Membedah Isi Buku Legendaris How to Win Friends and Influence People by Dale Carnegie

Interpersonal Skill. Ketrampilan menjalin hubungan antar manusia. Tak pelak inilah salah satu skill paling krusial untuk merajut keberhasilan karir dan bisnis.

Faktanya, dalam keseharian aktivitas yang kita lalui, kita pasti harus berhubungan dengan orang lain.

Kecakapan berkomunikasi. Kemampuan untuk menjalin kerjasama team yang tangguh. Keahlian membangun networking. Hingga kapabilitas untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain agar sepakat dengan gagasan kita. Semua kecapakan ini hanya akan berhasil jika kita punya interpersonal skills yg mumpuni.

Dan kita semua tahu, beragam kecakapan diatas berdampak masif bagi sukses karie dan bisnis yang kita jalani.

Nah bicara tentang interpersonal skill ini maka ada satu buku klasik yang amat legendaris. Judulnya : How to Win Friends and Influence People. Pengarang buku ini adalah Dale Carnegie, seorang figur ternama dalam ilmu pengembangan diri yang hidup di tahun 1920an.

Buku How to Win Friends pertama kali terbit tahun 1925. Jadi sudah jadul sekali. Namun oh man isinya tetap timeless. Tetap sangat relevan atau bahkan makin relevan di era mileniial yang gaya komunikasinya serba alay dan katrok ini.

Itulah kenapa buku ini tetap saja menjadi best seller bertahun-tahun lamanya, bahkan hingga hari ini. Versi bahasa Indonesia buku ini banyak dijual Tokopedia atau Bukalapak.

Mungkin sebagian dari Anda sudah pernah membacanya. Pun demikian, isi buku ini tetap relevan untuk disimak ulang, di-refresh agar kita bisa terus menerus mempraktekkan isinya.

Ada banyak pelajaran praktikal dan simpel yang didedahkan dalam buku How to Win Friends and Influence People. Namun dalam kesempatan ini kita akan mencoba mengulas 3 pelajaran saja yang layak dikenang dan dipraktekkan.

Lesson # 1 : Hindari Sikap Mengkritik dan Memberi Komentar Negatif – Lebih Banyak Berikan Apresiasi

Ini pelajaran yang saya kira sangat krusial. Acapkali sejumlah orang terlalu mudah memberikan komentar negatif, bahkan cenderung nyinyir. Atau terlalu mudah memberikan kritik pada kekurangan orang lain.

Mungkin itu sikap laten dalam diri sebagian besar manusia. Terlalu mudah melihat kejelekan orang lain, dan sangat sigap dalam memberikan komentar yang bernada negatif.

Otak manusia memang rasanya ter-desain untuk sensitif melihat kekurangan orang lain.

Saat melihat perilaku atau tindakan orang lain, kadangkala kita langsung fokus pada kekurangannya.

Padahal Dale Carnegie menulis, memberikan kritik dan komentar negatif justru bisa membuat penerimanya sakit hati, dan malah enggan melakukan perubahan yang diharapkan.

Dale Carnenie menulis seperti ini : “Kritik adalah tindakan yang sia-sia karena menempatkan seseorang pada posisi defensif dan biasanya posisi tersebut malah membuat orang yang dikritik berusaha untuk membuat pembenaran.”

Dalam hubungan kerja dengan rekan di kantor, sebaiknya kita menghindari sikap terlalu mudah mengkritik atau memberikan komentar negatif. Sebab terlalu mudah memberikan penilaian negatif pada orang lain, justru akan bisa membuat hubungan kerja menjadi renggang dan tidak produktif.

Alih-alih mudah memberikan komentar yang bernada negatif, sebaiknya kita lebih tekun memberikan apresiasi tulus pada rekan kerja, anggota team kerja atau rekan bisnis yang memang telah menunjukkan hasil kerja yang bagus.

Sikap yang apresiatif niscaya akan memberikan dorongan motivasi yang lebih tebal kepada yang menerimanya. Rekognisi dan apresiasi tulus akan membuat penerimanya merasa bangga dan diperhatikan.

Coba ingat saja bagaimana perasaan Anda saat menerima apresiasi dan pujian tulus atas kinerja yang telah Anda lakukan. Hati Anda akan merasa berbunga-bunga bukan?

(Saya tidak tahu kapan terkakhir kali Anda menerima apresiasi tulus. Atau malah tidak pernah sama sekali?)

Poin dari pelajaran pertama ini adalah : mulai hari ini, lebih tekunlah dalam memberikan apresiasi tulus pada orang lain di sekitar Anda.

Kurangi atau hindari sikap terlalu mudah mengkritik dan memberi komen negatif (apalagi jika disertai dengan perasaan Anda paling benar dibanding yang lainnya).

Lesson # 2 : Jadilah Pendengar yang Baik dan Penuh Atensi

Dale Carnegie menulis kalau Anda ingin menjadi lebih disukai dalam pergaulan Anda, maka caranya simple : jadilah pendengar yang baik.

