Sukses pertama yang akan kita jelajahi adalah perjalanan sukses meraih kebahagiaan yang hakiki. Sukses dalam menumbuhkan dan merawat kebahagiaan hati tak pelak merupakan salah satu ultimate goal dalam hidup, atau bahkan mungkin tujuan yang paling penting dalam sejarah perjalanan hidup yang kita tapaki.
Ada banyak orang yang kerja keras mencari dan mengumpulkan banyak uang agar punya tabungan yang banyak. Setelah punya tabungan yang banyak, ia lalu ingin bisa membeli rumah yang nyaman atau agar bisa jalan-jalan ke luar negeri. Apa tujuan akhirnya dari semua ini? Kemungkinan besar karena orang ini ingin mendapatkan kebahagiaan (bahagia bisa punya rumah yang lapang, atau bahagia bisa jalan-jalan ke Eropa).
Atau ada juga orang yang berjibaku kerja keras menulis dan menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada sesama. Ia sebarkan ilmu pengetahuan melalui blog, media sosial ataupun buku-buku yang ia tulis. Apa tujuan dari semua kerja keras ini? Mungkin karena ia ingin dkenal sebagai pakar ilmu pengetahuan. Atau mungkin karena ia ingin bisa berbagi ilmu yang bermanfaat kepada banyak orang.
Tapi kalau dikejar lagi untuk apa semua itu? Jawaban finalnya mungkin adalah karena ia ingin menjalani hidup yang bermakna dan membahagiakan. Ia ingin dikeal sebagai pakar atau ingin berbagi ilmu kepada sesama, sebab hal itu pada akhirnya akan bisa membuat dia bahagia, happy.
Ya, pada akhirnya kita ingin bisa menjalani hidup yang lumayan panjang ini (sekarang rata-rata life expectancy manusia Indonesia adalah 72 tahun), dengan cara-cara yang bisa membahagiakan hati.
Betapa muramnya hidupa Anda jika sebagian besar waktu yang Anda habiskan tenggelam dalam beragam momen yang menyedihkan, mengecewakan, penuh frustasi, galau, bete, hingga sarat dengan emosi negatif lainnya.
Sukses sejati tidak akan pernah Anda raih jika jiwa Anda jarang merasa bahagia. Atau saat hati Anda kebanyakan diisi oleh perasaan sedih dan galau.
Berkaitan dengan perjalanan meraih sukses kebahagiaan hati dan jiwa ini ada tiga temuan saintifik yang menarik tentang the science of happiness.
Happiness Science #1 : Jiwamu Harus Bahagia Duluan agar bisa Sukses
Temuan saintifik yang pertama ini menarik. Temuan ini intinya menuliskan : jiwamu harus bahagia duluan agar Anda bisa meraih sukses.
Hingga saat ini banyak orang beranggapan : Anda harus sukses dulu, baru bisa bahagia. Misal Anda harus sukses finansial dulu, baru bisa merasa bahagia. Atau Anda harus sukses dalam karir dulu, baru bisa merasa happy.
Beberapa kalimat awal dalam paragraf bab ini juga menyiratkan pandangan yang serupa. Kumpulkan uang dengan banyak agar bisa jalan-jalan ke luar negeri atau agar bisa beli rumah yang nyaman. Sebab hanya dengan ini, jiwamu akan bahagia.
Pendek kata, ada sebuah pandangan lama yang bunyinya : Anda harus meraih sukses terlebih dahulu (entah sukses finansial, sukses karir atau sukses lainnya), baru Anda akan merasa bahagia.
Studi-studi ilmiah dalam the science of happiness (Accor, 2007) ternyata menyimpulkan pandangan lama itu tidak akurat alias salah.
Yang benar adalah sebaliknya, yakni : jiwa Anda harus bahagia duluan, baru Anda akan bisa meraih sukses.
Jadi BUKAN sukses yang akan menjadikan Anda bahagia. Namun jiwa bahagia yang akan membuat Anda sukses.
Jadi puluhan riset empirik dalam the science of happiness membuktikan : seseorang akan bisa menjadi produktif, makin tekun, makin gigih, dan akhirnya bisa meraih sukses masif jika jiwa orang itu dilimpahi oleh kebahagiaan (positive emotion).
Sebaliknya, Anda akan sulit memelihara daya keuletan, ketekunan dan produktivitas yang tinggi jika jiwamu penuh dengan emosi negatif seperti kesedihan, kekecewaan, frustasi dan kegalauan. Dan karena keuletan, ketekunan serta poduktivitas Anda tidak optimal, maka pada akhirnya Anda akan sulit meraih kesuksesan yang diangankan.
Ground-breaking study yang dilakukan oleh Profesor Barbara Frederickson, pakar psikologi dari Duke University menemukan fakta yang ia sebut sebagai “build-and-broaden theory”. Jadi intinya orang-orang yang jiwanya dipenuhi dengan emosi positif (bahagia, senang, optimis, prasangka positif) maka dirinya akan mampu membangun dan meluaskan cakrawala pikirannya menjadi makin tajam dan kreatif.
Penelitian yang dia lakukan menemukan fakta : saat seseorang pikirannya dilimpahi dengan emosi positif seperti kebahagiaan, maka ternyata orang ini akan menjadi lebih tangguh menghadapi tantangan hidup, lebih resilien (lebih tekun), dan juga lebih kreatif dalam melakukan problem solving.
Sebaliknya, penelitian dia juga menemukan saat seseorang pikirannya dipenuhi dengan emosi negatif (sedih, kecewa, galau), maka ternyata kapabilitas orang ini akan makin menurun, misal makin buruk daya juangnya, makin mudah menyerah saat menghadapi tantangan, dan juga makin jelek kreativitasnya dalam memecahkan masalah (Frederickson, 2007).
Fakta saintifik itu bermakna penting. Artinya elemen-elemen yang amat krusial untuk meraih sukses seperti ketekunan, keuletan, dan problem solving yang kreatif, hanya akan muncul secara optimal jika jiwamu dipenuhi dengan emosi positif (kebahagiaan).
Maka kesimpulannya menjadi jelas : kita selalu harus berusaha untuk membuat jiwa kita berada pada titik kebahagiaan yang optimal. Sebab hanya dengan cara ini, maka kita akan menjadi lebih tangguh daya juangnya, lebih tekun dalam berusaha, dan lebih kreatif. Dan dengan bekal inilah kemudian kita akan bisa meraih sukses demi sukses yang kita impikan.
Jadi : jiwamu harus bahagia duluan, baru bisa meraih sukses. Bukan sebaliknya.
Lalu, bagaimana kiat praktikal untuk membangun jiwa-jiwa yang bahagia, produktif dan sumringah? Ulasannya secara detil dapat dilacak dalam buku di bawah ini. Klik gambar untuk mendapatkan buku ini.