3 Alasan Penting Kenapa Akses Internet Kudu Ditutup Selama Jam Kantor

Internet pada akhirnya kini telah menjelma menjadi sebuah jagat yang amat meriah dan kaya warna. Ia telah membuka cakrawala pengetahuan baru bagi begitu banyak orang. Ia mungkin juga telah memberikan setangkup nafkah bagi jutaan orang yang dengan tekun mengais rezeki darinya.

Namun dibalik penetrasinya yang begitu masif, internet mungkin juga menyisakan sejumlah problem yang amat kelam. Sejumlah studi menunjukkan betapa internet pelan-pelan bisa membuat otak kita kian tumpul. Dan satu lagi : internet juga bisa menjadi alat destruksi yang paling ampuh untuk merusak produktivitas jutaan karyawan di ruang-ruang perkantoran.

Tulisan kali ini mau mendedahkan tiga alasan penting kenapa akses internat selayaknya ditutup selama jam kantor.

Hingga hari ini, saya melihat masih banyak kantor atau perusahaan di tanah air yang memberikan akses internet tanpa batas kepada karyawannya. Disana sama sekali tidak ada semacam “internet /social media usage guideline and policy” yang diterapkan dengan konsisten dan cerdas.

Padahal memberikan akses internet selama jam kantor amat boleh jadi merupakan salah satu keputusan fatal bagi kinerja bisnis/organisasi. Kenapa begitu? Berikut tiga alasannya.

Reason # 1 : Bad Bandwith Consumption. Acapkali kita berleha-leha berselancar dalam dunia maya tanpa pernah sadar betapa proses itu memakan konsumsi bandwith yang amat besar (apalagi kalau leha-lehanya sambil mendowload lagu plus nonton video Lady Gaga di youtube). Secara kolektif dan jangka panjang, konsumsi bandwith ini pasti akan mengurangi anggaran departemen IT kantor Anda (sebab unlimited data pasti akan memakan biaya langganan yang lebih mahal).

Bukan itu saja. Penggunaan data internet yang berlebihan bisa juga menyebabkan akses untuk jaringan data lain yang lebih penting menjadi lambat. Akses email menjadi error, atau pertukaran jaringan data keuangan menjadi lelet. Ini semua boleh jadi lantaran karyawannya pada sibuk akses internet pada “peak hours” (biasanya jam 9 – 10an pagi).

Reason # 2 : Stealing Your Productive Time. Sejumlah studi dan observasi langsung menunjukkan rata-rata karyawan mengalokasikan waktu hingga satu jam per hari untuk akses internet yang acapkali tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan (think about browsing FB, Detiknews, DetikSport or Kaskus, dan lain-lain).

Itu artinya, selama sebulan seorang karyawan bisa “mengkorupsi” waktu pekerjaannya hingga 20 jam lebih (1 jam x 20-an hari kerja), atau sama dengan 2,5 hari kerja full. Kalau Anda termasuk kategori rata-rata ini, berarti Anda sejatinya telah “merampas” uang (gaji) kantor/perusahaan selama dua hari secara ilegal. Itu kalau satu hari hanya satu jam browsing, kalau lebih, berarti waktu kerja kantor yang Anda rampas dan korupsi akan lebih banyak lagi. Doh.

Reason #3 : Destroying Your Concentration. Kini banyak karyawan kantor yang terjebak bad habit semacam ini : setiap setengah jam selalu tergoda untuk klik internet (entah untuk sekedar ngecek update status, melihat berita bola terbaru, chatting dengan teman di luar sana, atau sekedar melihat comment temannya).

Distraksi semacam itu pelan-pelan ternyata merusak konsentrasi Anda untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebuah studi menunjukkan distraksi dan habit semacam itu membuat konsentrasi karyawan terpecah. Dampaknya : bukan saja proses penyelesaian pekerjaan jadi lebih lamban, namun hasilnya juga kurang optimal (sebab ditengah-tengah bikin laporan, pikiran karyawan itu selalu terngiang dengan komen atau status temannya yang baru saja muncul atau dengan berita heboh di detiknews yang baru saja diintipnya).

