Salah satu cara untuk melipatgandakan aset kekayaan Anda adalah melalui kegiatan investasi finansial. Melalui kegiatan inilah, sejatinya Anda bisa mendapatkan apa yang disebut sebagai passive income : atau pendapatan yang terus mengalir ke rekening Anda tanpa harus aktif bekerja.
Dengan kata lain, Anda pasif dan tak perlu ngapa-ngapain, namun pendapatan investasi bisa terus datang. Bayangkan jika saat Anda aktif bekerja (entah sebagai manajer, reseller bisnis atau self-employed), namun pada sisi lain Anda bisa menghasilkan passive income ini. Maka hidup Anda tentu akan bisa makin maknyuss. Bukan manyun.
Inti dari investasi itu adalah membiarkan uang yang bekerja keras untuk Anda. Bukan Anda yang kerja keras untuk menghasilkan uang (dan hasilnya sedikit lagi. Capek deh).
Lalu bagaimana menjalankan strategi investasi yang menguntungkan? Di sini ada 3 prinsip investasi yang sebaiknya layak Anda kenang.
Prinsip 1 : Tujuan Investasi Anda Mau Apa?
Jika misalnya tujuan investasi Anda adalah untuk menyiapkan dana pendidikan kuliah anak Anda 15 tahun ke depan, atau untuk persiapan hari tua Anda 20 tahun lagi, (agar tidak hidup nestapa saat sudah renta), maka instrumen investasi saham atau reksadana barangkali merupakan pilihan yang reasonable.
Kenapa? Sebab return dua instrumen ini terbukti memberikan hasil yang bagus dalam periode yang panjang (10 hingga 15 tahun investasi).
Dalam jangka investasi yang panjang (minimal 10 tahun), kedua instrumen diatas mampu memberikan return yang lebih superior dibanding emas atau apalagi hanya deposito. Dengan return yang bagus dan terus tumbuh dalam jangka panjang, maka dana awal investasi Anda bisa juga tumbuh dengan pesat, dan cukup untuk keperluan biaya pendidikan anak Anda atau untuk bekal hari tua Anda.
Sebaliknya, kalau tujuannya lebih untuk memproteksi kekayaan Anda agar tidak tergerus laju inflasi (dan bukan bertujuan untuk memberikan peningkatan harga yang maksimal), maka investasi dalam bentuk instrumen emas barangkali lebih cocok.
Sebaliknya jika Anda ingin mendapatkan side income selama masih bekerja, maka investasi dalam instrumen properti yang bisa disewakan adalah pilihan yang menjanjikan.
Dengan investasi pada instrumen properti seperti apartemen, kos, atau ruko, maka Anda bukan saja akan menikmati kenaikan harga dalam jangka panjang, namun juga bisa mendapatkan pendapatan dari sewa properti tersebut.
Prinsip 2 : High Return High Risk, Low Return Low Risk
Ini adalah semacam hukum besi dalam dunia investasi. Jika Anda menginginkan potensi return yang tinggi, maka Anda juga harus berani menanggung risiko kerugian yang tinggi.
Misal : potensi return saham memang relatif lebih tinggi dibanding deposito. Namun potensi anjloknya harga saham yang dibeli juga selalu mengintai. Sementara return deposito relatif rendah, namun dana Anda tidak akan mungkin anjlok seperti harga saham yang salah pilih terbeli.
Karena itu jika ada orang yang menawarkan jani investasi dengan imbalan yang super tinggi, dan janji risikonya nol, maka hampir pasti orang itu mau menipu Anda.
Sialnya, banyak orang yang termakan tipuan investasi ini, dan baru nangis bombay setelah semua dana investasinya hilang ditelan impian indah penuh kepalsuan.
Karena Anda bukan termasuk orang yang mudah ditipu investasi bodong, maka lakukan strategi yang lebih ilmiah yakni : diversikasi risiko investasi.
Diversikasi investasi sebaiknya dilakoni sesuai dengan “risk appetite” atau selera risiko yang berani Anda kelola. Ada pepatah yang mengatakan : Jangan taruh semua investasi Anda dalam keranjang yang sama. Lakukan diversifikasi investasi.
Dengan prinsip diversifikasi, maka Anda bisa mendapatkan manfaat dari setiap instrumen investasi, dan sekaligus bisa menyebar risiko ke berbagai instrumen investasi yang dipilih.
Prinsip 3 : Ketersediaan Dana Investasi
Pada akhirnya Anda hanya akan bisa melakukan investasi jika ada dananya. Kalau tidak ada lagi dana yang tersisa untuk investasi, lhah mau beli emas, tanah atau reksadana dengan duit siapa? Duit dari Hongkong??!
Selama ini ada semacam aturan agar Anda mengalokasikan sekitar 20 – 30% dari total annual income Anda untuk investasi. Jadi misalkan gaji bulanan Anda sekitar Rp 10 juta/bulan atau Rp 120 juta/tahun. Maka 30%-nya atau Rp 36 juta sebaiknya Anda sisihkan untuk keperluan investasi.
Harapannya Anda bisa selalu menyisikan minimal 20% penghasilan Anda tiap tahunnya untuk keperluan investasi.
Sebab jika diinvestasikan pada instrumen yang tepat, maka dana Rp 36 juta yang Anda investasikan itu bisa tumbuh menjadi Rp 360 juta dalam jangka 10 tahun.
Tanpa investasi, sesungguhnya Anda bisa mengalami “opportunity loss”.
Misal dengan contoh hasil investasi seperti diatas (yang sudah terbukti bisa didapatkan). Jika uang Rp 36 juta tadi hanya habis buat belanja ini itu atau liburan dan senang-senang saja; maka Anda kehilangan potensi pendapatan investasi sebesar Rp 324 juta (hasil investasi Rp 360 juta – dana awal Rp 36 juta).
Itulah yang disebut dengan “opportunity loss” yang masif. Tanpa melakukan investasi sejatinya Anda kehilangan pendapatan potensial dalam jumlah yang besar.
Lalu bagaimana cara mempraktekkan strategi investasi yang paling menguntungkan itu? Berikut panduannya secara lengkap dan praktikal. Anda bisa mendownload panduan investasi menuju Financial Freedom secara GRATIS. Download sekarang disini.
Mulailah disiplin investasi sejak dini. Demi masa depan keuangan Anda yang lebih melimpah dan barokah.