Setelah melalui pergulatan internal yang panjang dan rumit, Nokia akhirnya memutuskan untuk merilis seri Nokia Android. Disebut-sebut, produk itu akan di-launch tanggal 24 Februari ini, bertempat di kota Barcelona saat acara megah Mobile World Congress dihelat.
Keputusan itu barangkali merupakan salah satu babakan bersejarah, dan sekaligus kepingan asa terakhir bagi sang raksasa Finlandia (kini sudah dicaplok oleh Microsoft) untuk mencoba bangkit kembali.
Kisah pergulatan Microsoft/Nokia untuk menahan gempuran Samsung dan iPhone adalah kisah tentang inovasi dalam rajutan kompetisi bisnis yang keras dan menguras energi.
Microsoft/Nokia mungkin masih saja merasa shocked dan tertegun melihat kecepatan Android dalam mendominasi industri mobile dunia.
Namun dalam karnaval inovasi yang penuh selebrasi, “rasa tertegun” saja tak pernah cukup memenangkan kompetisi. Tertegun hanya cukup digunakan saat menatap indahnya temaram senja di tepi pantai, bukan untuk berperang di laga inovasi yang keras dan brutal.
Saat Android pertama kali dirilis di tahun 2008, Microsoft hanya mencibir dan menganggapnya semut kecil. Sikap arogansi yang kelak akan menghajarnya berkali-kali.
Saat itu, Microsoft setengah hati mengembangkan mobile software karena merasa sudah merasa nyaman dan terlalu percaya diri dengan produk andalannya – microsoft windows for desktop/laptop.
Microsoft setengah hati karena juga merasa pengembangan mobile software hanya akan “merusak” dominasinya dalam desktop windows.
Dan persis disitulah awal dari sebuah petaka. Pakar inovasi Clayton Christensen menyebutnya sebagai “penyakit innovator dilemma” : saat sang penguasa pasar enggan melakukan inovasi karena takut hasilnya justru akan menghantam balik dirinya. Meng-kanibal produk utamanya yang menjadi andalan.
Keengganan itulah yang membuat penguasa pasar bersikap setengah hati dalam melakukan inovasi radikal buat pengembangan produk dan pasar.
Sikap enggan dan setengah hati Microsoft (dan juga Nokia dengan symbian-nya) itulah yang dimanfaatkan oleh Android. Pelan-pelan sang robot hijau ini bergerilya memasarkan aplikasi, hingga mencapai titik “inflection point” : satu titik periode dimana tercipta momentum peningkatan penjualan secara dramatik.
Saat inflection point terjadi, Microsoft/Nokia baru sadar “betapa berbahanya” Android. Dan kesadaran itu datangnya sudah sangat terlambat.
Kisah seperti diatas selalu berulang dalam drama innovator dilemma : sang penguasa pasar enggan melakukan inovasi > takut akan mengkanibal produk andalannya > kompetitor kecil melakukan inovasi radikal dan terus bergerilya mengembangkan pasar > saat pasar makin meluas, tercipta momentum peningkat penjualan dramatis produk milik kompetitor kecil itu > sang penguasa pasar baru sadar > kesadaran sudah terlambat > sang penguasa pasar megap-megap dan bisa mati.
Kini pangsa pasar aplikasi Android secara global sudah tembus 80%, jauh diatas Windows Mobile/Nokia yang hanya 4% dan Blackberry yang nyungsep di angka 1% (hello, blackberry).
Microsoft sejatinya enggan memberikan ijin ke Nokia untuk menggunakan Android. Itu seperti tamparan yang amat keras diwajahnnya (gigitan semut kecil itu amat pedih).
Namun mungkin tak ada pilihan lain bagi Nokia yang terus berjuang mengembalikan hegemoninya seperti saat 10 tahun silam. Saat saya dan Anda semua memakai produk mereka.
Banyak analis bilang : kalau saja Nokia mau membuang gengsinya dan memakai Android sejak dua tahun lalu, Samsung tak akan pernah sebesar sekarang (catatan : penjualan smartphone Samsung sekarang no. 1 di dunia, diatas iPhone dan puluhan merek lainnya).