3 reason diatas sudah lebih dari cukup untuk mendeklarasikan : stop akses internet selama jam kantor. Forever.

Karena itu, jika Anda adalah pengelola departemen SDM, segera lakukan meeting dengan departemen IT Anda, dan susun kebijakan untuk menghentikan akses internet selama jam kantor. Hanya email kantor yang boleh digunakan. Dan hanya pihak-pihak tertentu yang boleh akses internet (misal departemen purchasing yang memang butuh informasi pembelian barang secara online; atau pihak keuangan yang melakukan transaksi online banking). Selebihnya : stop.

Tentu akan banyak karyawan yang protes : Wah jangan halangi kami untuk mendapatkan pengetahuan dong; wah, wawasan kami akan jadi mandek dong kalau dilarang akses internet; dan blah – blah – blah lainnya.

Untuk yang protes semacam itu, jawabannya simple : mas, ini kantor untuk kerja mas, bukan warnet.

Oh ya omong-omong, Anda sekarang membaca tulisan ini pas jam kantor atau bukan? Kalau pas jam kantor, sudah mas/mbak, segera putuskan koneksi internet Anda. Wong jam kantor kok malah browsing ke blog yang ndak jelas begitu.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

46 thoughts on “3 Alasan Penting Kenapa Akses Internet Kudu Ditutup Selama Jam Kantor”

  1. Wah, mantep nih pak. Saya sendiri sebagai mahasiswa masih berkutat di alasan yang ke tiga Pak Yodhia. Sangat mengganggu konsentrasi. Apalagi situs-situs seperti FB, TW, Detik, kompasiana. Dengan dalih selalu ingin up-to-date, setiap 5 menit selalu buka Opera Mini via HP. Haduuuhhh.

    Lalu bagaimana solusinya Pak Yodh?

    Cuman, masalahnya hal diatas tidak berlaku jika kantornya itu ngurusi kerjaan online ya pak.. Jadi memang harus/wajib online pak.. Hehehe. 🙂

    Salam Ihsan – GiganticBacklink.com 🙂

  2. Wah betul sekali, kita aja yang gak ngantor bisa terlena produktivitasnya, jika tidak menahan diri.. so, that’s a good idea..

  3. Pagi, menurut saya itu tergantung kepada tingkat kedewasaan dan rasa tggjawab karyawannya, tdk semua karyawan seperti itu.
    Kadang kita memerlukan akses internet tsb sebagai salah 1 pendukung pekerjaan.
    Kebijakan yg biasanya ditetapkan adalah sortir beberapa situs saja tdk menutup semua.

  4. Teringat pengalaman saya sbg karyawan konsultan desain dulu, dimana akses internet bandwith internet dibatasi oleh IT Manager

    bandwith dibatasi cukup utk kirim email saja (tanpa gambar yg notabene filenya besar-besar

    kalau mau kirim gambar report ke IT Manager utk diberi akses bandwith yg lebih besar)

    jd browsing, download film atau lagu, browsing idea-idea yg segar ga mungkin dilakukan pada saat jam kerja saja.

    Dampaknya secara operational biaya internet cukup signifikan berkurang, namun ada semacam ‘keloyoan’ dlm semangat kerja, sepeti kurang ‘vitamin’, ide-ide kreativitas seolah buntu.

    Kelemahannya juga adlh krn mengandalkan IT Manager sebagai pengelola internet, maka pada saat overtime (IT Manager tidak selalu lembur) menyulitkan utk mengirim email berbasis data gambar yg besar, bandwith akhirnya dibebaskan stlh jam kantor usai, akibatnya karyawan cenderung mengambil overtime utk mensiasati sehingga mengganggu kinerja juga.

    Kebijakan ini tidak berjalan lama, karena perusahaan menemukan lebih banyak hambatan daripada manfaatnya. hehehe…

  5. Kita tidak mungkin meninggalkan teknologi informasi, akan tetapi teknologi informasi seperti internet tergantung dari sipengguna, bukan teknologi internetnya

    jika pekerjaannya memang mencari uang dan ilmu disini maka tidak menjadi masalah, kecuali kita kerja dikantor yang nota bene benar-benar memberikan pelayanan kepada konsumen, publik, dll dan jika mengganggu aktivitas pekerjaan rutin maka akan menjadi masalah

    karena kita bekerja berdasarkan aqad melalui job dan upah/gaji yang kita terima setiap minggu atau bulanannya.

