knp operator lain ga bny bangun di NTT agar jaringan Tsel bs stabil ga dipenuhin plgn taik sperti kau? Sdh menikmati jaringannya bs posting2 dan upload msh sj maki2
Duh belakang rasuna said jakarta aja sinyal engap engapan
inilah yg dimanfaatkan tsel, padahal kestabilannya ga terlalu jauh dari yg lain, harga beda 2xlipat bahkan lebih dari yg lain
Maksyuuss tulisannya mas, cukup mewakili pemikiran banyak orang.. saya salah satunya.
Entah kenapa saya malah mendukung Telkomsel. Hehe…
Kata orang Jawa “Rega nggawa rupa.”
Klo pengen yg murah ya pake aja Tri atau Axis.
Telkomsel tetaplah dg cara itu, krn semakin kecil profit maka sebuah perusahaan diambang bangkrut.
Kebanyakan usaha dg profit kecil akhirnya hanya akan jadi tren sesaat dan hilang.
Tp perusahaan dg profit besar akan langgeng.
Produk/jasa yg bagus itu perlu bahan yg mahal untuk membuatnya, jd wajar klo produk/jasa nya juga mahal.
Telkomsel bukanlah bloody charity, like I do.
Telkomsel menjual memang untuk kalangan menengah atas.
Jd jika ada org yg protes, ya mereka bukanlah target pasar, just ignore.
We can’t satisfy everyone.
Seperti prinsip dlm buku The Three Rules :
-better before cheaper
-revenue before cost
-there are no other rules
Dlm islam berdagang itu sah-sah saja.
Yg tidak sah itu jika berhutang, lalu dikenakan tambahan ( riba ).
Atau menjual dg dua harga, jika cash sekian, jika kredit sekian ( riba ). [ HR Bukhari ]
Salah satu arahan Menteri Komunikasi adalah wajib menggaet daerah timur..
Its not all about business harusnya..karena bumn adalah kepanjangan tangan pemerintah..saya juga heran kenapa bisa setinggi itu NPM nya..
Ma,
Tapi kan ga juga perlu SERAKAH bukan?!
25% dan selalu naik dari tahun ke tahun..
Yang saya tahu, itu profit larinya tidak cuma ke infrastruktur melainkan GAJI + BONUS besar karyawan/bos.
Dan mereka banyak memakai VENDOR asing.
Jadi, kemana itu profit yang tiap tahun selalu ditingkatkan?!
Maaf kalau mas masih kurang paham, tapi ada yang salah dalam menjalankan model bisnis nya mereka.
menengah keatas what the hell? sinyal di pelosok kebanyakan telkomsel, kalau tidak mau dibilang monopoli apa lagi, karena memang tidak ada pilihan lain.
Pendi…
Namun margin profit 32% itu agak ketinggian. Kayak rentenir. Riba terselubung.
Dg margin 25% layanan tsel akan tetap bisa premium.
@Pendi : Dalam Islam tidak diperbolehkan ambil profit yang terlalu tinggi serta tidak boleh memanfaatkan kesempatan monopoli.
Telkomsel itu BUMN. Loe paham arti BUMN? Ada kewajiban melayani seluruh rakyat, bukan cuma menengah atas.
Betul, katanya tau tentang Islam tp yo koyo ngono…nulis lah yg baik2 eh btw Telkomsel itu bukan BUMN tuh yg BUMN itu Telkom, Telkomsel anak perusahaan nya…belajar lagi ya nak Rendi
TELKOMSEL setahu saya udah di beli telkom..
Ketinggian menurut anda yg tinggal di kota besar dan bisa menikmati semua layanan semua operator apa orang yg tinggal di pedalaman dan cuma punya 1 pilihan?
telkomsel bukan BUMN mas, telkomsel masuknya bukan perusahaan non publik tapi lebih ke swasta cuma dia ada di bawah telkom yang BUMN
Telkomsel milik negara. Harus ‘lebih’ mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat, tidak melulu soal keuntungan sebesar-besarnya tapi sangat mengabaikan keadilan (daya beli) masyarakat.
Jika harga paket kuota diturunkan, tentu masyarakat kecil semakin banyak yg menjangkaunya. Sehingga terbuka peluang untuk pemanfaatan teknologi internet yg lebih luas. Internet sangat berperan vital memajukan bisnis-bisnis masyarakat kecil. Bisnis akan cepat berkembang, otomatis kesejahteraan masyarakat pun cepat meningkat…
Bukankah itu tujuan pemerintah (BUMN)? Memakmurkan masyarakat seluruh Indonesia.
Maturnuwun….
Setau saya,
BUMN disini adalah TELKOM, sedangkan Telkomsel adalah perusahaan anak dari TELKOM dan status Telkomsel disini adalah perusahaan SWASTA yang mempunyai aturan perusahaan mengikuti perusahaan induk.
Krn itu lah cina lebih sukses berjualan dr pada org jawa….
Yang kate rego gowo rupo
itu memeras namanya
contoh kecil, USO PERBATASAN
Letaknya adalah daerah pinggiran, pedalaman, atau daerah tertinggal, harga tsel sangat membunuh
Bersyukurlah… Karena hanya Telkomsel yang mau menjangkau wilayah itu saat perusahaan lain menolak…
Karena tidak semua BTS itu menghasilkan revenue…
perusahaan lain, untuk membangun jaringan n kapasitas jaringan harus seizin telkom, induk perusahaan telkomsel, inilah monopoli terselubung
sebelum komentar, belajar dulu mas
Emg mas tahu kalo hrs seijin telkom?? Gada itu kalo mrk butuh infrastruktur transmisi salah satunya sewa ke telkom…sebenarnya bs sewa ke yg lain….bkn minta ijin ke telkom….dan hrg sewanya ga dibedakan antara tsel dg yg lain…bahkan di Sulut telkom kasih hrg lbh murah ke three drpd ke tsel….
Indonesia bukan cuma jawa mas.
Telkomsel pake tiga harga. Zona jawa harga sekian dan seterusnya
Mas, kalo mem-benchmark jangan cuma di kampung sendiri. Coba sampean maen ke Indonesia Timur, dan rasakan sendiri sensasi berinternetan dengan Telkomsel.
Sudah harganya mahal, sinyal putus-putus.
Mereka terpaksa terus pake karena tidak ada pilihan operator lain.
Coba laen kali sedikit berempati kalo komentar
Renyah banget Tulisan artikel bagi ini….saya juga pengguna Telkom..baru sadar…kalo memang aturan tarifnya ..tidak fair ! coba telpon beberapa detik saja…trus cek data…baru terbukti kalo memang harganya di atas rata-rata……?apa lagi kalo beda operator.., trus kuota?Saya ikut terwakili juga mas …artikel ini
Makin kerja keras telkomsel dan rakyat Indonesia yang mendulag untung malah negara singapore..sunggu nasib yang kelam dan nestapa
Mau penghasilan online di rumah ? Klik http://www.bisnisdirumahan.com
Di dalam Islam, profit yang disunnahkan maksimal 30%.
Mana Qur’an atau Hadist nya yg menyebut profit 30% ? ga ada.
Sahabat Nabi saja menjual dg keuntungan 1.600%, nabi ga protes.
Tanya sama Bang Yodhia “Jual paket training HRD nya profit berapa persen ?”
Atau sama Rico Huang yg kemaren di promosikan sama Bang Yodhia dapet 100jt dlm 2 minggu “Nulis buku profit per buku berapa persen ?”
Monopoli dlm islam tdk boleh jika itu adl kebutuhan pokok seperti makanan pokok, krn klo org ga makan bakal mati… selain itu semuanya sah.
Dlm islam hanya ada 2 aturan riba :
1. Berhutang n dilebihkan
2. Menjual dg 2 harga ( harga kredit sekian, harga cash sekian )
Hadist dan Qur’an nya jelas.
Dalam Islam memang dianjurkan mengambil profit 30% saja dalam penjualan.
Supaya konsumen dapat harga yang kompetitif.
Bukan dalam islam, tp itu hukum yg Anda buat sendiri.
Mana dasar hukum di Qur’an n Hadist yg menyebut 30%.
Silahkan Anda cari di google “Berapa maksimal laba dalam islam.”
Di semua literatur google akan muncul bhwa tidak ada ukuran profit dlm islam, malah ada sahabat yg ambil profit 100% terus di doakan sm nabi.
Atau Anda tanya ustadz yg paling alim di Indonesia, klo perlu ketua MUI sekalian… tanya “Mana dasar hukum islam yg mengatakan 30% ?”
Jgn asal bicara.
Yg dikira baik belum tentu benar.
Maksud saya di anjurkan loh, bukan diwajibkan…
Dianjurkan ambil profit 30% aja dari penjualan, agar kita sama-sama senang.