Dan kembali disini kita bertemu kembali dengan salah satu pelajaran penting dalam ilmu strategi bisnis : pelajaran itu disebut sebagai “strategic decision making”.
Strategic Decision Making mungkin kepingan ilmu yang acap di-lupakan dalam pengembangan bisnis. Elemen sistem manajemen, budaya perusahaan dan inovasi lebih sering disebut-sebut sebagai kunci kesuksesan organisasi.
Namun seperti yang sering kita lihat dalam laga bisnis yang keras, “BUSINESS DECISION” acapkali merupakan kepingan yang amat mahal harganya.
Keputusan bisnis yang keliru bisa membuat perusahaan rugi hingga puluhan triliun rupiah, dan melenyapkan semua sistem manajemen, budaya perusahaan dan skills inovasi yang ada dalam perusahaan tersebut.
Keputusan Nokia untuk akhirnya menggunakan Android mungkin salah satu sampel “business decision” yang historik. Keputusan ini yang kelak mungkin akan menyelamatkan mereka dari jurang kematian yang terus mengintai.
Itulah dua keping pelajaran yang mau di-dedah-kan melalui kisah NokiaAndroid ini : yang satu tentang “penyakit innovator dilemma”, dan yang kedua adalah tentang “amazing value of strategic business decision”.
Bagi para pelaku bisnis – baik skala besar ataupun skala UKM – dua keping pelajaran itu amatlah relevan dipetik sebagai bahan perenungan.
Be bold in making innovation. Think comprehensively before making critical business decisions.
Semoga business strategic decision ini bisa mengobati luka yang telah cukup lama mendiami tubuh Nokia meskipun terlambat. Semoga bisa bersaing kembali seperti dulu kala..
Yang kita harapkan Nokia bisa bangkit dan meramaikan persaingan. namun bukan tidak mungkin langkah telat yang diambil nokia kali ini tidak akan berdampak signifikan. Diprediksikan akhir tahun ini akan ada perubahan besar dalam dunia Mobile Software yang akan melibatkan Android & Anti-Android.
jadi penasaran, produk android apa saja dari Nokia ? ada bocoran ga , mas yodh…..
Saya yakin, inovasi selalu lahir prematur di saat pasar belum siap. Bayangkan pekerjaan berat Android untuk mengedukasi pasar yang saat itu dikuasai Windows dan Blackberry. Mungkin Anda masih ingat betapa pasar sulit menerima WhatsApp karena terlalu familiar dengan PIN BB :). Sekarang? Android sebagai market leader mungkin dengan santai berkata, “life is so much easier now you know Apple and Blackberry are just fruits”. Hahaha..
Satu hal yang saya garisbawahi berkaitan dengan pengalaman Android : Gengsi sektoral adalah celah besar bagi inovator untuk bisa berkembang pesat. Di ranah konstruksi, hal yang sama terjadi antara Batu Bata dengan Bata Ringan.
Android terbukti memiliki apa yang saya sebut sebagai 5S : Spirit, Skill, Stamina, Strategy, Speed.
Kuncinya adalah seperti yang dikatakan Steve Jobs, “Stay Hungry. Stay foolish”
Terus merasa bodoh supaya terus belajar dan tidak terjebak di COmfort ZOne.
Seringkali ego kita mengalahkan rasional diri dalam berbagai Hal, bukan hanya soal bisnis Dan karir, tapi juga soal pilihan hidup. Apapun itu. Jika Sudah ego merasuk ke sukma paling dalam, bisa dipastikan pilihan hidup yang dipilih akan merusak sukma langsung ke jiwa. Kecewa.
Semoga dengan bedahan kisah ini bisa menuntun kita Untuk selalu merasionalkan pilihan hidup dengan meminimalkan ego (bukan menghilangkan).
Terima kasih Mas Yodhia, kisah ini tentu bermanfaat buat Saya juga banyak sahabat lain. Kalau bisa sukses di karir-bisnis, hidup pun harus juga sukses donk? 😀
Salam,
Bali.