    Internet adalah dapat diumpamakan sebagai Pisau, dia dapat menjadi berguna jika digunakan untuk memotong buah, sayur, ayam, dll.

    Akan tetapi menjadi bermasalah jika digunakan untuk melukai orang lain untuk tujuan tertentu. Trims’ atas sarapan paginya mas yodia

  6. Pagi Mas Yodh,
    saya baca blog anda jam 7, jam kantor mulai jam 8 🙂
    di perusahaan saya bekerja ada semacam filter, jadi yg bisa dibuka internetnya adalah Berita dan lainnya yg bukan sosial media dan chating begitu.
    saya fikir memang perlu Policy yg jelas perihal penggunaan internet, tetapi saya juga kurang setuju kalau ditutup sama sekali. saya fikir ini tergantung tingkat kemandirian individu di organisasinya. trims

    salam,

  7. Setuju dengan Dhian (3).
    Sekarang kita balik posisi, kita menjadi owner terus karyawan kita melakukan hal serupa, bagaimana?

  8. Perihal Internet harus ditutup saya pribadi kurang setuju…
    namun jika penggunaannya dibatasi… saya bisa setuju…
    misalnya saja situs situs jejaring sosial di blok… jadi tidak mengganggu kinerja karyawan.

    secara pribadi, saya sebagai sales person yang bergerak di bidang food industry, sangat membutuhkan internet,
    misalnya saja untuk mencari referensi bahan baku industri, untuk melihat situs customer (apakah customernya bisa dipercaya atau tidak), untuk melihat alamat melalui google map, untuk membuat surat dan mengirim dokumen… mengirim konfirmasi PO, dokumen dari bahan baku (karna ada customer yang menginginkan dokumen dikirim melalui email, dengan alasan menghemat kertas), melihat produk kompetitor, melihat update bahan baku dari situs principal. Dan hal hal tersebut tidak mungkin saya lakukan diluar jam kantor.

    jadi akses terhadap internet tetap diperlukan, tentu dengan batasan batasan yang ada, juga dengan kedewasaan penggunanya.

    terima kasih

  9. Saya pimpinan dan pemilik perusahaan, dan saya sedang membaca artikel bapak di jam kerja. Menurut saya sah2 saja, he he he.

    Seperti ibaratnya orang tua, saya pasang parent lock di beberapa computer karyawan yang mendapat akses internet untuk membuka email perusahaan dari client.

    Dulu sebelumnya, saya percaya pada karyawan. Namun beberapa kali saya pergokin karyawan membuka fb, twiter, chatting dengan teman di jam kerja. dan itu mengganggu kinerja mereka.

    Ketika saya tegur, mereka malah mengundurkan diri.

    Tingkat kedewasaan dan tanggung jawab mereka ternyata tak dimiliki.

    Dari pada saya punya kasus yang sama, lebih baik saya lock saja, daripada harus salah paham terus dengan karyawan.

  10. Wah kalau ditutup total saya bisa-bisa tidak HORNY lagi! hahaha…

    Kebijakan ini tentu tidak berlaku bagi mereka yg berurusan dgn kreatifitas, media, PR, marketing, dll. Kalau di perusahaan saya sebelumnya (bank), akses internet hanya dapat dilakukan pada komputer tertentu. Sehingga jika seseorang berada di sana, bisa dilihat banyak orang apa yg sedang ia lakukan.

    Tetapi bagimana dgn yg menggunakan laptop pribadi? Apa harus dibikin regulasi baru?? Saya pikir semua kembali pada masing-masing individu… dan pada Yang Maha Kuasa 🙂

  11. Enaknya emang di batasi, boleh bagian tertentu di block seperti reception, CS yang berhub dengan service atau pelayanan. untuk level tertentu kan ada KPInya. he he he. Lagian internet di Block dia pake BB, Android dan smart phone lainnya, ini juga harus di atur kayaknya!