Ya Anda bilang itu anjuran Anda, jangan bawa2 islam.
Karena islam tidak pernah menganjurkan seperti itu.
Dlm islam yg halal jelas, yg haram jelas, yg meragukan tinggalkan.
Jgn membuat hukum2 baru.
Anda mungkin belajar islam dr ustadz gaul, bukan berdasarkan ustadz yg paham hukum islam.
Katakanlah kejujuran walau itu menyakitkan, jgn bermain di daerah yg abu2.
Halalan thoyibanya harus dipikir juga gan. Apa mungkin perusahaan besar tanpa ngutang yg tak berbunga
Bang pendi mbh.Man ?
Kira2 rentang 2014-2015,Telkomsel pernah memberi target kepada distributornya “Double Digit Growth”..
By any means..yg penting double digit
Cracker yang diidentifikasikan sebagai penyusup, dalam hal ini aku setuju peretas Situs Telkomnyet itu adalah Hacker..
Sangat beretika, hanya menyerang operator kamprett..
Ya, telkomnyet memang kampret, jika dipakai internet tanpa mendaftar Paketan Internet terlebih dahulu, yang harganya 5rupiah/KB kecepatannya luar biasa…
Namun kalau didaftarkan paketan seharga 1rupiah/KB, kecepatannya amburadulll.
Weduss kau telkomnyett,,
Yo rausah pake tsel lo…kalo sdh pake yg lain gausah lah maki2….ntar operator yg ko pake jg ko maki2 pas gada signal…
Izin meralat Pak Yodhia, perusahaan laba terbesar di Indonesia tahun 2016 dipegang Pertamina dgn laba bersih sekitar Rp. 42T.
Ketika perusahaan swasta mencari untung sebesar2nya itu merupakan hal yang wajar, tapi ketika perusahaan BUMN mencari untung sebesar2nya itu merupakan hal yang GILA. Ma kasih banyak buat tulisannya Bang, halus banget penyampaiannya. 🙂
Koreksi bang, Telkomsel itu perusahaan Swasta yang sebagian besar sahamnya dimiliki BUMN
Slogan heroiknya itu yang membuat cetar dan jos markojos
Artikel yang bagus. Memang seharusnya harga internet lbh murah lagi, agar rakyat melek akan informasi
Izinkan saya beekomentar dan mengkoreksi comment teman teman
1. Telkomsel bukan BUMN ya, tp perusahaan swasta 🙂
2. Menurut saya sih ya wajar wajar saja, telkomsel jg bukan monopoli, ada yg lain, seperti XL, indosat, three dll. Tidak seperti pertamina yg BUMN dan monopoli
3. Profit margin sebesar itu jg masih oke, karena memang terbukti layanan baik sinyal dan graparinya yg terbaik diantara yg lain, saya lebih memilih membayar lebih mahal dibanding yg lain asal memang kualitasnya lebih oke dibanding yg lain, dan dari artikel lain yg saya baca, hanya telkomsel yg berani buka bts tower ke daerah pelosok pada saat kompetitornya tidak berani, dan itu yg membuat mereka unggul, menang persaingan didaerah pelosok, kompetitor dipersilahkan untuk buka jaringan ke pelosok, tp ga ada yg mau.
4. Kalau bicara bonus saya rasa setimpal dengan kerja keras karyawan mereka, teman saya ada yg kerja disana, pegawai sales dan network disana kerja ga kenal tanggal merah dan office hours, hampir setiap hari selalu masuk atau minimal standby. Belum lagi resiko jauh dari keluarga karna tiap minimal 3 tahun dan maksimal 6 tahun harus pindah lokasi kerja. Tekanan target yg tinggi dari atasan sampai kurang istirahat, wajar dapat bonus begitu.
5. Ibaratnya, kita jangan menilai kesuksesan hanya pada saat dia sukses aja, kita gak tau kerja keras apa yg udah mereka buat selama ini sampe bisa seperti sekarang.
Buat mas yodia, artikel yg bagus mas! Menurut saya, kalau ada perusahaan swasta indonesia yg bisa lebih maju dibanding perusahaan sejenis lainnya di negara lain malah harus bangga kita, kan mas yodia sendiri yg bilang kita ga boleh kalah dari perusahan-perusahaan di sillicon valey sana, cheers!
Robby
65% saham telkomsel adalah milik telkom, bumn besar. Semua anak perusahaan BUMN ya digolongkan punya bumn.
Tanpa telkomsel maka telkom bisa limbung. Penyumbang mayoritas atau 80% lebih laba telkom ya telkomsel.
Profit margin 32% kalau berdasar analisa keuangan empirik tergolong tinggi ya. Agak greedy gitu.
Yg lebih rasional mestinya 25%. Inipun sudah tinggi.
punya datanya mas???klo telkomsel nyumbang ke telkom 80%???yang namanya perusahaan swasta ya swasta…dalam ilmu ekonomi tetap bacanya SWASTA, ngga peduli perusahaan itu dibelakangnya ada BUMN atau pemerintah yang memiki sahamnya, swasta tetap memakai aturannya sendiri sesuai dengan regulasi dari pemerintah, gitu aja sih
Mas yodhia kok mengulasnya hny dr sisi profit 32% sj…cb diulas lah aspek pengelolaan keuangan lbh lkp brp hutang2 nya, bgm efisiensi operasionalnya…dibandingkan dg pengelolaan keuangan kompetitornya…brp besar hutang mrk, kerugian kurs dll shg marginnya kecil, jd bkn menyoroti margin tanpa membedah lbh detail aspek keuangannya
Setuju mas Roby…
Kadang orang saat melihat kesuksesasan itu hanya enaknya saja..
Mereka tidak paham bahwa ada harga yg harus dibayar untuk kesuksesan itu…
Benar bahwa karyawan telkomsel untuk bagian network dan sales gk kenal hari libur… Gk kenal jam kerja.. harus selalu siap setiap saat..
Disaat Lebaran… Natal.. Long weekend.. event2 besar di kota.. ada bencana alam… Itu adalah saat2 SIAGA..
Ketersediaan jaringan adalah prioritas utama…
Dan Telkomsel adalah perusahaan swasta…
harap diingat bahwa yg namanya perusahaan Telco itu Divisinya bukan cuma sales dan network saja, sebagian besar juga bekerja di dalam kantor yg kena office hour normal.
jangan menghubung2kan TARIFF MAHAL dengan jam kerja, karena semua Perusahaan Telco juga mengalaminya
ibarat rumah makan, karena makanan yang lezat, pelayanan yang ramah, suasana yang nyaman, dengan sendirinya pelanggan bakal berbondong bondong datang, diantara sekian pelanggan ngga semua yg pengen harga murah, banyak yang pengen merasakan kualitas masakan, pelayan yg baik serta suasana yg baik pula, jadi bila RM tsb harganya lebih mahal dibanding RM lain saya rasa sih wajar aja, klo mau murah yah gampang, ke warteg aja..mau lebih murah???masak sendiri aja…..gitu juga dgn telkomsel…dr segi kualitas jauhlah dgn operator lain dan perlu di ingat Tsel itu swasta, namanya prinsip ekonomi “modal sekecil-kecilnya, untung sebesar-besarnya”, kl0 ngga mau pake telkomsel yang berkualitas tapi mahal, kembali ke jaman dulu, pacaran pake nulis surat, jgn WA, BBM dll, mau nelpon keluarga mahal??datengin rumahnya aja, itung2 silaturahmi….
yang tinggal di kota bisa ngomong gitu.. mikir gak kami tinggal di daerah tanpa pilihan jaringan lain.. ya mau tdk mau pake telkomsel dgn jaringan seadanya harga yg luar biasa mencekik
Tsel swasta?? Swasta mbahmu, tsel itu perusahaan umum plat merah yang modal nya dari pemerintah. Gak terima silahkan gugling UU nya. Jangan nipu Mulu lu. Ah, emank mahal kog. di negara ipin upin tu aja masih murah kuota internt die.
yang di keluhkan kan mahal nya KUOTA Internet, pembagian zona, dan pembagian waktu.
Telkomsel selalu menipu konsumen, dengan banyak nya pilihan paket aneh. yang sbener nya gak perlu.
Bego nya Telkomsel itu mengatakan kalau layanan Telkomsel adalah yang termurah di bandingin negara eropa ataupun tetangga?? Ngaca doonk. bilang aja perampok!!
Lu bandingin GDP perkapita dia berapa stahun, penduduk dia berapa, ya wajar dia mahal?? Indonesia penduduk 270 juta, malay 30 juta, eropa sdh pasti lbh sdikit..
