Apa hubungannya kekuatan otak kita dengan smartphone addiction? Ternyata hubungannya sangat erat.
Beragam studi ilmiah menunjukkan cara ampuh untuk mengasah kekuatan otak kita itu adalah ketekunan untuk menjalani sesuatu secara mendalam dan dalam durasi yang cukup lama. Di dalam proses itu dibutuhkan kekuatan konsentrasi dan fokus perhatian yang mendalam pada apa yang dikerjakannya (Duckworth, 2017). Otak kita akan mengembang secara positif saat kita melakukan proses ini.
Selain itu, kekuatan mental dan pikiran kita akan makin tangguh saat kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai “delayed gratification” (Mischel, 2006). Atau kecakapan untuk menunda kesenangan seketika atau reward yang bersifat instan.
Delayed gratification adalah kemampuan untuk mau menekuni proses yang panjang dan melelahkan, mau menundak kesenangan seketika, demi tercapainya tujuan di kemudian hari. Pendeknya delayed gratification adalah kemampuan untuk berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian, atau bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian.
Jadi, kekuatan mental dan otak kita akan tumbuh saat kita rajin melatih konsentasi dan fokus atensi yang mendalam, serta kecakapan menjalani delayed gratification.
Nah semua komponen kunci itu hancur lebur dirusak oleh hadirnya smartphone addiction.
Ya benar, kekuatan ketekunan, daya konsentasi dan fokus perhatian yang mendalam, serta kecakapan delayed gratification semua terkapar mati dalam gemuruh serbuan smartphone addiction yang kian menderu.
Faktanya, studi dalam penggunaan smartphone mengkonfirmasi kebenaran muram ini : yakni memakai hape dalam frekuensi yang terlalu sering, akan menurunkan secara signifikan “attention span” (rentang fokus perhatian) dalam diri kita. Kita menjadi makin sulit membangun atensi yang mendalam pada sebuah titik perhatian. Attention span kita makin pendek.
Melalui pola scroll-scroll dan klik klik layar hape kita secara berulang, pikiran kita dilatih untuk terus melompat dari satu titik perhatian ke titik perhatian berikutnya.
Saat menggunakan hape, acapkali kita bergegas dari satu konten ke konten lainnya. Scroll scroll, berhenti sebentar, lalu scroll lagi. Lalu klik ini, klik itu, lalu scroll lagi. Demikian terus dilakukan secara berulang, tiap hari.
Pola semacam itu melatih otak kita untuk terus melompat-lompat, dan tidak pernah punya ruang untuk membangun fokus perhatian secara panjang dan mendalam.
Kecakapan kita untuk membangun fokus yang mendalam dan konsentrasi panjang menjadi makin hilang karena kebiasaan main hape yang terus melompat dan serba bergegas.
Selain itu, kecakapan untuk menumbuhkan delayed gratification skill juga makin punah. Kenapa? Sebab saat main hape, kita terus menerus mendapatkan instant reward. Setiap kali scroll dan klik, Anda langsung menemukan kenikmatan seketika. Rasa penasaran Anda langsung terpuaskan secara instan. Pola semacam ini pelan-pelan juga menumbuhkan kultur instan. Kita merasa semua hal harusnya bisa seperti saat main hape : apapun yang kita ingin nikmati, bisa langsung hadir seketika semudah scroll dan klilk.
Betapa mengerikannya. Betapa kelamnya.
Kenapa kelam dan mengerikan? Sebab kebiasaan dan pola pikir seperti itu membuat kita makin tidak bisa menghargai proses yang panjang dan melelahkan. Kemampuan kita untuk menunda kesenangan demi reward di kemudian hari menjadi hancur. Sebab saat kita terjebak dalam smartphone culture, otak kita sudah dilatih untuk terbiasa menemukan reward secara instan, atau mengalami kekikmatan secara seketika.
Attention span yang makin pendek; daya fokus dan konsentasi yang makin hilang; serta redupnya kemampuan menghargai proses yang panjang dan mendalam akibat kultur ingin serba instan seperti main hape; semua ini memberikan dampak yang buruk bagi penguatan otak dan mental kita.
Ketekunan untuk menjalani proses secara dan melelahkan, fokus dan daya konsentasi yang mendalam, serta kemampuan menunda kesenangan seketika – semuanya adalah komponen kunci agar kita sukses wujudkan impian yang kita angankan.
Namun semua komponen kunci itu roboh karena serbuan smartphone addiction.
Dengan kata lain, smartphone addiction akan membuat ketekunan dan daya kegigihan kita untuk wujudkan impian hidup pelan-pelan menjadi mati dalam duka yang teramat perih. Dan dengan itu, impian indah kita akan ikut terkubur di dalamnya.