    Tapi enaknya kerja di rumah ini saya dari rumah bacanya…anyway thanks pak Yodhia atas artikelnya…Asyik ya yg habis renovasi rumah!!!

  12. internet kantor ditutup?
    tidak masalah.
    Masih banyak akses inet murahan lewat 3G/HSDPA

    tinggal tethering ke Android. Akses menjadi tak terbatas.

  13. Ada sebuah penelitian (saya baca di media indonesia) yang mengatakan bahwa ketika kita browsing diinternet sama halnya anda mengunjungi tempat tempat rekreasi yang anda sukai, misalnya cafe, karoke keluarga, rekreasi keluarga.

    Tentu anda akan merasa senang bukan? Kalau karyawan merasa senang dan puas, hal ini akan memberikan dampak positif ketika dia menyelesaikan pekerjaannya.

    Di telkom misalnya, karyawan dianjurkan untuk memiliki akun facebook. Lalu, google, mungkin kah ia membatasi akses internet ke pada karyawannya. Kinerja kedua perusahaan ini tentu tidak bisa dibilang rendah.

    Kalau pun harus diblok, blok saja akses ke situs yang memakan banyak bantwith semacam youtoube, dll.

    Yang terpeting mendidik karyawan untuk tahu diri. Selamat beribadah ditempat kerja masing. 08:30 waktunya saya bekerja tentunya juga anda. Tidak korupsi waktu loh ini. 🙂

  14. Sampaikan pemahaman tanggung jawab karyawan. Bukan ngeblok internetnya.
    Karena bisa aja curi2 dari gadget yg dimiliki..

  15. untuk poin menumpulkan otak saya setuju, namun untuk memblok seutuhnya internet saya kira kurang tepat.

    untuk beberapa pekerjaan memang harus intens membuka internet. Karena kita butuh komunikasi dengan klien, vendor dan juga rekan bisnis baik melalui email maupun bentuk komunikasi lainnya. Di tempat kerja saya komunikasi ini tidak boleh untuk dibatasi.

    saya melihat cara yang paling efektif adalah memfilter konten apa saja yang bisa dibuka.

    kemudian pemahaman tentang tanggung jawab berinternet selama jam kantor memang harus dijadikan pemahaman bersama agar tidak ada penyelewengan. terima kasih

  16. terimakasih pak yod…
    apa yang bapak sampaikan saya setuju sekali, sebab memang begitulah yang saya rasakan.

    Namun, mmg penerapan/kebijakan untuk membatasi internet dst.. tidak juga mudah. Setiap bagian dikantor memiliki persepsinya masing2 ttg kebutuhan internet. Setidaknya ditempat saya.

    Saya bisa merasakan itu karena sayalah yang bertanggung jawab untuk urusan IT di kantor. 🙂

  17. Di kantor tempat saya bekerja memang cukup longgar.

    Oleh karena itu semua diserahkan kembali kepada pribadi masing-masing. Bila tugas sedang menumpuk saya bisa tidak menyentuh internet sama sekali. Namun biasanya saya bisa menyempatkan diri untuk sekadar memeriksa email dan blog.

    Secara umum saya setuju bila penggunaan internet di kantor sangat dibatasi dan hanya dipergunakan untuk keperluan resmi kantor saja.

    Alasan paling utama adalah masalah produktifitas dan konsentrasi.

  18. Benar sekali Pak. Saya juga merasa kalau internet berlebihan akan berakibat fatal bagi perusahaan. Tapi yang penting adalah komitmen kita dalam menggunakan akses internet ini.

    Kalau di kantor lama dulu, internet hanya bisa digunakan 1 jam setelah masuk, istirahat, dan setelah jam kantor.
    Kalau di kantor yang baru, bisa terus tapi ga bisa download..

    Bahkan menurut saya, kalau pekerja kantoran itu yang berbahaya adalah BBnya.