GDP Indo perkapita/Tahun hanya 4000-5000 US$. Malaysia 10000-15000 US$. Singapura 20000 up… apalagi Eropa 50000 up…
Asli nya T-sel nipu Mulu. market indo jauh lebih besar karena banyak jumlah penduduk nya.
lu bangun infrastruktur semua bayar murah pake rupiah, bayar tukang dan gaji karyawan semua itungan rupiah. gak ada yang Dollar.
Kampret emank tsel. “Plat merah harga swasta.
Kesel banget sama Tsel nih. Pengen banget gua kiloin menara nya. #RIP….T-sel ????????????????
mungkin sudah saatnya Indonesia butuh teknologi yang memungkinkan pengguna punya nomor HP yang sama, tapi bebas pilih jasa operator (tanpa ganti no HP).
Ada gak ya teknologi itu??? supaya fair, demi kepentingan publik, bukan provit.
Teknologi yg demikian ada kok.. Cuma ga di implementasikan di Indonesia.
Saya pernah kuliah di Oz, dan mereka menerapkan teknologi itu. Kalau ga puas dengan satu operator, silahkan ganti operator lain dengan nomor tetap.
Ya mengganti layanan operator tanpa mengganti nomor hp ini sudah dilakukan negara tetangga, Malaysia.
Mereka bebas memilih operator dengan nomor yg sama, dan saya pernah melakukannya dan ini No Charge Fee. Kenyamanan konsumen slalu diutamakan.
Utk soal kuota internet dan kecepatan Indonesia terbilang mahal & lambat, dibanding negara tetangga.
thx infonya om Syahril dan om Muta,
meskipun dari sisi market shared yg blm terindikasi oligopoli apalagi monopoli, mudah2an ikut campur tangan pemerintah sbg regulator bisa mendorong penerapan teknologi tsb di Indonesia… jadi ada unsur urgensi dari sisi konsumen, bukan hanya kompetisi bisnis.
gak usah jauh2 mas.. tetangga sebelah malaysia udah ada kok.. mau pakek operator manapun bebas.. dgn no. Hp yg sama tetap gak perlu ditukar.. setahun tukar operator berapa kali juga gak masalah.. FAIR!
Om Yodh,
Bukannya sah-sah saja jika telkomsel mau ambil profit margin berapapun? Toh jika masyarakat merasa harganya terlalu mahal, mereka akan pindah sendiri ke provider lain. Jadi jika dilihat bahwa profit margin telkomsel naik terus tapi pendapatan mereka juga naik, artinya masih banyak penggunanya yg merasa harganya wajar toh?
Just my 2 cents, sukses terus om yodh 🙂
iya setuju mas, kalo kemahalan kan masih ada provider yang lain sesuai dengan budget kita, telkomsel mau ambil untung berapapun ya itu hak mereka yang penting CSR nya terasa di masyarakat
Memang terlalu mahal makanya kartu halo saya khusus data sudah saya tutup, dan kartu halo utk telpon saya sudah jarang saya gunakan untuk telpon….kerakusan telkomsel sangat terasa kok
Gokil, mas, tulisannya. Telkomsel memang harus berbenah. Jika tidak, pelanggan akan pergi satu per satu. Di zaman digital, jangan pernah bohongi pelanggan yang sudah sangat cerdas dalam memilih.
Coba saja Telkomsel menurunkan harganya sedikit, pasti menjadi idola pengguna hp tanah ari. Kalo sekarang jadi idola karena terpaksa yang lain masih lom sanggup menandingi.
@yodhia, masalah utamanya apa? Paket internetnya kemahalan atau NPMnya ketinggian?
Kalau internetnya kemahalan , situ jangan beli dong. susah amat nyari alternatif inet yg lain.
NPMnya ketinggian? bagaimana dengan isat dan xl yg NPM 3% – 4%, bahkan fren NPM minus. situ mau naikin????
saya setuju.. yg dibandingkan itu harga data internet seluruh negara di dunia rata2 brp bukannya NPM (net profit margin) kalau bukan org finance ya spt ini.. saya rasa harga internet telkomsel masih wajar dibawah rata2 harga data inet di dunia kog.
mas J.CO kalau laper belinya dari restoran/warung berdekatan apa harus pergi keluar negeri setiap kali mau makan? kalau masak sendiri juga beli bahan mentahnya juga kan di indonesia.. apa yg perlu difahami disini adalah kebutuhan internet zaman sekarang sudah sama pentingnya seperti kebutuhan kesembako.. gak percaya? buktikan saja sendiri.. jadi kalau masnya bilang situ orang finance.. mas harusnya bisa mengerti lebih baik apa itu perbedaan kurs mata uang.. masakan si mas J.CO mau membandingkan harga nasi sepiring di Indonesia dgn harga nasi sepiring di singapura? kan gak lucu toh?..adanya juga harus membandingkan harga nasi dikampung pedalaman dan harga nasi dikota.. kalau ada pun bedanya palingan cuma ribu-ribu perak.. harusnya Telkomsel juga begitu.. jadi semua bisa sama rata.. bkn cuma yg dikota doang yg bisa menikmati sinyal yg bagus yg bikin kenyang.. kami disini dipelosok juga harus bisa merasakan servis yg mengenyangkan karena harga yg kami bayar itu sudah harga nya beras nasi import!!
silakan anda pergi ke Indonesia Timur dan rasakan sendiri sulit atau gampang milih layanan dari operator lain.
Saya pernah tinggal di Indonesia timur bro (di Papua barat), emg situ tinggal dmn??? Kalo emg ga bs internetan knp ko bs komen dan upload status?? 2th terakhir koneksi datanya sdh lbh bagus lah sdh lbh cepat ada 3G & 4G, bny dr kami yg sgt terbantu dg koneksi data tsel saat ini….terkadang ada gangguan jg wajar…sama sperti PLN yg sering mati ato nyala cm 6-12 jam sehari…pemancar tsel jg pake listrik lo…
Saya sedjak era BB booming sekitar tahun 2007, semua paket internet dan data beralih pakai yang lain.
Saya pengguna Telkomsel dari dulu kala, nomor saya masih simpati 11 Digit, gak pernah migrasi ke Halo, karena saya suka..
Saya pakai internet telkomsel kalau mendesak saja, dan terakhir kali itu sekitar 5 tahun lalu. Entah kenapa semakin kesini semakin mahal aja telkomsel.
Dari jangkauan ya memang luas, tapi merepotkan, apalagi untuk orang yg suka bepergian keluar pulau, paket data yang dibeli tidak bs digunakan. Dan jangkauan 4G tidak sebagus lainnya (untuk d dalam kota)
@yodhia,
Ulas juga tentang performance serta kepemilikan saham Indosat Ooredo dan XL Axiata dong. Biar fair kami sebagai pembaca dalam menilai.
Emang sih kalau Telkomsel ini udah keterlaluan. Katanya BUMN kok malah menindas rakyat.
Cobalah berbisnis yang agak rasional, jangan terlalu naif deh. Rejeki itu udah di atur oleh Tuhan, jadi jangan terlalu serakah deh. Kami konsumen juga mempunyai hak untuk mendapatkan harga yang terjangkau.
maka kata telkomsel harga mereka paling murah. yang mana yg benar ya.
untung saya pakai Tri, jadi ngga ngerasai derita seperti hacker di atas.
kalau saya perhatiin tulisan hacker diatas.
kayaknya hacker ini lagi sedih karena ngga jadi salah satu investor telkomsel yang sedang meraih untung gede.
he he…,
Nah.. lucu ini,
baru kali ini baca tulisan mas Yodhia yang begini, yaitu perusahaan disuruh mengurangi keuntungan.
Telkomsel tidak memonopoli, konsumen bebas memilih, kenapa konsumen tidak memilih provider yang lain saja? kan gampangnya begitu.
“Manfaatkan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu”, siapa tau keuntungan masif saat ini bisa menjadi biaya “subsidi” kejatuhan dimasa depan, yang ujung-ujungnya untuk mempertahankan perusahaan agar tetap eksis.
Teringat tulisan Mas Yodhia tentang batu akik, jadi yang salah yang “beli” batu akik atau batu akiknya sendiri?, apa batu akiknya mesti dikasih tulisan juga supaya jangan mahal2 dijualnya sampe harga jutaan ada yang mau bayarin gitu? atau orangnya perlu diedukasi bahwa batu akik itu hanya emosi sesaat dan harganya irrational dan tidak perlu dibeli?
kalo nuruti logika sampean, maka sah juga ya kalo PLN menaikkan harga setinggi langit atau PERTAMINA cabut subsidi harga Premium biar makin WOW aja laba bersih PERTAMINA.
gimana? Boleh ya?
