3 Pelajaran Marketing yang Wow dari Peringkat 20 Brand Indonesia Terbaik

Apa saja 20 Brand Indonesia yang terbaik dan paling mahal nilainya?

Dalam sajian pagi ini kita akan mengulik barisan brand-brand lokal atau juga brand legendaris yang terkenal di tanah air, dan kemudia menelisik berapa brand value mereka.

Setelah membedah peringkat brand paling mahal di Indonesia, maka kita juga akan menelusuri sejumlah pelajaran marketing penting yang bisa kita petik.

Minggu lalu kita sudah mengulas ranking 15 brand global paling mahal di dunia. Nah sekarang kita coba meneropong ranking 20 brand paling mahal (most valuable brand) di bumi Nusantara.

Berikut adalah tabel ranking brand paling valuable di tanah air versi tahun 2019 yang dilakukan oleh lembaga bernama KANTAR – sebuah firma konsultan pemasaran global yang tiap tahun merilis daftar “most valuable brand” di semua negara di dunia.

Ada tiga pelajaran marketing yang bisa kita petik dari daftar peringkat 20 brand Indonesia termahal di tanah air tersebut. Mari kita ulik satu demi satu, sambil ditemani semangkok Indomie rebus.

Pelajaran Marketing #1 : Brand Equity is Great Intangible Asset

Di era marketing modern saat ini, kekuatan brand tak pelak merupakan salah satu intangible asset (aset ghoib) yang amat berharga.

Dari ranking di atas misalnya, nilai merk BCA harganya adalah Rp 168 triliun. Sebuah angka yang masif. Sementara harga merk Telkomsel adalah Rp 100 triliun, dan brand Tokopedia bernilai Rp 30 triliun.

Itu hanya nilai brand-nya saja ya. Jadi nilai yang epik tersebut tidak termasuk aset fisik yang mereka miliki (misal ribuan menara BTS, fasilitas server, puluhan ribu ATM dan ribuan kantor cabang, dan lain-lainnya). Jika dibandingkan, mungkin nilai brand yang intangible ini bahkan lebih mahal dibanding aset fisik yang mereka miliki.

Dengan kata lain, valuasi sebuah bisnis acap ditentukan oleh “aset yang tak kelihatan” seperti brand equity ini, dibanding aset fisik seperti mesin, bangunan pabrik atau fasilitas gedung perkantoran dan lainnya.

Maka tugas para pengelola marketing di semua perusahaan adalah : bagaimana mereka harus terus membangun kekuatan branding secara konsisten, agar nilai brand mereka menjadi makin mahal dan mampu memicu kinerja bisnis yang cemerlang (kiat-kiat untuk membangun brand yang legendaris akan kita ulas minggu depan).

Pelajaran Marketing #2 : Marketing Magic for Good and Bad Business

Ilmu marketing itu memang ajaib. Dalam ilmu ini, tersedia begitu banyak tools dan konsep untuk bisa membuat seseorang “terbujuk pikirannya” dengan mudah.

Begitulah, kita mengenal beragam strategi marketing seperti berikut :

– tentang brand positioning (bagaimana cara membangun dan memposisikan citra merk dalam otak pelanggan);

– tentang copywriting (bagaimana cara meracik kalimat yang bisa menghipnotis jutaan pelanggan);

– hingga trik tentang persuasion science (bagaimana menampilkan iklan yang menarik dan membuat banyak orang mudah tergoda untuk membeli produk yang dipasarkan – semuanya berdasar hasil temuan saintifik yang efektif).

Di tangan yang mulia, semua trik marketing yang hebat itu bisa digunakan untuk menjual produk-produk yang bermanfaat (misal menjual buku, menjual ide pendidikan, hingga menjual aneka produk yang menyehatkan badan).

Namun yang kelam adalah, saat dikelola oleh “dirty hands” maka semua keajaiban marketing itu bisa digunakan untuk menjual produk yang destruktif dengan sukses yang amat gemilang.

Dari daftar brand di atas, ada yang fakta mencolok dan membuat kita agak tertegun. Yani betapa dahsyatnya dominasi brand rokok dalam daftar di atas – diwakili oleh A Mild, Dji Sam Soe, Surya, Gudang Garam, Marlboro hingga U Mild.

Artinya : kehebatan ilmu marketing yang magis itu benar-benar telah dipraktekkan dengan baik oleh beragam brand rokok tersebut – dan menuai hasil yang gemilang (tak peduli bahwa hasilnya membawa dampak yang destruktif bagi kesehatan jutaan pelanggannya).

