Anda Gagal Menjadi Kaya secara Pelan-pelan Karena Attention Span Anda Makin Hancur

Salah satu bekal kunci dalam perjalanan panjang menjadi kaya secara pelan-pelan adalah kemampuan untuk membangun long and deep attention span atau kecakapan menumbuhkan rentang atensi yang panjang dan mendalam pada sebuah proses, sebuah usaha, atau sebuah topik tertentu yang ingin dipelajari.

Sayangnya, kecakapan yang amat krusial ini justru makin rapuh digilas oleh budaya smartphone yang makin memendekkan rentang atensi dengan serbuan konten yang dangkal, serba pendek, serba-permukaan dan kurang mendalam, dan terus menyerbu ke sel saraf pemirsanya setiap hari, diulang terus-menerus.

Contoh makin rapuhnya attention span ini sering terjadi. Misal, sering sekali seseorang bertanya tentang informasi sesuatu (misal tentang harga, kapan acaranya, atau bagaimana cara ordernya), padahal semua informasi ini sudah JELAS tertulis dalam poster iklan yang disajikan dalam layar HP mereka. Orang ini masih saja bertanya mengenai informasi yang sudah jelas terpampang, karena rentang atensinya amat pendek. Bahkan, untuk membaca informasi dengan tuntas saja ia enggan melakukannya.

Contoh lain lagi adalah kebiasaan untuk hanya membaca judul sebuah berita (yang juga cenderung click-bait) dan kemudian langsung mengambil kesimpulan tanpa mau bersusah-susah membaca isinya. Ini contoh buruknya attention span.

Continue reading

Menjadi Kaya secara Pelan-pelan Melalui Kekuatan Delayed Gratification Skills

Profesor Angela Duwckworth dalam karyanya yang berjudul GRIT (Duckworth, 2016) menulis : kecakapan mempraktekkan delayed gratification skills merupakan salah satu kecakapan kunci untuk meraih sukses masa depan, termasuk sukses finansial. Beragam studi empirik yang telah dilakukam juga menjukkan kesimpulan serupa : para responden yang mampu menunjukkan delayed gratification skills yang tangguh, beberapa tahun kemudian memang terbukti akan lebih sukses menjalani hidupnya, dibanding mereka yang gagal mempraktekkan delayed gratification skills (Mischel, 2014).

Delayed gratification skills intinya adalah kecakapan untuk mau menunda kesenangan hari ini, demi sukses hari esok. Dengan kata lain, kecakapan ini adalah kesediaan seseorang untuk berjibaku menjalani proses yang sulit, membutuhkan durasi lama dan acapkali amat membosankan, serta penuh dengan aneka hambatan yang tidak mudah diatasi, demi meraih hasil akhir yang diharapkan.

Tak banyak orang yang bisa menjalani delayed gratification skills ini dengan baik. Sebaliknya, seperti yang telah diuraikan dalam artikel sebelumnya, banyak orang yang justru kini makin terjebak dalam budaya instant gratification – atau ingin mendapatkan semuanya dengan serba cepat.

Continue reading

Kenapa Harus Menjadi Kaya secara Pelan-pelan (Get Rich Slowly)?

Kenapa harus menjadi kaya secara pelan-pelan, atau get rich slowly? Jawabannya lugas : sebab meraih sukses finansial itu memang membutuhkan proses yang acapkali panjang dan amat melelahkan.

Sebuah hasil akhir yang epik selalu dibangun melalui serangkaian proses yang panjang, konsisten, penuh dengan problem dan kendala di tengah-tengahnya, dan lalu mencoba mencari solusi untuk mengatasi kendala itu, lalu mentok karena solusinya gagal meraih hasil yang diharapkan, kemudian kembali berjibaku menemukan jalan keluar lain yang lebih efektif, untuk kemudian pelan-pelan mulai mendapatkan hasil akhir yang diharapkan, dan terus tekun menjalaninya hingga akhirnya meraih hasil epik yang layak dikibarkan…….

Proses perjalanan yang panjang, dan acap penuh kegagalan dan puluhan problem yang terus menghadang, adalah sebuah jembatan yang mesti ditapaki dengan segenap ketekunan dan daya resiliensi yang tinggi, demi meraih sukses finansial yang mengesankan.

Sebab memang tak pernah ada hasil akhir yang menggetarkan, yang dicapai tanpa perjuangan yang konsisten dan penuh ketekunan. Tak pernah ada sukses akhir finansial yang bisa direnggut secara instan, dan seketika, atau mendadak turun dari langit.

Continue reading

Bagaimana Cara Membuat Otak Tak Lemot Gegara Terlalu Sering Scroll-scroll Layar Hape?