Komen tolol, gak bisa bedain mana yg monopoli mana yg gak -,-
Masih ada yg perlu diingatkan untuk Indonesia Timur dibagi zone2 yg bener2 mencekik harganya dgn alasan infrastructure yg mahal padahal sudah 12 tahun lebih bercokol…bener2 telkompret
Mas…setelah dibangun itu butuh di maintanance loh… Itu juga ada cost..yang bahkan bs lebih besar dr biaya pembangunan
Saya setuju cak, saya tinggal di papua, kebijakan zonasi bikin kita di papua mirip anak tiri. Bonus ini itu tapi dibelakang ada kalimat tidak berlaku untuk maluku dan papua. Wtf!
Msh lbh baiklah drpd operator sekelas Isat dan XL yg ga banyak bangun di Indonesia Timur….12 th kemana aja mrk??
Perlu diingat bahwa telkomsel adalah BUMN, profit juga masuk kantong pemerintah, bayar pajak juga paling gede dibanding operator seluler lain. Pajak itu dipakai buat APBN yg mana ikut bantu bangun jalan raya yg kalian pakai tiap hari.
Jadi yg doakan telkomsel cepet2 bangkrut, anda sehat?
tak pikir tulisannya bakal menarik, ah elah, taunya cuman ngulang2 32% mulu, kurang dalem tulisane mas’e, mesti banyakin riset lagi, jangan cuma judulnya aja yg bombastis 🙂
Telkomsel lebih baik bertidak tegas seperti Apple.
Apple menuntut Samsung, Bank bank Australia, bahkan FBI ke pengadilan.
Jadi, Telkomsel lbh baik cari tu hacker, sewa pengacara paling mahal, lalu penjarakan dg UU ITE, lalu biar membayar denda yg besar untuk mengganti server yg tdk bisa diakses normal.
Telkomsel lbh baik membuat produk n bertindak seperti Apple :
“My way or the highway” ( take it or leave it ).
gak pernah baca pasal 33 UUD 45?
sok-sokan take it or leave it… ntar kalo Listrik dicabut subsidinya jangan demo berjilid-jilid ya..
Ulasan yang cukup bagus
Btw imho, kalo telkomsel menurunkan tarif, bagaimana nasib operator lain. Bisa jadi malah pindah semua ke telkomsel yg tarifnya dimurahin jaringannya luas, ujung-ujung nya yg sebelah gak dapat pelanggan. Ntr dikira monopoli lagi.
Mungkin pentarifan telkomsel sudah diatur sedemikian sehingga oleh pemerintah supaya tidak merugikan operator lain.
Kalau ngomongin saham profit lari ke luar negeri. Apakah ada pembanding antar operator tentang kepemilikan saham ini. Berapa % yg punya indonesia mana yg punya luar
Masalahnya adalah bukan 32%nya, tapi di 65% nya. Jadi silahkan buka undang2 ttg maksud dan tujuannya didirikan bumn.
Jika 32% tsb ada di xl,isat, maka sudah tak lg jadi masalah.
Jika tsel gk mau ada masalah di 32%nya, maka harus jual yang 65% nya. Paling bermasalah dgn kepentingan politik negara stlh isat yg dijual mega.
Saya merasakan apa yang dirasakan hacker, soalnya pakai telkomsel.
Saya sependapat dengan hacker dan artikel ini.
Telkomsel emang buas dalam mendapatkan profit..
Semoga bisa dikondisikan.
Hacker itu gak jahat, tergantung Anda nya. Kalau kaya gini wajar di hack????
RASAKAN!!
Bravo for Hacker!!
Internet dan komunikasi sdh mnjdi hal vital dlm kehidupan harian masyarakat. So udh agak masuk dalam kategori primer..
Harga yg terjangkau sangat mendukung dan mendongkrak iklim aktifitas masyarakat..
Saya rasa ini bukan keserakahan lagi, Tp suatu upaya KONSPIRASI.. Anehnya, Penguasa lebih memperhatikan masalah MAKAR dan lainnya yg terbukti ilusi ktimbang kenyataan di depan mata bahwa harga Internet kian mahal..
Berharap seluruh saham Telkomsel dan bumn strategis lain dapat dikuasai Negara lgi seutuh nya..
Kafiiitalisme sungguh kejam Om Yodhia, heheheh…!
makasih ulasannya Bang untuk hari ini..
Setahu saya, telkom memang hidup dari telkomsel sekarang, dengan status mati segan hidup ga mau cape ya telkom itu.
Bonus karyawan telkom wah sekali mungkin lebih wah dari karyawan telkomsel, makanya 32% masih kurang klo perlu 40 atau 50%.
Klo misal pelanggal yg menjerit ya di bilang, “masih banyak operator lain monggo dipilih yg seperti kami”
Keren memang untuk sebuah perusahaan, cm ingat mereka bisa begitu krn siapa coba klo pelanggan kabur apa ndak nyungsep sampe berantakan.
Telkomsel memang mahal sih saya rasa. Itu kerasa dan keliatan sekali, ketika berkunjung ke konter2 .. Lihat etalase simcard, telkomsel memang dibanderol dengan harga yg jauh di atas yang lain.. Emang ane akuin telkomsel jago dalam stabilitas jaringan.. Tapi, siapa yang mau pakai? Harga kuota mahal-mahal. Yang lain aja, di daerah ane yang terbilang pelosok masih siap kok untuk melayani koneksi internet yang transfer ratenya lumayan.. Jadinya, telkomsel tertinggal jauh meski sinyal lebih jago.. Hanya karena harga2 itu..
Telkomsel mantep.. Semoga masih bisa berjaya.. :v
Menurut mereka yg berdomisili di keriuhan kota mungkin pendapat dan kata2 menyudutkan Telkomsel tersebut masuk akal, tapi tidak dengan kami yg tinggal di pelosok dan pedalaman Tanah air tercinta, Telkomsel bahkan cuma satu2nya provider yg mampu menjangkau kami di sini, bahkan saat tetangganya yg katanya punya tarif lebih murah tapi itu cuma bisa kami dengar dan lihat iklannya di televisi.
Ada posting seperti ini di kaskus, layak dicermati: https://m.kaskus.co.id/post/590399019a0951033e8b4567#post590399019a0951033e8b4567
Jika tsel bisa merambah sampai ke pelosok2 itu sudah tugas dia sbg perusahaan abdi rakyat (65% saham rakyat),tidak perlu dicompare ama isat dan xl yg notabene gk ada kewajiban berbakti kepada rakyat.
Tsel bkn bumn,yg bumn pt.telkom?? Jgn kita bermain kata2, semua jg tau klo telkom yg mengendalikan tsel. Artinya tsel scara gk lsg milik rakyat jg.
Klo mau claim tsel adalah swasta,silahkan jual dulu saham 65% itu ke singtel,br lah claim “saya adalah swasta’.
Mas..kok ada perusahaan untung malahan disuruh jual ke negara lain?
Kok lucu…
Soalnya tsel selalu berdalih perusahaan swasta krn gk mau jd abdi rakyat. Jika ingin menjadi swasta silahkan jadilah swasta sejati,tinggalkan saham rakyat (klo berani nrima gelombang kritik politik).Jgn klaim2 swasta klo msh ada duit rakyat disitu. Klo mau jadilah abdi rakyat sejati, jgn claim2 swasta sbg pembenaran harga mahal.
Sdh pernah bc sejarah berdirinya Telkomsel?? Dmn dl Telkom bkn pemegang saham mayoritas, hingga akhirnya di th 2002 jd pemegang sahm mayoritas?
Dan 1 lg,infrastruktur tsel,bts dll, didominasi barang china (h***&zt***), yg kt tau harganya brp. Jd alasan krn infrastruktur,tak masuk akal.
Lama2 keliatan bego nya nih org…hrg infrastruktur china dibilang murah…bgmn dg maintenance cost nya di pelosok2 Indonesia??
Apapun alasannya,
” BEKERJA dan MENJADI KARYAWAN DI SANA adalah SALAH SATU IMPIAN FAVORIT anak-anak muda negeri ini”
Sebagai konsumen, bila produk yang dibeli terasa mahal dan ada produk penggantinya, ya tinggal ganti produk lain saja.
Bila produk yang tersedia sama-sama mahal, ya cari yang service-nya lebih baik.
Itu pendapat gw aje sih….
dan pastinya tiap orang punya prinsip dan idealisme sendiri.
Harapannya mudah-mudahan dengan harga yang ‘mahal’ pelayanannya semakin baik.
Terima kasih
http://www.manajemenkeuangan.net | Tempat Gratisss Belajar Akuntansi Keuangan |
Kalo berbicara impian tempat bekerja anak muda, kyknya oil company msh di nomor satukan dlm impian anak2 muda.Dan gk ada hub juga.
Kebayang ya kalo harga minyak naik tp disuruh beli merek lain.