Begitulah kita dulu mengenang sebuah tagline yang brilian dengan bunyi “Pria Punya Selera” (iklan dari Gudang Garam). Selain itu, para analis marketing menulis salah satu strategi positioning terbaik sepanjang sejarah periklanan dunia adalah iklan Marlboro Man dengan ikon pria koboi yang legendaris itu. Positioning iklan ini memang dulu sukes meningkatkan penjualan rokok Marlboro hingga 10 kali lipat pada era keemasannya. Crazy Marketing, right?

Apa pelajarannya? Ilmu marketing ini memang benar-benar ajaib. Maksudnya, dengan beragam teknik positioning dan copywriting yang jenius, sebuah produk yang sangat destruktif sekalipun bisa tetap dicintai oleh jutaan pelanggannya.

Betapa magisnya kekuatan ilmu marketing modern.

Pelajaran Marketing #3 : the Rise of Digital Brands

Dari daftar ranking di atas, menyeruak tiga brand digital yang memang sangat populer saat ini yakni, Gojek (nilai brand Rp 60 triliun), Tokopedia (nilai brand Rp 30 triliun) dan Traveloka (nilai brand Rp 20 triliun). Kebetulan ketiganya adalah juga Unicorn Indonesia (atau start up dengan nilai perusahaan di atas USD 1 juta atau setara Rp 14 triliun).

Kemunculan ketiga brand digital ini tak lepas dari ledakan internet economy di tanah air. Value brand mereka melesat seiring dengan melesatnya penetrasi pasar dan jumlah pelanggan yang mereka miliki. Namun demikian, nilai brand mereka belum tentu stabil di masa depannya, sebab ada ancaman brand pesaing yang terus menempel ketat mereka; yakni Grab yang tampaknya makin melesat di atas Gojek; serta brand Shoppe yang terus berusaha mengejar Tokopedia.

Langkah Tokopedia untuk menggandeng group boyband Korea BTS tentu saja merupakan salah satu cara untuk terus menumbuhkan kekuatan brand image mereka di mata para pelanggannya. Papan reklame dan iklan TV Tokopedia juga cukup banyak dihadirkan demi makin memperkuat brand positioning mereka sebagai marketplace no 1 di tanah air.

DEMIKIANLAH tiga catatan marketing berkaitan dengan daftar peringkat 20 Most Valuable Brands di Indonesia versi tahun 2019.

Di era kompetisi yang makin ketat, memiliki strong brands tak pelak merupakan salah satu siasat ampuh to rise above the crowd. Kekuatan brand inilah yang acap diam-diam membuat produk tertentu tetap dicintai para pelanggannya.

Misal : dari puluhan merk odol, kenapa Anda tetap terus memakai Pepsodent? Atau kenapa saat mau traveling, Anda secara instingtif pesan tiket melalui Traveloka?

Dan kenapa Anda selalu merasa kangen dengan semangkok Indomie rebus hangat saat kedinginan selepas diterpa air hujan yang penuh kenangan?

Selamat bekerja teman. Semoga hari Anda produktif dan menyenangkan.

Photo Credit by : Fodors

10 thoughts on “3 Pelajaran Marketing yang Wow dari Peringkat 20 Brand Indonesia Terbaik”

  1. Yups… itulah the Power of Brands, yang terus dibangun oleh perusahaan untuk semakin meningkatkan ekuitasnya yang sejatinya tidak memiliki puncak, karena jika hari ini merek A yang berjaya, bisa jadi lusa sudah digeser oleh merek B yang menduduki posisi lebih tinggi lagi, sehingga proses membangun merek, tidak pernah berhenti.
    Di era internet yang tanpa batas ini, proses membangun merek menjadi lebih cepat lagi, dan bukan tidak mungkin, merek-merek besar tersebut akan tergeser oleh merek-merek baru yang super aktif dan mampu memanfaatkan platform marketing yang baru tersebut.

    Artikel yang menarik…

  2. Sangat inspiratif mas artikelnya. Ga nyangka bank dan rokok sangat mendominasi. Mungkin artikel berikutnya bisa bahas metpde how how nya bagaimana mereka membentuk brand yang luar biasa dan biaya nya yang dikeluarkan

    Semoga suatu saat brand punya saya masuk top nasional ??
    aamiin

    salam sukses
    https://umrahjogja.com

  3. Bacaan Senin pagi ber-nutrisi tinggi.

    Bicara-bicara jualan ROKOK dan FINTECH peluangnya masih bagus ya Pak?

    Atau karena brand-nya memang sudah cetar membahan.

    Salam sukses penuh keberkahan dan kedamaian.

    | Accounting Tools dan SOP | https://manajemenkeuangan.net/ |

  4. pelajaran dari sebuah strategi marketing yang bagus..

    semoga menjadi spirit bagi brand yang konstruktif agar tidak kalah bersaing dengan selainnya..

    terima kasih sekali atas artikelnya..

Comments are closed.