Jebakan Loser Effect yang akan Membuat Hidup Kita Stagnan Selamanya….

Ada salah satu bias kognitif yang lazim dikenal dalam dunia psychology of finance, yakni apa yang disebut dengan Winner Effect/Loser Effect.

Mari kita ulas yang tentang winner effect terlebih dahulu, setelahnya kita akan ulik tentang jebakan loser effect yang kelam.

Winner effect sejatinya terjadi saat  seseorang bisa meraih sukses dan kemenangan secara beruntun dan makin besar, karena disebabkan sukses pertama yang dia raih, betapapun kecilnya sukses ini.

Kenapa itu terjadi? Sebab sukses awal yang terjadi itu membuat dia merasa makin percaya diri. Kemenangan atau sukses awal itu juga bisa membuat dia menjadi punya sumber daya lebih baik – misal sumber dananya makin banyak karena sukses awal ini.

Semua hal tersebut kemudian membuat dia bisa meraih sukses kedua. Dan kemudian sukses kedua ini juga akan membuat dia makin percaya diri, makin optimis, makin resourceful, makin banyak uangnya, dan akhirnya bisa membuat dia meraih sukses ketiga. Demikian seterusnya.

Itulah yang disebut Winner Effect. Atau success breeds success. Sebuah sukses cenderung akan melahirkan rentetan sukses berikutnya.

Itulah kenapa misalnya, orang yang kaya biasanya akan makin kaya (sebab kesuksesan dia pada tahap sebelumnya, akan memudahkan dia meraih sukses berikutnya).  Atau kenapa orang yang sukses dalam bisnis awal yang dia lakukan, akan memudahkan dia melakukan ekspansi dan meraih sukses berikutnya.

Uraian di atas adalah tentang makna winner effect. Lalu bagaimana dengan loser effect?

Klik gambar di bawah untuk mendapatkan materinya secara gratis!!

Loser Effect intinya adalah kebalikan dari kondisi diatas. Siklus loser effect bisa digambarkan seperti berikut ini. Saat pertama kali melakukan sebuah petualangan keuangan (misal melakukan investasi bisnis, atau investasi lainnya), orang ini mengalami kegagalan atau kerugian awal.

Kerugian dan kegagalan itu membuat rasa percaya dirinya anjlok. Demikian juga dengan sumber dananya yang hilang karena mengalami kerugian. Akhirnya, pelan-pelan motivasi, harapan dan keyakinannya makin melemah.

Dan karena rasa percaya diri dan keyakinan makin menurun, ia menjadi trauma dan makin takut untuk melakukannya lagi. Nasibnya menjadi tetap stagnan.

Karena nasibnya stagnan, ia merasa makin gagal. Dan karena merasa gagal, maka rasa percaya dirinya makin anjlok. Ia tidak lagi mempunyai motivasi untuk mengubah nasib. Akhirnya, nasib hidupnya benar-benar terpuruk dalam nestapa.

Siklus loser efect seperti diatas menciptakan lingkaran setan kegagalan yang kelam. Dan inilah yang kemudian akan membuat orang ini stuck selamanya. Nasibnya stagnan dalam jangka yang amat panjang.

Dari uraian di atas, kita melihat baik winner effect ataupun loser effect mengandung elemen psikologis.

Saat meraih kemenangan dan sukses, maka pencapaian ini memberikan efek psikologis berupa makin meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian untuk mengambil risiko demi merebut peluang. Efek peningkatan rasa percaya diri dan keberanian untuk mengambil risiko ini pada gilirannya membuat dia menjadi makin leluasa meraih sukses berikutnya.

Sebaliknya, efek psikologis yang tercipta saat mengalami kegagalan atau kekalahan (loser effect) adalah menurunnya rasa percaya diri dan makin takut untuk mengambil risiko (karena perasaan traumatik mengalami kegagalan). Selanjutnya, karena rasa percaya diri yang kian anjlok dan bayangan traumatis kegagalan, maka makin berat bagi dirinya untuk bergerak maju dan melakukan upaya perbaikan nabib.

Ada sebuah kalimat heroik yang memotivasi, bunyinya : agar sukses, maka jika Anda gagal 7 kali, maka Anda harus bisa bangkit 8 kali.

Kalimat di atas mungkin sah saja untuk memotivasi diri kita. Namun ternyata berdasar the science of human behavior, kalimat itu tidak mudah dijalani.

Dari uraian tentang loser effect, kita paham saat kita mengalami sebuah kegagalan, maka sungguh tak mudah untuk bangkit kembali. Apalagi jika harus gagal sampai 7 kali.

Tanpa jiwa resiliensi yang extra kuat, maka rasa percaya diri, harapan dan keyakinan pasti akan anjlok jika harus mengalami kegagalan berulang kali.

Kalimat the power of kepepet adalah MITOS belaka, jika diteropong dengan studi ilmiah dalam ilmu human behavior. Berdasar studi saintifik yang acap dilakukan, orang yang mengalami kegagalan cenderung akan tetap stagnan hidupnya. Dan karena tekanan loser effect, hidup yang stagnan ini biasanya akan berlangsung hingga akhir hayat. Sebuah realitas kelam yang layak kita renungkan.

Klik gambar di bawah untuk dapatkan GRATIS 7 buku yang amazing !!