Dan sepertinya pertamina tidak anti kritisi jg ya.
gw yang ngerjain ampe plosok” ampe ke jepit. ke ujanan ke panasan.. cuma gigit jari doank.. kan gw upgred 4g lte telkomsel.. cuma 2jt gji gw.. sedih baca nya.. bonus nya mana..
berapa sih emang bayarnya untuk internet? kayaknya telokomsel normal kok.
ana pakek vodavone dimesir 7 giga harganya 80rb rupiah. tapi internetnya gk kenceng2 amat paling kalo buat download video kecepatannya 2 mb per detik, tapi klo buat downlod di youtube bisa sampe 10mb per detik.
emangnya situ kalau laper makannya pulang ke Indonesia? enggakkan.. situ pasti belinya dimesir jugakan.. ya begitu juga yg tinggal di Indonesia.. keperluan internet zaman sekarang udah sama pentingnya kayak keperluan sembako.. jadi bandingin harganya ya jangan jauh2.. ya sama warung sebelah harusnya..
apa mungkin investasi di Telekomunikasi di Indonesia jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan negara2 lain didunia.. kan kita kepulauan mungkin jaringan kabel bawah laut jauh lebih mahal investasinya..
Sebagai Pelanggan pasti kita akui pengen nya yg murah dan juga kualitas oke. Berhubung kita di sini tidak ada pilihan lain ya mau tidak mau tetap di beli, sebenarnya masih masuk akal juga harga kuota internet telkomsel, bisa dpt 11GB dg harga Rp 99.000,. Yang saya kurang setuju cuma kuota terbagi lagi untuk video max (hooq&viu) karena kebanyakan dari kita tidak membutuhkan itu.
pengalaman ke US, beli paket yg 1 minggu 1,1jt, begitu pulang ke tanah air tagihan yg keluar 3,5jt, konsumen tetap kalah
dan disitulah yang namanya keadilan,terkadang melawan rasa takut dari ketinggian,bekerja tak mengenal waktu,pantang menyerah sebelum menang,pergi pagi pulang pagi.
tks telkomsel
Mas Yodhia, dibayar berapa sama sponsor nih?
Kalo memang dirasa mahal dan untungnya berlebihan, tinggal pindah aja mas ke operator lain.
Susah amat. Pilihan ada di kita sendiri sebagai pelanggan yang cerdas.
Tentang untung, mustinya di syukuri dong ada perusahaan sekelas telkomsel di indonesia. Coba cari perusahaan mana lagi yang bisa nampung ribuan karyawan, jutaan lapak pulsa dan bawa nama indonesia ke luar sana.
Jangan malah dicerca. Ingat anda telah dzalim pada bada bangsa sendiri.
Repot juga ya posisi telkomsel?….
Mereka kualitas sudah jelas punya, dan jangkauannya juga terluas… Nah jadi kalau telkomsel memberikan harga murah, operator yg lain mana bisa laku?……
Lha wong pedagang dipasar saja kalau ada yg jual lebih murah akan di protes sama pedagang lain?……
Itu sah-sah saja kan?, siapapun yg merasa punya kualitas, tentu bisa pasang tarif mahal berdasarkan kepercayaan diri mereka…….. toh bukan monopoli…
Bukan itu yg menurut saya jadi masalah,,,,, Yg menjadi masalah dengan operator ini adalah ketika paket internet habis, maka ketika kita akses internet akan mengambil kuota reguler secara otomatis tanpa pemberitahuan/peringatan… Nah disitulah yg menurut saya adalah kecurangan dan perlu di kritik… Bukan dari harganya…
Kalau telkomsel nanti menurunkan tarif, ya saya nggak bisa nolak sih… hehehehe…
Saya yg termasuk setuju sama hacker yg meretas,boro2 layanan memuaskan atau jaringan 4g,jaringan 3g aj susah padahal saya masih di daerah cikarang dan gak jauh dari jababeka daerah industri,sudah laporan selama 7 bulan tp gak ada tanggapan serius,sekarang lebih ribet lagi dengan paketnya yg di bagi2 ada 3g,4g trus gak penting lagi kuota video yg gak penting….
Andai mas tau… Bahwa masuk ke kawasan industri itu tdk mudah..
Bahwa Telkomsel selalu ingin memberikan pelayanan yg terbaik bagi pelanggan namun pasti nya disetiap tempat tidak bisa di bangun BTS sembarangan saja…tp harus ada ijin dari pemilik lahannya..
Karena Telkomsel bukan BUMN dan bukan Monopoli… Walaupun ingin ada BTS disana tdk bs dibangun karena banyak hal non teknis..
Sependapat dengan artikel ini, sebagai user Telkomnyet ane merasakannya TER..LA..LU..
Smoga saja kuota2 Telkomshit yg ter-bagi2 dijadikan flat all in one (2G-3G-4G) apa lg pke kuota hooq dll. gak guna.
Merugikan konsumen SANGAT klo ada kuota 4G tp jaringannya gada atau handsetnya gak support, lost total lah jd sampah.
Bijimane kalo tsel tdk ada d daerah2 terpencil kyk tmpat ane tugas. Biar mahal yg penting stabil 3G/4Gnya. Mao pake isat masih EDGE, mao XL 3G tp giliran gerimis lngsung ilang jaringanne (SOS)…. Bijimane bijimane kangggg
Emang kenyataan nya telkomsel dan seperti kbnyakan perusahaan di negara ini cm ngejar keuntungan sebanyak2nya,tnpa memperhatikan kualitas layanan. Kata siapa koneksi telkomsel plg bgus? Omong kosong. Cm di iklan nya aja yg bgus. Mahal iya.. Kualitas layanan..bla bla bla.. Msh bgusan jg pake three.. aq pake simpati sm three.. Simpati cm buat sms sm telp.. Tapi loq buat internetan tggu dlu.. Pengalaman membuktikan three selangkah lbh memuaskan untuk koneksi yg stabil dgn hrga jauh lbh murah..
Ikut nimbrung..
Mari sejenak kita bayangkan jika tsel menurunkan tarifnya. Kemungkinan yg terjadi :
1. Pelanggan tsel melonjak krn alasan yg sdh banyak d sebutkan d atas
2. Traffic tsel melonjak sehingga mgkn mempengaruhi layanannya.
Apa yg d lakukan tsel saat ini justru membuat kompetitor tetap hidup. Jika d rasa mahal kita msh punya pilihan untuk menggunakan operator lain.
Sesederhana itu 🙂
Keren ulasannya. Seraya berharap balon google segera mengudara di langit Indonesia. Sehingga seluruh rakyat indonesia bisa mendapatkan layanan wifi gratis dari google.
Oh iya jadi ingat, gimana tuh kabarnya balon google?
Ulasan di artikel ini juga mewakili kegelisahan hati saya. Dan ternyata telkomsel untungnya banyak baru tahu saya. Semoga artikel ini juga di baca pihak pengampu kebijakan di telkomsel
Kalau dari kejadian ini, tidak ada perubahan yang dilakukan. Berarti telkomsel memang benar-benar rentenir bermuka tembok!
32% emang besar banget yah?
Beruntung lah saya tinggal di daerah yang semua provider internetnya lumayan lancar. Jadi bisa gonta ganti. Cari yang promo..kalau ada promo A pakai A, kalau B ada promo ya ganti B
😀
Mestinya yg 10% bisa diwujudkan untuk memperkokoh nasionalisme. Dengan memeratakan layanan ke seluruh pelosok negeri. Saya sendiri di pelosok Kalimantan Selatan, kalau ingin menikmati jaringan 4G, harus ke kota sejauh 17 km. Untuk layanan 3G / HD aja susah banget.
Merasa tak tersaingi, tidak ada upaya Telkomsel untuk meningkatkan kualitas layanan.
Pelanggan jadi korban juga.
Ah masa ga ada usaha sama sekali mas dari telkomsel?
Berarti usaha saya untuk nyari lokasi2 bts baru di pedalaman kalsel percuma ya?
Ya ga mungkin daerah yg penduduknya cuma 100-200 orang dikasih bts 4G, lebih mahal biaya operasional daripada profit, dan belum tentu semua karakter orang seperti anda yg doyan menggunakam smartphone
Lupa kalo 65% saham Telkomsel milik BUMN?
kalo mikiriin profit terus ya jadi swasta murni aja sekalian.
toh kerugian di daerah tertentu bisa tertutupi oleh margin secara nasional
PLN aja dituntut untuk selalu masuk ke pedalaman mengaliri listrik walau belum tentu dapat laba
Ah, emank mahal kog. di negara ipin upin tu aja masih murah kuota internt die.
yang di keluhkan kan mahal nya KUOTA Internet, pembagian zona, dan pembagian waktu.
Telkomsel selalu menipu konsumen, dengan banyak nya pilihan paket aneh. yang sbener nya gak perlu.