Dalam artikel sebelumnya, kita telah mengulas dampak kelam dari terlalu sering scroll-scroll layar hape. Aktivitas yang acap sering kita lakukan ini ternyata sukses membuat otak kita makin lemot dan tulalit.

Lalu apa solusinya? Apa yang kudu kita lakoni agar kita tidak terlalu sering scroll-scroll layar hape hingga kadang lupa waktu?

Disini ada tiga langkah praktikal yang bisa dilakukan untuk menghindari dari smaetphone culture yang begitu hegemonik merasuk dalam beragam sendi kehidupan kita.

Tiga langkah praktikal ini bisa disingkat dengan sebutan 3R atau akronim dari Reduce, Replace dan Reinvent. Mari kita jelajahi satu demi satu tiga kata kunci ini.

Continue reading

Kenapa Otak Kita Makin Lemot Saat Terlalu Sering Scroll-scroll Layar Hape?

Apa hubungannya kekuatan otak kita dengan smartphone addiction? Ternyata hubungannya sangat erat. 

Beragam studi ilmiah menunjukkan cara ampuh untuk mengasah kekuatan otak kita itu adalah ketekunan untuk menjalani sesuatu secara mendalam dan dalam durasi yang cukup lama. Di dalam proses itu dibutuhkan kekuatan konsentrasi dan fokus perhatian yang mendalam pada apa yang dikerjakannya (Duckworth, 2017). Otak kita akan mengembang secara positif saat kita melakukan proses ini.

Selain itu, kekuatan mental dan pikiran kita akan makin tangguh saat kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai “delayed gratification” (Mischel, 2006).  Atau kecakapan untuk menunda kesenangan seketika atau reward yang bersifat instan.

Delayed gratification adalah kemampuan untuk mau menekuni proses yang panjang dan melelahkan, mau menundak kesenangan seketika, demi tercapainya tujuan di kemudian hari. Pendeknya delayed gratification adalah kemampuan untuk berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian, atau bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian.

Continue reading

Investasi Telkomsel di GoTo Tak Sekadar Investasi Portofolio, Lalu Membeli Apa?

Artikel ini ditulis oleh Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Institute.

TIDAK sedikit jalan menuju Roma. Banyak jalan membangun ekosistem. Itulah yang dilakukan oleh Telkomsel, anak emas PT Telkom, ketika masuk menjadi salah satu pemegang saham Gojek-Tokopedia (GoTo). GoTo merupakan decacorn nomor wahid di Indonesia dalam ekonomi digital.

Langkah Telkomsel berinvestasi di GoTo searifnya jangan hanya dilihat sebagai investasi portofolio dan berjangka pendek. Namun, setidaknya harus dilihat jangka panjang – membeli masa depan ketika ekonomi digital tumbuh pesat. Jadi, investasi Telkomsel di GoTo tidak bisa dilihat satu sisi dan jangka pendek.

Menurut catatan Infobank Institute, ada tiga hal penting. Satu, industri start up di Indonesia selain butuh dukungan banyak pihak, juga sekaligus diharapkan meraih peluang di masa yang akan datang. Perusahaan teknologi akan menjadi tulang punggung perkembangan industri digital ke depan.

Continue reading

Cara Ampuh Keluar dari Bayang-bayang Negative Emotion

Salah satu strategi kunci agar kekuatan grit dan daya resiliensi tidak mudah jatuh itu adalah dengan cara menghindari atau menjauhi negative emotion. Secara spesifik, wujud dari negative emotion bisa berupa emosi kemarahan, kesedihan, kekecewaan, kebencian, julid, sirik, nyinyir, hingga iri dan dengki atau juga rasa sinisme yang berlebihan (cynical emotion).

Pertama-tama layak disebutkan, ternyata negative emotion itu memiliki dampak yang buruk bagi kekuatan grit dan daya resiliensi dalam diri kita. Studi saintifik menunjukkan saat jiwa kita terlalu sering disergap dengan emosi kemarahan, kesedihan, kekecewaan, ataupun sinisme yang berlebihan, maka ternyata kekuatan grit dan daya resiliensi dalam diri kita akan mudah jatuh dan lenyap (Frederickson, 2010).

Saat emosi negatif terus menghadang, kita akan mudah mengalami “grit depletion” (atau lenyapnya kekuatan keuletan dalam diri kita). Dengan kata lain, kekuatan grit atau kegigihan dalam jiwa kita akan mudah tergerus habis saat pikiran kita diliputi oleh emosi negatif seperti kemarahan, kekecewaan, kesedihan atau rasa sinisme yang berlebihan.

Itulah kenapa untuk memelihara kekuatan grit dan daya resiliensi, maka kita mesti pandai mengelola emosi dalam jiwa kita. Kita selayaknya menjauhi atau menghindari hal-hal yang bisa memicu kemarahan, kebencian dan rasa sinisme dalam diri kita.  

Continue reading