Bagus ulasannya, mencerahkan…biasa dalam persaingan. Nanti juga ada ug menggantikan. Pertanyaannya untuk berapa lama dan bagaimana supaya terus bertahan…
Semoga kita bisa mendapatkan hikmah dari kisah ini dan bisa terus mengembangkan inovasi dalam diri dan lingkungan di sekitar kita sesuai bidang kita masing2 baik dalam kondisi di bawah maupun sedang berada di atas supaya kita tetap bisa memaksimalkan kemanfaatan diri kita untuk lingkungan kita.
Kesadaran Nokia sudah terlambat, Inovasi yang dilakukannya Tidak akan mampu Mengobati para Custemernya yang sudah terlanjur berpaling kelain Hati, tapi Nokia jika ingin teeetap Eksis ya..haru Move on dari zona nyamannya..
“…dan masa kejayaan dan kehancuran itu Kami pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran…”
Perusahaan perusahaan membesar silih berganti, yang runtuhpun kadang terjadi.
Kritik dan caci maki diterima tiada henti, analisis praktisi pun mengisi hari demi hari.
Bisnis telekomunikasi berinovasi tiada henti, jangan hanya terpaku melihat kesuksesan dengan iri.
Keputusan cepat dan beresiko bisa menghancurkan diri sendiri, namun tidak berubah sama dengan merencanakan bunuh diri.
Syukur terucap bisa membaca artikel ini, semoga menjadi pencerahan menjalani minggu kedua Februari.
Idealisme yang membunuh…
Samsung sekarang juga punya OS sendiri. Menurut saya keunggulan samsung BUKAN dari Android-nya, tapi Branding-nya.
Iya betul setuju dengan Pa Yohan, apa bagus nya IOS dan Android?, toh kalo beli hape yang penting merk nya. Branding Merk Apple dan Samsung yang begitu kuat sehingga pemilik Z10 merasa risih jika di Ping!! oleh hape MITO.
just another point of view
saya percaya nokia itu perusahaan yg hebat untuk urusan smartphone. jika mereka memakai aplikasi android. pasti mereka juarannya
namun kabar burung yg saya dengar.
Nokia itu terjebak oleh orang dalam microsoft yg memang dari awal mau menghancurkan nokia. dan sekarang terbuktikan, Nokia terjual ke Microsoft. itulah alasannya kenapa dari dulu mereka ngga bisa menggunakan android dan harus menggunakan windows phone.
Ke depan, mungkin ponsel nokia justru lbh banyak androidnya. Tdk masalah buat microsoft, krn google dgn androidnya ttp bayar lisensi triliunan ke microsoft untuk paten, lagian nokia gratis pake android n hasil penjualannya masuk ke kantong microsoft juga.
Stlh nokia dikuasai microsoft, persaingan windows phone vs android tdk lagi relevan.
Windows phone nokia bakal ditarik lbh eksklusif/fokus corporate, smentara utk masalnya pakai android.
Klo sama2 pakai android sih, saya pegang nokia dibanding samsung. Samsung dari versi murah sampe mahal, desainnya gitu2 aja, meski utk saat ini kombinasi samsung+android paling nyaman dipakai dibanding merk2 lain. Android + cloudnya bener2 ok.
akhirnya…… biar terlambat asal selamat..
Kesalahan nokia itu karena gak mau pake android.. 😀
super sekali….
keep inovasi
android pada awal kemunculannya hanyalah semut kecil….. bisajadi salah satu perusahaan asal indonesia yang sekarang hanya semut kecil, tapi beberapa tahun mendatang menjadi demut besar
inti pelajaran yang bisa kita petik adalah harus senantiasa berinovasi walaupun kita sudah menjadi pemimpn pasar,
ayo, tetap semangat berinovasi
nokia memang terlambat memulai inovasinya menggunakan android, bahkan di dunia teknologi keterlambatan selama 2 tahun bisa membuat perbedaan yang sangat besar.
tapi ketika perubahan strategi dilaksanakan, disana masih ada harapan baru dan ini awalnya nokia berpeluang untuk bangkit kembali.
lebih baik terlambat daripada gagal sama sekali karena menyerah
dan untuk samsung, tidak boleh melakukan kesalahan seperti para pembesar sebelumnya, mereka harus bergerak dan berinovasi terus. nokia sekarang mulai menawarkan pasar dengan varian produk yang lebih banyak dengan spek yang tinggi dan harga yang murah. ini bisa menjadi salah satu ancaman bagi produk2 samsung
Nokia akhirnya mencoba bangkit dengan memakai android dan menyingkirkan arogansinya.