Bego nya Telkomsel itu mengatakan kalau layanan Telkomsel adalah yang termurah di bandingin negara eropa ataupun tetangga?? Ngaca doonk. bilang aja perampok!!
Lu bandingin GDP perkapita dia berapa stahun, penduduk dia berapa, ya wajar dia mahal?? Indonesia penduduk 270 juta, malay 30 juta, eropa sdh pasti lbh sdikit..
GDP Indo perkapita/Tahun hanya 4000-5000 US$. Malaysia 10000-15000 US$. Singapura 20000 up… apalagi Eropa 50000 up…
Asli nya T-sel nipu Mulu. market indo jauh lebih besar karena banyak jumlah penduduk nya.
lu bangun infrastruktur semua bayar murah pake rupiah, bayar tukang dan gaji karyawan semua itungan rupiah. gak ada yang Dollar.
Kampret emank tsel. “Plat merah harga swasta.
Kesel banget sama Tsel nih. Pengen banget gua kiloin menara nya. #RIP….T-sel ????????????????
Mari kita melihat secara lebih jernih. Mari kita bandingkan industri telekomunikasi di Indonesia dengan negara lain khususnya yang punya karakteristik dan profile hampir mirip dengan Indonesia. Paling tepat ya kita ambil perbandingan dengan negara di Asia Tenggara. Paket Singtel Combo di Singapura dipatok dengan harga Rp 259 ribu (US$ 19,9), dan mendapatkan kuota data sebesar 2 Giga dan bonus 2 Giga di jaringan Wifi. Sehingga rata-rata konsumen membeli paket data Rp 126,5 per mega. Globe di Philipina mengeluarkan paket kuota utama Rp 52,1 per mega, sedangkan Airtel India mengeluarkan paket data 2 Giga dengan harga Rp 95 ribu atau Rp 46,4 per mega.
Bandingkan dengan Telkomsel. Jika seluruh bonus konten dihitung maka tarif internet Telkomsel hanya Rp 3,2 per mega.
Beberapa pihak bilang tarif internet Telkomsel mahal karena ada berbagai bonus seperti video atau musik yang kurang bermanfaat. Padahal ada paket tanpa embel-embel bonus konten seperti paket Telkomsel Maxplore sebesar 2 Giga dengan bonus sebesar 5 Giga di jaringan 4G dan 13 Giga untuk pemakaian di jam tertentu senilai total Rp 70 ribu. Artinya tariff efektif menjadi Rp. 3,4 per mega. Beberapa operator lain juga memiliki paket sejenis dan jika dihitung maka kisaran tarif terendah dan tertinggi berkisar Rp. 1,4 hingga Rp. 14,6 per mega.
Adanya paket dengan berbagai bonus konten itu sejatinya sangat wajar sebagai sebuah gimmick program yang dapat berubah kapan saja. Itulah indahnya kompetisi, yang membuat pelanggan bebas memilih yang mereka butuhkan dengan kualitas memadai dan sesuai dengan isi kantong mereka.
Melihat fakta itu..lalu kata siapa tarif internet Indonesia lebih mahal dari negara lain ? Lalu bagaimana operator lain itu punya net profit margin yang lebih kecil dari Telkomsel ? Ada baiknya kita cermati laporan analis dan juga laporan keuangan Telkomsel.
Dari laporan beberapa analis telekomunikasi, bisa dilihat bahwa pasar selular khususnya data di Indonesia di akhir 2016 bisa dibilang lebih sehat daripada negara lain di Asia. Beberapa faktor pendukung antara lain struktur cost yang berbeda antara satu operator dengan yang lain, regulasi yang berbeda di tiap negara, dan bisa juga karena biaya spektrum yang tidak sama. Laporan CIMB Sekuritas menyatakan kompetisi layanan data di Indonesia menghangat di 2016 tapi masih rasional.
Khusus untuk Telkomsel, beberapa tulisan yang beredar menyebutkan bahwa laba bersih Telkomsel mencapai Rp 28 triliun sehingga net profit marginnya mencapai 32%. Pihak yang nyinyir mengatakan margin itu terlalu tinggi jika dibandingkan dengan operator lain yang rata-rata di bawah 25%. Lalu muncullah tudingan bahwa rakyatlah yang dibuat paling menderita akibat tarif mahal demi margin yang luar biasa itu.
Satu hal yang belum dikupas oleh penulisnya …adalah adanya unsur pengelolaan biaya atau expense yang dilakukan oleh Telkomsel.
Laba bersih tentunya bukan hanya hasil dari keberhasilan mencatat topline atau pendapatan operasi. Pendapatan operasi salah satu komponen terbesarnya memang pendapatan dari jasa-jasa yang ditawarkan kepada pelanggan dengan tarif tertentu, yang kemudian dikonversikan dalam mata uang atau rupiah. Ini kaitannya dengan tarif yang ditetapkan oleh operator untuk tiap layanannya. Khusus tarif internet, di bagian atas sudah disebutkan bahwa harga per mega internet Telkomsel ternyata jauh lebih murah dibandingkan operator lain di Indonesia bahkan di negara lain.
Namun penulis lupa bahwa ada unsur biaya operasi yang juga berpengaruh sangat besar menentukan besarnya keuntungan, khususnya laba usaha. Dalam laporan keuangan Telkomsel tahun 2016 yang dimuat dalam laporan keuangan Telkom sebagai induk usahanya disebutkan bahwa biaya operasi Telkomsel termasuk depresiasi dan amortisasi tumbuh 6,7%, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan revenuenya yang mencapai 14,6%. Apa artinya ? Artinya management Telkomsel berhasil menekan biaya yang menghasilkan efisiensi di berbagai lini. Ini sejalan dengan pernyataan Direksi Telkom di berbagai kesempatan dengan media yang menyatakan bahwa kehati-hatian (prudent) dalam mengelola biaya operasi menghasikan laba usaha yang baik.
Selain itu, beban bunga dan hutang Telkomsel juga kecil sekali mengigat hutang perusahaan relatif kecil dibandingkan operator lain. Maka wajar jika biaya lain-lain Telkomsel pun kecil yang pada akhirnya membuat laba bersih Telkomsel menjadi lebih baik dari operator lain.
Melihat fakta itu, jika perusahaan bisa menunjukkan kinerja yang baik ini berkat pengelolaan biaya yang baik, apakah hal itu harus disalahkan ? Apakah Telkomsel harus dihukum? Seharusnya dengan laba bersih Telkomsel yang besar, rakyat Indonesia justru bersyukur karena sebagian besar kembalinya ke bangsa Indonesia juga.
Telkomsel bisa dibilang satu-satunya operator yang mau membangun sampai ke pelosok Indonesia bahkan sampai perbatasan yang jelas tidak ada peluang bisnis di sana. Dalam sebuah kesempatan Direktur Utama Telkomsel bahkan mengatakan bahwa 45% BTS broadband di wilayah pelosok itu masih merah alias merugi. Namun karena yang dilihat adalah prospek jangka panjang, dan juga ada unsur pelayanan bagi masyarakat di pelosok, pembangunan diteruskan juga. Dari mana biaya pembangunan itu jika bukan profitabilitas perusahaan rendah.
Apakah ada pihak lain yang mau membangun sampai ke sana ? Sampai saat ini rasanya tidak ada… lalu bagaimana saudara-saudara kita yang jauh dari keramaian akan mendapatkan akses telekomunikasi yang sama dengan daerah perkotaan jika bukan Telkomsel yang hadir di sana ?
Laba bersih itu juga tentunya akan kembali ke negara dalam bentuk pajak,BHP dan dividen mengingat Telkomsel adalah anak usaha Telkom yang berstatus BUMN. Sumber dari perusahaan mengatakan 30% dari revenue Telkomsel pada dasarnya kembali ke negara dalam bentuk itu. Belum lagi dengan multiplier effect yang dihasilkan berkat pembangunan telekomunikasi di berbagai daerah.
Dengan fakta ini, seharusnya makin tinggi profit Telkomsel seharusnya rakyat Indonesia makin bersyukur, bukan malah menghujat. Lagipula tidak ada aturan yang menyatakan net profit margin besar itu melanggar hukum.
Jika ada pihak yang merasa tarif internet Telkomsel terlalu mahal, kenyataannya industri seluler di Indonesia sangat kompetitif. Artinya pelanggan dan rakyat bebas memilih layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan kantongnya.
Jadi…apakah salah kalau perusahaan sudah memberikan tarif yang murah tetap bisa menghasilkan kinerja yang baik?
Selain itu rasanya aneh sekali kalau perusahaan yang kinclong dan memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara justru dihujat. Seharusnya justru menjadi kebanggaan negara di tengah industri yang dikuasai oleh asing.
Sekali lagi…Mari berpikir lebih jernih ….
