4 Pilar Creative Thinking Skills

Ketika dinamika bisnis melaju dengan kecepatan yang kian rancak, maka elemen kreativitas boleh jadi merupakan sekeping ketrampilan yang kudu dipeluk dengan penuh kesungguhan. Tanpa kemahiran meracik inovasi, sebuah organisasi mungkin bisa tergeletak sia-sia ditengah kepungan para pesaingnya yang terus menari-nari dengan gagasan kreatif tanpa henti.

Inovasi dan daya kreativitas tentu saja tak hanya terbentang pada arena product development – sebuah arena dimana inovasi telah menjadi jantung. Daya kreativitas juga mesti melenting dalam sejumlah arena lainnya, mulai dari arena proses penyelesaian pekerjaan, proses pelayanan pelanggan, hingga proses pengembangan SDM. Dengan kata lain, creative thinking skills selayaknya diinjeksikan dalam segenap lini yang melingkupi sebuah organisasi. Sebab sebuah organisasi yang kreatif dalam segenap proses bisnisnya niscaya memiliki sepercik asa untuk terus mengibarkan kejayaannya.

Pertanyaanya : elemen apa yang kemudian mesti dipilin untuk memekarkan creative thinking skills? Dalam sebuah risalah yang bertajuk The Innovator’s DNA (dimuat pada jurnal Harvard Business Review edisi Desember 2009), dipetakan empat elemen kunci yang mesti disandang untuk merekahkan ketajaman membangun creative thikinking skills.

Elemen 1 : Associating. Meng-asosiasikan atau ketrampilan asosiasi adalah sejenis kemampuan untuk mengkoneksikan sejumlah perspektif dari beragam disiplin yang berbeda, guna membangun satu gagasan yang bersifat kreatif. “Creativity is connecting things”, begitu sang dewa inovasi, Steve Jobs pernah berujar.

Asosiasi sejatinya bersandar pada kemampuan untuk menggunakan kekayaan wawasan kita pada satu bidang/disiplin ilmu tertentu, dan kemudian mencoba mengaplikasikannya dalam bidang lain, guna menghasilkan sebuah temuan baru yang inovatif. Disini misalnya kita mengenal bagaiamana teknologi fraktal (yang berbasis pada chaos theory) diaplikasikan dalam pembuatan batik, dan bum…..yang tercipta kemudian adalah kain batik dengan corak yang unik nan spektakuler.

Ketrampilan asosiasi adalah sejenis kemampuan yang terus menggedor kita untuk bisa berpikir lintas didisplin dan lintas bidang. Dan sungguh, lentingan kreativitas hanya akan terekspresi manakala kita memiliki ketajaman untuk membangun asosiasi ini.

Elemen 2 : Questioning. Ribuan tahun silam kita pernah mendengar sang filsuf Plato berdendang : “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan”.

Para inovator sejati adalah mereka yang secara konstan selalu mengajukan pertanyaan. Para creative thinkers adalah mereka yang selalu bertanya : why, why not, dan what if? Mereka selalu mendedahkan serangkaian pertanyaan semacam itu untuk mendapatkan clue bagi aneka gagasan baru. Sebab dibalik rentetan pertanyaan yang mengedor itu, niscaya terbentang luas hamparan gagasan kreatif yang menunggu untuk diejawantahkan.

Elemen 3 : Observing. Ah, betapa beragam dan uniknya fenomena yang ada disekeliling kita. Betapa kayanya beragam dimensi kultural dan sosial yang ada di segenap kolong jagat ini. Dan dari kemampuan untuk melakukan observasi inilah, sesungguhnya telah banyak ide kreatif dilahirkan. Bisnis makanan kebab turki baba rafi yang fenomenal itu lahir lantaran hasil observasi pendirinya ketika jalan-jalan ke negara Timur Tengah. Produk kerajinan radio dari kayu yang menembus empat benua itu lahir karena pendirinya bingung melihat begitu banyak kayu sengon yang ada dikampungnya, di Temanggung sana.

Klik gambar di bawah untuk mendapatkan materinya secara gratis!!

Pendeknya, kemahiran melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang inovasi dibaliknya, merupakan sejenis gen yang melekat dalam DNA setiap kreator sejati. Jadi, sering-seringlah melakukan proses observasi secara intens atas segenap situasi di sekeliling kita. Lalu, cobalah bangun imajinasi kreatif untuk merekahkan hasil observasi itu dalam serangkaian gagasan nan inovatif.

Elemen 4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison puluhan tahun silam : ia telah melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam lampu yang sekarang mungkin nangkring diatas meja kantor Anda.

Para inovator sejati adalah mereka yang tidak takut untuk melakukan dan mencoba hal-hal baru. Dan sungguh, mereka juga tak pernah takluk ketika eksperimen gagasan barunya itu selalu kandas menembus ilalang. Mereka selalu terus mencoba dan mencoba, demi membuktikan bahwa gagasan inovatifnya layak untuk dihamparkan dalam kenyataan.

Demikianlah, empat elemen kunci yang mungkin mesti dirawat dengan sepenuh hati manakala kita hendak melambungkan daya creative thinking skills.

Dan itulah empat pilar yang mesti dipahat untuk memastikan bahwa jarum inovasi bisa terus berdentang.

Klik gambar di bawah untuk dapatkan GRATIS 7 buku yang amazing !!