Well, persaingan antara Samsung, hape android yang telah maju dulu, beserta nokia, dan blackberry menarik juga dan layak diamati.
Tapi toh, bagi kita yang hanya sebagai konsumen yang terpenting adalah memilih mobile yang terbaik untuk kita, ITU SAJA sudah cukup kok. 🙂
Terima kasih atas artikelnya ya pak Yodhia, salam hangat…
Terkadang kita bisa menilai setelah hal itu terjadi, pertanyaannya adakah diantara kita yang mengetahui pada saat nokia berjaya bahwa nokia akan dapat dikalahkan oleh android sebelum hal itu terjadi?
Dan suatu waktu android pun akan tertelan jaman digantikan oleh sesuatu yang lain, apakah kita dapat memprediksi siapakah yang akan mengalahkannya dan bagaimana inovasi yang mereka lakukan? kalau kita tidak dapat melakukan hal tersebut mungkin kita termasuk bagian dari “nokia” dan lebih senang menunggu dan menonton pertandingan.
Terima kasih
Intinya jangan mudah puas dengan kondisi yang ada Inovasi. Jika idealisme kedepankan maka hasilny adalah demikian, dan saya rasa usaha yang dibutuhkan untuk mengembalikkan ke kondisi semula sangat sulit dan mahal.
yang udah-udah teknologi NOKIA bukan merupakan hal yang baru (cuma beda casingnya doang) dan selalu ketinggalan dengan pesaingnya. Mudah2an aja NOKIA ngeluarin teknologi yang bisa buat NOKIA diperhitungkan lagi
Belajar dari pengalaman, dan pengalaman merupakan guru yang terbaik, bangkit ayo bangkit
yang harus jadi perhatian, Samsung sekarang juga mulai masuk ke comfort zone.
Produk-produknya emang cepet keluar seri baru, tapi peningkatan fitur cuma sebelas dua belas dgn bandrol harga yg selisihnya cukup menguras kocek(tengok Galaxy S3 dgn Galaxy S4).
Belum lagi dgn Material casingnya yg didominasi plastik (pantes gak sih harga 6 Jutaan dapet cuma Plastik? )
Asal gak pelit fitur dan pake strategi harga yg tepat di segmennya, saya optimis Nokia bisa jaya kembali, minimal di Indonesia
bahan case study yang menarik, khususnya untuk pebisnis yang masih pemula. makasih banyak Pak Yod sudah sharing tentang topik ini.
nice article, Pak Yodhia. Ini adalah pelajaran berharga untuk semua pelaku bisnis
Nah kalo menurut analisis saya nih sebagai orang awam, keputusan nokia merilis hp dengan os android merupakan keputusan yang sangat jenius, dan bukan bentuk “menyerah” dari nokia.
OS android nokia sangat berbeda dengan android yang ada di pasaran, didalamnya lebih banyak unsur2 microsoft ketimbang google, mulai dari tidak adanya play store, UI yang menyerupai OS windows dsb.
hal ini diharapkan mampu menarik pasar dan memperkenalkan masyarakat kepada OS windows, yang mungkin akan menjadi tertarik untuk membeli hp berbasis windows
memang unik dan merupakan terobosan terbaru bagi nokia, android yang dimiliki pun berbeda dengan android lainnya yaitu android nokia tetap mempertahankan desain windows phone dan tidak ada akses ke layanan google tapi smua dialihkan k layanan microsoft
Bisa jadi itu jurus terakhir untuk bisa mengembalikan kejayaan nokia atau paling tidak menunjukan eksistensinya.
Apa kelebihanya? Semoga saja Nokia Android ada kelebihan yang ditawarkan seperti battery yang lebih tahan lama dibandingkan hp android lainya
Keputusan Nokia ke Windows phone sebenarnya tepat jika anda semua tau tentang os Windows ini akan akan tertarik..
Karna mmg os nya bagus dan Nokia beralasan akan memeberikan terbaik untuk konsumenya..