Ini mirip analisa kpi network, kpi bagus tp customer experience jelek. Analisa harga yg sangat bagus,tp experience pelanggan tetap bilang tsel mahal.
Kontribusi ke negara? Knp tsel gk ikut proyek reklamasi jakarta aja biar tambah gede banget untungnya,shingga kontribusi ke negara jg besar. Apakah kontribusi utk negara dgn cara semacam reklamasi jkt yg merugikan rakyat itu yg dikejar tsel?
Jika anda mau compare antar negara,compare jg penghasilan perorang berikut harga barang,cost living,budaya,sistem perekonomian,dll antara indonesia dgn negara tsb. Negara berpaham super kapitalis tdk bs dicompare dgn paham ekonomi-pancasila.
Mas yod, bisa balas komen zakung baik diatas?
Argumen diatas agak miss the point.
Juga komen lain yang agak melebar diskusinya.
Poin argumen utama tulisan diatas adalah : net profit margin jangan ketinggian atau 32%. Cukup 25% saja. SIMPEL.
Nah selisih 7% itu kan lebih baiik digunakan untuk peningkatan kualitas, perluasan jaringan, atau peningkatan kecepatan.
Selama ini yg 7% selalu jadi cash profit dan masuk ke kantong pemegang saham, termasuk Singtel.
Akan lebih bagus jika selisih 7% itu digunakan untuk perluasan jaringan broadband. Jadi jangan dimakan semua jadi profit. Dikembalikan saja demi kepuasan pelanggan.
Itu poin utama argumen tulisan diatas. Simpel kan. Dan sederhana.
Semua komen yang kontra, diskusinya melebar kemana-mana…..dan miss the point.
Fokus ke argumen utama artikel ini saja : kurangi profit margin. Cukup 25% saja, jangan 30an persen.
Lalu gunakan selisihnya untuk kepentingan pelanggan, bukan pemegang saham.
Simple argument namun powerful.
Apk sdh menganalisa jg brp capex nya? Itu utk pengembangan jaringan dan kualitasnya….brp capexnyh digelontorkan th ini?
Nothing wrong with Telkomsel, net profit 100% sekalipun, kecuali bahwa Singtel (Singapore Telecom) juga punya saham di sana, sampai 35% lagi. Mustinya 100% sahamnya punya PT Telkom, biar 100% jadi milik Indonesia.
Ah, emank mahal kog. di negara ipin upin tu aja masih murah kuota internt die.
yang di keluhkan kan mahal nya KUOTA Internet, pembagian zona, pembagian 2G,3G,4G dan pembagian waktu.
Telkomsel selalu menipu konsumen, dengan banyak nya pilihan paket aneh. yang sbener nya gak perlu.
Bego nya Telkomsel itu mengatakan kalau layanan Telkomsel adalah yang termurah di bandingin negara eropa ataupun tetangga?? Ngaca doonk. bilang aja perampok!!
Lu bandingin GDP perkapita dia berapa stahun, penduduk dia berapa, ya wajar dia mahal?? Indonesia penduduk 270 juta, malay 30 juta, eropa sdh pasti lbh sdikit..
GDP Indo perkapita/Tahun hanya 4000-5000 US$. Malaysia 10000-15000 US$. Singapura 20000 up… apalagi Eropa 50000 up…
Asli nya T-sel nipu Mulu. market indo jauh lebih besar karena banyak jumlah penduduk nya.
lu bangun infrastruktur semua bayar murah pake rupiah, bayar tukang dan gaji karyawan semua itungan rupiah. gak ada yang Dollar.
Kampret emank tsel. “Plat merah harga swasta.
Kesel banget sama Tsel nih. Pengen banget gua kiloin menara nya. #RIP….T-sel.
Comment terbanyak yang pernah saya tahu sejak saya mengenal blog ini, hehe CMIIW mas yod karena saya blm 6 bulan mengenal blog sampeyan.
Sampe saya terheran2, ada yang “debat” gara2 OOT, bawa2 dalil agama segala *geleng2 sambil senyum2 saya bacanya* 😀
Saya sampe lupa mau komen apa tadi, gara2 baca komen2 yg oot, ada yang sok tau, tegas tapi ternyata salah.. haha
Keep blogging and inspiring mas yod 😀
menurut saya, dihack-nya situs telkomsel – sudah lebih dari seminggu kalo, bahkan bisa lebih dari itu?
kenapa, di google cache site title dan description situsnya sudah keindex oleh google.. sependek yang saya tahu dibutuhkan lebih dari seminggu google bisa mengindex perubahan itu..
yang menarik perhatian saya adlah kok bisa situs perusahaan sebesar itu di hack selama beberapa hari kok gak tau, sampai google pun bisa mengindeks kalimat hasil retasan
lah terus buat apa bayar mahal adminnya kalo dihack berhari-hari baru ketahuan?
Seandainya Pemerintah memberikan kebebasan pengijinan seluas2nya bagi Operator2 lain (Axcel,Tree,dan Indosat) untuk membangun jaringan BTS didaerah2 Pelosok pasti masyarakat banyak yang pindah ke Operator lain karena Operator lain biaya yg ditawarkan relatif terjangkau dan murah…
sehingga pada akhirnya telkomsel juga akan menurunkan tarifnya…
Didaerah Jakartaa rata2 orang sudah memakai Operator lain (Xl,Idset,Tree dan Axis) karena biayanya terjangakau murah karena ada jaringan BTS diwilaya Jakarta (Contohkecilnya)
Kok bisa pulak topik nya hacker melawan telkomsel?. ngak salah?..
bagus tulisannya mantap.. lanjutkan
artikel tentang Telkomsel padahal saya buat 4 hari sebelum kejadian dan suara saya tersampaikan . alhamdulillah judulnya tentang
FENOMENA KUOTA DAN SERVICE INTERNET INDONESIA, KAMU HARUS TAU !
pak Yodia Kok Artikel Ini Gak ada isi Solusinya
“Bahkan dengan hanya margin 20% pun, sebenarnya Telkomsel tetap akan untung besar dan semua dana pembangunan infrastruktur (capital expenditures) akan tetap DAPAT DIPENUHI.”
iyess bang yodh iyes banget,
untung banyak sebaik nya harus bisa di maksimalin buat pemerataan kesenjangan sinyal.
ini sejati nya keuntungan real yang bisa di rasakan oleh kita semua
Kebutuhan internet skrg seolah2 bergeser dari kebutuhan tersier menjadi sekunder. Ada bocah ngedeface website doang udah lgsg dibilang perlawanan..
Gw lebih melihat fenomena ini sekedar persaingan bisnis. Jadi please buat pelanggan / bukan pelanggan telkomsel yg baru melek internet jgn ikut2an membully kalo cuma pengen dibilang kekinian..
Solusi simplenya cari provider yg lebih murah khusus utk internet.
Ngebully ujung2nya butuh mah nambah pikiran lo doang, makan aja susah mikirin internet hahahah..
Gw punya no telkomsel udah gw pake selama 15tahun tapi sampe detik ini gw ogah beli kuota internetnya telkomsel.. mahal broo.. makan aja susah. Hahahaha…
Masih belum sadar juga telkomsel, belum seberapa kasus hack yang kemarin di banding dengan kasus 2012 Telkomsel kebobolan pulsa 12 Milyar oleh hacker. Saya yakin kalau kondisinya begini terus, banyak hacker2 lain akan menyusul untuk test and trial di Network Telkomesl.. Hehehe…
Masih belum sadar juga telkomsel, belum seberapa kasus hack yang kemarin di banding dengan kasus 2012 Telkomsel kebobolan pulsa 12 Milyar oleh hacker. Saya yakin kalau kondisinya begini terus, banyak hacker2 lain akan menyusul untuk test and trial di Network Telkomesel.. Hehehe…
Baca tulisan ini jadi menggetarkan jiwa banget ya. Soalnya jadi mikir……. Semakin gede profit semakin gede bagian singtel. Pffft. Artinya dana pembangunan untuk indonesia terserap ke singapore semua
Telkomsel memang berkelas. Positioning yang dibangun menjadi provider yang berkelas. Wajar aja buat rakyat kecil kalau punya nomor telkomsel itu sesuatu gitu mas yod. Bisa menunjukkan strata sosial 🙁
Kalau pendapat saya berawal dari positioning itu mereka menetapkan harga jual jadi lebih mahal. Jadi ga pakai logika bisnis normal tapi upnormal. Didukung profider lain yang secara infrastruktur seperti sebaran tower jauh lebih sedikit. Telkomsel tumbuh menjadi profider yg sombong.
Kalau telkomsel turun harga saya kira ga bakal rugi, bahkan profit margin ga bakal turun. Karena jumlah pengguna akan naik 2x atau 5x lipat. Profider lain yang bakal kesulitan mencari pelanggan.