Jadilah pendengar yang tekun. Dengarkan dengan penuh atensi rekan Anda yang ingin membagikan ceritanya, atau pengalamannya, atau usulan dan gagasannya. Dengarkan dengan penuh empati.

Dengarkan secara aktif – maksudnya Anda menunjukkan minat Anda saat mendengarkan apa yang dia sampaikan, atau aktif mengajukan pertanyaan untuk menggali lebih mendalam apa yang ingin dia sampaikan.

Anda mungkin pernah menemui rekan kerja yang cenderung ingin terus mendominasi pembicaraan, dan tidak punya sikap mau mendengarkan dengan baik. Sungguh sikap yang menyebalkan bukan?

Sebaliknya kita pasti akan senang jika menjumpai rekan yang selalu mau mendengarkan cerita atau gagasan yang kita sampaikan dengan penuh perhatian.

Orang yang dengan penuh antusiasme selalu mau mendengarkan celotehan yang kita sampaikan. Orang yang selalu responsif dan merasa asyik mendengarkan semua kisah yang ingin kita bicarakan.

Jujur saja, saya sendiri memang agak jarang menemui orang yang seperti itu. Manusia yang mampu jadi active listener ini tampaknya memang langka.

Kita semua mungkin masih harus terus belajar untuk menjadi “pendengar yang antusias”.

Mulai besok coba praktekkan langkah kecil ini : ajak rekan kerja atau anggota keluarga Anda untuk ngobrol. Lalu dengarkan setiap isi kalimat mereka dengan penuh perhatian. Berikan atensi sepenuh hati dan tunjukkan sikap antusias saat Anda mendengarkan mereka berbicara.

Lakukan hal seperti diatas lebih sering dalam kehidupan Anda.

Lesson # 3 : Ajak Bicara tentang Hal yang Menarik dan Penting bagi Lawan Bicara Anda

Anda akan jadi jagoan dalam membangun networking skill jika Anda mempraktekkan pelajaran ketiga ini. Yakni : pancing dan ajaklah lawan bicara Anda bercerita tentang hal yang menarik dan penting bagi mereka.

Sebab jujur saja, saya sendiri akan selalu merasa antusias jika ada seseorang yang mengajak saya bicara tentang hal-hal yang menarik minat saya, seperti misalnya tentang internet marketing atau FB Ads.

Saya kira Anda pasti merasakan hal yang sama juga. Anda akan merasa bersemangat jika ada yang mengajak bicara tema yang memang menarik dan penting bagi Anda. Apalagi jika dia kemudian dengan antusias mau mendengarkan pikiran dan opini Anda.

Karena itu mulai besok coba praktekkan pula pelajaran ketiga ini. Ajak istri/suami atau pasangan Anda untuk berbicara tentang apa yang menjadi minat mereka. Lalu dengarkan semua apa yang mereka sampaikan dengan penuh atensi. Dijamin pasanganmu akan makin sayang sama kamu. Tsaaah.

DEMIKIANLAH, tiga pelajaran sederhana dan praktikal tentang isi buku legendaris How to Win Friends and Influence People. Silakan dipraktekkan dengan rutin tiga pelajaran diatas, agar hidupmu menjadi lebih sumringah dan berwarna.

Untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam tentang isi buku Dale Carnegie ini, silakan juga simak video ringkas yang renyah dibawah ini.

Dalam video ini, saya memberikan ulasan dengan lebih detil disertai contoh-contoh nyata yang inspiring.

Silakan klik play dan nikmati video yang insightful ini.

13 thoughts on “Membedah Isi Buku Legendaris How to Win Friends and Influence People by Dale Carnegie”

  1. aku baru baca bukunya bab 1 hehehe udh keren, jadi pengen lebih dalam lagi, kayaknya perlu di buat jild 2 nya bang Yodh, terutama make friends & relationship versi medsos, mungkin beti saja, tapi create new followers & stay follow yg jadi tantangan.

  2. Mantap, hal yang dipandang remeh di zaman serba cepat digital. Bang Yodh mengingatkan kita untuk “turun” kembali ke bumi dimana manusia yang merupakan makhluk sosial tak bisa lepas dari perasaan.

  3. Inspiratif..

    Terkait interpersonal skill saya jadi teringat film hacker berjudul who am i, yang menunjukan kemampuan socioengineering lebih dashyat ketimbang penguasaan software/hardware.

  4. Lesson # 2 : Jadilah Pendengar yang Baik dan Penuh Atensi.

    sepertinya ini bukan saya. tapi saya coba belajar deh.

    oh ya untuk yang ketiga. Lesson #3. bagaimana cara tahu pembicaraan yang menarik ya. apakah tanya ke orangnya langsung.

  5. “Hasrat terdalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai”, quote paling nancep dalam pikiran saya sampai saat ini dari buku itu.

  6. Yang no. 3 itu agak sulit mas. Kadang kita kursng paham yg menarik buat orang lain itu apa… kadang orang juga tertarik dengan bahan obrolan kita, bisa jd karena beneran tertarik atau hanya basa basi 🙂

    Masih terus belajar… semoga sukses semuanya!!

    Salam
    https://umrahjogja.com

Comments are closed.