    Karena kadang emang ngeselin kalau liat orang yang hobinya BBan muluuu…
    Untungnya disini ga boleh bawa hp kalau ke kantor.. berbahayaa.. bisa meledak. 😀

  19. iya memang agak sedikit membuat karyawan kesal, jika hal itu diterapkan saya rasa syah2 saja jika banyak karyawan yang kurang betah atau semacamnya. tapi jika di beri waktu khusus ke mereka saya rasa nggak terlalu susah?

    misalnya untuk karyawan seperti saya yang harus terus mengupdate unit2 yang masuk dan mengirim ke pusat, DLL. gak mgkin kan harus di tutup ?
    dan apakah jika karyawan dari pagi hingga sore terus serius kerja tanpa hiburan gak suntuk ?

    gimana kalo kita sependapat untuk membuat waktu tertentu kemereka untuk mengkoneksikan komputer mereka ke internet dengan semua alasan yang mereka buat, seperti jam sekian dan di tutup jam sekian, terus nanti dibuka lagi, terus ditutup lagi, apakah itu terlalu sulit ?

    saya rasa tidak bukan !!
    terimakasih.

  20. Pernyataan Bapak ada benarnya. Saya sendiri seorang mahasiswa dan saya jujur, saya menggunakan wifi kampus untum mendonlot2 video dan film yang saya suka, dan lama2 jadi sesuatu yg addicted bagi saya. Kadang2 saya berpikir, apakah tindakan saya dibolehkan? Bukankah pengadaan wifi ini merupakan untuk sarana belajar? Bahkan saat ini saya ada di kampus dan membuka twitter serta FB sembari membuat tugas dan membaca blog ini.

    Masalah terbesar yang saya lihat akibat internet ini adalah kinerja yang menurun. Saya merasakannya. Kalau saya nggak rem dengan hati2, saya bisa menghabiskan 5jam ketawa-ketiwi di depan leppi, berbincang bahkan dg org yang ga saya kenal di dunia nyata. Kadang2 saya berfikir, laptop merupakan amanah orang tua, dibelikan untuk sarana pendukung belajar, apa yang telah saya lakukan?

    Sejenak, saya sangat setuju dengan Bapak, meski ada sejumput hati saya yang berteriak nggak setuju.

    Namun, kebetulan saya baru saja membaca buku seven habits (meski belum tamat dan saya yakin Bapak telah membaca dan menamatkannya) dan menyimpulkan bahwa membatasi atau menstop Internet Bandwitch bukan merupakan sesuatu yg bijaksana. Mungkin sejenak memang, problem akan teratasi. Penggunaan Dana Bandwitch menurun, Kinerja karyawan naik, tapi bagi saya bukan itu akar masalahnya. Saya yakin, karyawan (yg sudah terbiasa dg situs sosial) nggak akan tinggal diam.

    Mereka akan mencari seribusatu cara untuk bisa kembali eksis di dunia maya mereka, mereka punya BB, Android, dll dsb, bagaimana mungkin perusahaan bisa melarang? Mereka akan tetap bisa eksis di dunia maya mereka, dan kinerja mereka tetap akan menurun. Ibaratnya, tindakan ini hanya menyelesaikan GEJALA permasalahan, bukan AKAR MASALAH itu sendiri. Kl kata buku seven habits, kita melakukan sesuatu “dari luar ke dalam”, bukan sebaliknya.

    Mungkin perusahaan bisa melarang penggunaan BB dan Android, tapi apakah itu akan efektif?? Karyawan yang merasa tertekan (karena pembatasan internet dan BB/Android) bisa jadi kesal dan mengundurkaan diri, akibatnya perusahaan akan kehilangan SDM yang potensial.

    Atau, sebaliknya, mereka malah malas2an kerja, cepet bosen, nggak bersemangat dan “loyo”,atau gampang setress, karena mereka terbiasa dengan “hiburan” dan sekarang mereka nggal lagi mendapatkannya. Ujung2nya sama, mereka akan cabut.

    Bagaimana ya, pak? Menggunakan wifi kampus, sekolah, dan kantor bukan untuk pekerjaan saya lihat sudah jadi symptomp di ligkungan kita. Rata2 semuanya begitu, tapi menurut saya, selama pekerjaan mereka memuaskan dan diatas rata2, bijaksanakah kalau itu dibatasi?