Pingback: Motif Hacker Menyerang Telkomsel : Keserakahan Bisnis Bernilai 28 Triliun
entah yaa…
Baru baca dan baru tahu ulasan tentang telkomsel ini.
Bingung antara harus bangga karena bagian dari BUMN memiliki profit yang masif ini, atau harus kesel sesuai dengan isi pesan hacker.
Akankah keserakahan ini memberikan dampak buruk kepada Telkomsel om Yodhia?
Klo lihat data 3 tahun terakhir saja sudah diangka 29% margin profitnya dan sekarang naik menjadi 32%, artinya strategi mereka tepat dong?
–
Blog Manajemen SDM (free 3 ebook keren)
https://www.manajemensdm.net
Di tempat saya Telkomsel udh jadi tren,.. kalo kita gak pake telkomsel orang2 pada malas hubungi karena telkomsel mahal hubungi operator lain,.. karena rata2 pake telkomsel
Jadi operator lain susah bersaing
yang dipermasalahkan konsumen kebanyakan dari kebijakan tarif data Telkomsel ini saja :
1) pembagian zona
2) dengan tarif yang dikatakan lebih tinggi dari kompetitor, kuota data masih disunat juga untuk service yg belum tentu semua orang pakai (hiburan). Dimana kompetitor ngasih service ini sebagai bonus, bukan dari kuota utama. Plus masih dibagi lagi 2G, 3G only dll dll. Ribet.
3) kebijakan 15 hari data 4G. Sebagai operator yang gencar ‘merayu’ user untuk pindah ke 4G ini kan kebijakan yang lucu. Kompetitor bisa kasih full data 4G 30hari. Terlepas dari alasan apapun, infrastruktur kek dsb, what a joke.
Saya masih pakai Telkomsel tapi hanya untuk telepon. Untuk data saya pakai operator lain, yang kuning dan yang biru.
telkomsel ngga bakal bergeming, dia diatas angin soalnya jaringannya ngga bisa dipungkiri yang paling luas saat ini.
Walau mustahil terwujud, indosat xl tri merger saja atau setidaknya kerjasama bangun infrastruktur dan lawan telkomsel.
Telkomsel ini perusahaan plat merah kan? kalau perusahaan plat merah gini kalau untung pasti jadi pemasukan negara kan dan digunakan untuk membiayai negara dan ujung-ujungnya untuk rakyat juga.
Masalah harga yang mahal kan masih banyak alternatif lain. Jadi slow aja man 😀
Saya bukan pengguna setia si merah , masih tricky juga cari operator yang murah meriah kok 😀
ini seperti internet kabel si ind*home,,, tarif yang terus menerus naik!! BUMN macam apa ini..
berharap pada provider sebelah. Tri malah terus menerus meluncurkam produk denga tarif yang bisa dibilang sangat dan sangat murah! sayangnya untuk masalah jaringan tidak semua tercover
Udah bagus management banwitdh telkomsel dengan memilah penggunaan Internet. Bayangkan jika harga kuota untuk nonton disamakan dengan kuota chatingan. Bisa rusak anak-anak bangsa.
Saat ini kebijakan sekolah hampir 80% memperbolehkan siswanya bawa hape, ndk kebayang jika mereka membeli kuota inet dengan 20rb = 20GB macam macam keadaan, ada yang nonton bokep, ada yang nonton korea dan macam2 kejadian.
Jika hanya internetan untuk chating dan baca2 this oke dikalangan siswa.
Saya pikir management harga mesti ada Tergantung kebutuhan.
Ulasan yang sangat menarik,,semakin berasa kalau rakyat yang bodoh macam saya ini selalu terkondisikan harus menggunakan provider yang satu ini,,,ya,,lagi lagi terkondisikan 🙂
Ya begitul sejatinya wajah TOLKEMSOL
Bertahun2 lalu kami melawan mereka…
https://www.facebook.com/groups/gerakanmembunuhclusterisasi/permalink/687504667930408/
Salam…
Sedih kalo membaca tulisan ini, sepertinya diluar kebiasaan ada tulisan yang dangkal dan tendensius seperti ini di blog strategimanajemen.net.
Terkait maksimisasi profit, cobalah tengok tulisan ini:
https://strategimanajemen.net/2013/03/04/mau-income-sampingan-20-jutabulan-hanya-dari-duduk-leyeh2-di-depan-laptop/
Berapa net profit margin yang dijanjikan?
Dosa?
Ada yang protes?
Harusnya, tulisan di blog ini memberikan pencerahan, bukan penyesatan.
Salam jempol ke bawah.
Bahas dari sisi disruptive-nya dong mas.
Ini seolah-olah membenarkan tindakan hacker…
Itu yg blg telkomsel malah msh merugi di daerah tertentu.. tolong datanya mana? BTSnya merah bukan berarti merugi kali.. tp KEUNTUNGANnya yg relatif kecil dibanding di kota2 besar. Makanya signalnya jg ngap2an. Sedangkan di kota besar yg jelas2 keuntungannya gede, signalnya msh kurang apalg di daerah yg cm memberikan profit kecil? Intinya..telkomsel gak akan mau merugi. Jd jgn bikin pembohongan publik seakan2 telkomsel mau rugi demi pelayanan publik.
Klo telkomsel merugi gak mngkn karyawannya sejahtera aman sentosa begitu.. sekian dan terima kasih.
Ketahuan dari sini yang pro Telkomsel dan pro rakyat ,haha
Argumen Pak Yodhia simple saja: Turunkan margin profit 32% menjadi 25% demi kepentingan pelanggan.
Supaya pelanggan bisa menikmati internet lebih murah.
Saya juga merasakan tarif Telkomsel terlalu mahal.
Saya berharap juga tarif data dan telpon diturunkan.
The fact is :
Indosat : 65% QTel (Qatar)
XL : 55% STC (Saudi)
3 : 65% HW (Inggris)
Sama2 untung negara lain…
The fact is :
Indosat : 65% QTel (Qatar)
XL : 55% STC (Saudi)
3 : 65% HW (HongKong)
Sama2 untung negara lain…
Asalkan telkomsel bayar pajak saja. Jangan ngemplang aja… Cuma yang buat gw bt kenapa nomor gw di sebar sama dagang ayam goreng segala sie. Itu Semua kan harus pakai ijin, main sembarangan aja bagi2 nomor orang.
Harapan saya semoga kualitas terutama di daerah terpencil ditingkatkan, meskipun sah-sah saja dengan kekuasaan besar mengatur harga dan jaringan.
Dari awal memang saya tidak suka dengan Telkomsel karena biaya mahal walau kualitasnya bagus. Tapi setelah tau morotin rakyat sih, saya tambah makin enggak percaya.
makasih atas pengetahuannya
Ya ya ya.
Telkomsel juga merugikan pelanggannya dengan menyelipkan iklan.
Hal itu biasanya dilakukan pada malam hari, user yang sedang berselancar didunia maya akan diberi iklan2 dari telkomsel yang dirasakan sangat mengganggu..
Mungkin kita perlu mengajukan tuntutan melalui YLKI.
Kalau gak suka atau gak merasakan Manfaat, tinggal pindah aja ke provider lain…
Orang bijak tau memilih,
Dan yang pasti, Dia menyumbang Income untuk negara sendiri.
Nah kalian-kalian mau pakek provider yg meraup keuntungan untuk Negara mereka?
Kalian permasalahkan berdasarkan harga.
Jelas jaringan dia punya…
Terua kalau dibuat sama seperti provider lain…
Enak2in Negara orang donk.
Mikir dulu.
Dalam bisnis memang kemampuan mendominasi menjadi faktor penentu harga. Dengan ketergantungan pasar pada produknya, perusahaan bisa meraup laba bersih yang sangat besar dibanding perusahaan sejenis di bidangnya
Saya tidak tahu mau komen apa pak antariksa, saya baru benar benar tau kalau memang telkomsel begitu mencekik konsumennya tanpa ada yang menyadarkan sedkitpun. Selah membca artikel ini saya jadi was was
TELKOMNYET bloon bener si ya,, di pelosok harga sangat mencekik para konsumennya giliran di kota² harga stabil,, harusnya di kota² yg mahal² dong kan udah andalin pekerjaan dll dan gajinya tinggi,, lah klo di pelosok/pedalaman? Mau kerja apa? Makan minum aja masih banyak yg menggunakan hasil alam,, sama aja nggak bisa komunikasi klo gitu mah,,, Anjuran gw si hacker mendingan jatuhin langsung aja TELKOMNYET ke lobang kuburan biar g idup lagi(g nyengsarain)
#silahkan_tanggapi_komntar_saya_benar_tidak
TERIMA KASIH