27 comments on “4 Pilar Creative Thinking Skills
  1. Terima kasih atas penyegarannya tentang inovasi dan kreativitas di senin pagi ini. Banyak karyawan yang masih ragu2 bagaimana cara memulai berinovasi. Mudah2an penyegaran ini mampu meyakinkan mereka. Sekali lagi terima kasih.

  2. Mas Yod, bagaimana ya untuk merubah para karyawan dengan mental doer (yang penting menyelesaikan tugasnya saja) menjadi inovator dalam pekerjaannya?
    salam

  3. Kehidupan di dunia yang fana ini….memang adalah hasil dari berfikir kreatif manusia….but…ada “something” yang tidak bisa di-kreatif-kan…tetapi utk direnungkan…dihayati….dan diyakini….

  4. Arif (3) : mungkin perlu juga dibikin semacam kontes inovasi di tempat kerja; setiap semester/setahun sekali. Yang menang dapat door prize menarik. Kontes/festival semacam ini banyak dilakukan oleh perusahaan; dan kadang manajemen terkejut dan takjub dengan usulan inovatif yang dimunculkan para karyawan(peserta).

    Mungkin sekarang kelihatannya doer. Namun kalau distimulasi dengan semacam ajang lomba seperti itu, saya yakin banyak diantara mereka yang sejatinya punya gagasan kreatif yang bagus.

  5. Kreatif membuat hidup menjadi lebih hidup.
    Pribadi menjadi lebih maju. Organisasi semakin berkembang.
    Kreatif dapat menjadi sebuah vitalitas.
    Namun, mas Yod bagaimana kalau kreativitas itu tidak didukung oleh sistem yang ada? Katakanlah, orang kreatif berada di tempat yang salah.
    Haruskah ia keluar mencari habitat barunya? Atau ia terus meyakinkan si pengambil keputusan sehingga ia kehabisan energi.

  6. Kiki (11) : itu namany kematian kreativitas yang tragis…:) Ya, kalau tempatnya memang sudah “bebal”, pilihannya hanya dua : either you compromise with it, or flourish in another place.

  7. secara pribadi, bagaimana mulai meledakan dinding statis n jumud kita agar bisa keluar dr wilayah ‘nyaman’ utk melawan tantangan . tq Mas Yod…!

  8. Bicara soal 4 creative thinking, kenapa semuanya terlihat hanya konsep speaking tanpa penegasan act is a must. Padahal semua point diatas diutamakan untuk di aplikasikan bukan sekedar associating atau bahkan hanya sekedar experimenting belaka

  9. Kreatif adalah berfikir di luar kotak
    Analitis adalah cermin utk melihat sejauh mana kreatif berjalan seperti yg diinginkan

    Jadi untuk menghasilkan inovasi yang sukses ya harus kreatif sekaligus analitis. Karena memang kreatif harus memberikan nilai balik komersil.
    Kreatif yang berlebihan justru membuat perusahaan tidak fokus memilih ide terbaik mana yang harus diambil sekaligus banyak kreatif adalah banyak biaya dan banyak waktu. Jadi untuk membuat kreatif tepat guna adalah dengan analisis.

    Pertumbuhan nilai tanpa inovasi adalah pertumbuhan hanya jangka pendek, dan inovasi tanpa pertumbuhan adalah merugi.
    Jadi inovasi yg tepat guna adalah bukan hanya sekedar ide baru untuk mendapatkan keuntungan, melainkan cara bisnis bertahan hidup.

    Seperti yg dipublikasikan oleh Wharton School dalam matriks inovasinya,
    Dalam bisnis, inovasi dapat dilakukan pada 2 dimensi: Teknologi dan Model Bisnis.
    INOVASI
    | |
    Baru| Semi Radikal | Radikal
    Teknologi |—————|————–
    Pengembangan| Inkremental | Semi Radikal
    Yg Sdh ada|—————————-
    Pengembangan Baru
    Yg Sdh ada

    Model Bisnis

    Contoh:
    Aple: Dengan inovasi semi radikal Ipod nya dari ide perubahan teknologi dan inovasi semi radikal Itunes nya dari perubahan model bisnis.

    Perusahaan yang kecil, yang baru, atau baru bangkit dari keterpurukan memang biasanya mengambil inovasi yang radikal atau semi radikal karena memang berani mengambil resiko atas marketshare yang baru sedikit dimiliki.
    Namun untuk perusahaan yang maju dan mapan serta mature biasanya lebih konservatif dalam hal inovasi alias paling mentok ngambil inovasi inkremental atas marketshare yg sudah besar dan menguntungkan.

    Jadi kunci utama untuk menumbuhkan inovasi adalah Management Puncak dalam memutuskan inovasi seperti apa yang harus diambil (inkremental, semi radikal, atau radikal). Barulah bisa dibuat model pengelolaan inovasi yang gampang-gampang susah itu untuk diterapkan, namun sekali lagi hal ini membutuhkan seorang pemimpin dalam management puncak yg capable dalam memutuskan.

    Jika ada yang salah mohon diperbaiki.

    Thanks
    Yudi

  10. Mas Yodhia, mungkin kurang 1 Hal lagi yang perlu di tambahkan; yaitu unsur ke 5. Evaluating, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan dari suatu pekerjaan, kendala2 yang muncul dan kemudian mencari solusi jalan keluarnya.

Comments are closed.