    Kl masalah dana sekalipun, seandainya kantor memakai paket unlimited sekalipun, bayarannya akan sama saja kan? Jadi, ketimbang nyetop internet, menurut saya, hal yang lebih perlu dilakukan adalah mengusahakan bagaimana karyawan bisa “melawan” ego nya untuk menghabiskan waktu berguna mereka di internet dan memanfaatkannya untuk perusahan, dengan kata lain, menjadikan mereka proaktif, seperti yang dikatakan buku se7en habit.

    Karena, kalau mereka proaktif, apapun pengaruh luar yang akan mempengaruhi kinerja mereka seperti internet atau BB/Android, semua tak akan jadi masalah. Bagaimana membuat karyawan proaktif?

    Hmm,.. mahasiswa seperti saya hanya bisa berteori, yang sudah bekerja apalagi yg sudah manajer tentu lebih tahu daripada saya, kalau ditanyakan pada saya, paling saya hanya bisa menyodorkan buku se7en habit yg sedang saya baca

  21. Kalau dengan serta merta ditutup, saya kurang setuju. Saya lebih sepakat dengan membuat kebijakan, mengaturnya dan membatasinya. Bisa dengan mem-blok situs2 tertentu dan membuat IT policy dan mensosialisasikannya.

  22. kalo mau kerja sambil akses internet full dan gak pake kena marah, bisa koq..

    jadi operator warnet aja 😀

  23. 🙂

    Seru ya tanggapannya..

    Terus terang, saya sebagai salah seorang yang bekerja di bidang IT dan sewaktu masih jadi “kuli” yang mengabdi pada perusahaan, ada beberapa kebijakan yang saya laksanakan soal pengaturan internet kantor ini

    Pertama, saya listing situs sosial media (FB, Twitter, MySpace, dsb..) dan beberapa situs yang paling sering dibuka oleh 1 kantor pusat. Saya pantau, mana yang paling sering di akses, lalu mulai memilah mana yang harus di blok, dan mana yang “dibiarkan” di akses oleh user (ada yang beberapa yang bisa di akses pada jam jam tertentu, ada yang dibebaskan)

    Kenapa ada yang dibiarkan bebas? Karena beberapa situs tertentu malah dapat meningkatkan produktivitas mereka bekerja atau bahkan mempermudah pekerjaan mereka. Sebagai contoh, LinkedIn saya biarkan bebas, karena situs ini memudahkan HRD untuk hunting pegawai pro beberapa sektor yang dibutuhkan. Facebook dan Twitter juga saya berikan untuk divisi komunikasi, karena dari situ mereka dapat memulai pencitraan serta menjaring client2 potensial

    Pendapat Tiffany ada benarnya, kalau terus dibatasi, orang kita itu pintar2, pasti selalu dapat jalan keluar untuk mengakses situs yg mereka inginkan. Dan bahkan saya pernah menemukan user kantor saya sampai dibela belain tethering ke laptopnya demi Update status twitternya :))

    Sekian sharing dari saya 🙂

  24. Yang alasan ketiga itu saya alami banget, Pak. Kalau disambi mainan internet, pekerjaan jadi lama selesainya, karena konsentrasi terpecah alias tidak bisa fokus….

  25. Disinilah peran negara diperlukan. Berpikir terlalu jauh? Tentu tidak. Bukankah tenaga kerja sekarang ini merupakan produk pendidikan yang diselenggarakan negara?

    Ketika semua diserahkan kepada masing-masing individu, maka masalah kian pelik dan kompleks. Yuk, sama-sama perbaiki negeri ini dengan menciptakan karya terbaik dalam hal pendidikan generasi penerus. Agar apa pun yang mereka lakukan nanti adalah hanya sesuatu yang akan membawa manfaat.

    Caranya? kita putus rantai ini mulai dari kita. Apa pun yang terjadi saat ini adalah hanya efek dari kualitas SDM kita. Mari bicara jujur…

    “Untuk menumbangkan sebuah pohon, gali dari akarnya. Bukan mencabuti daunnya satu per satu.”

    Terima kasih.

  26. kalau saya ini pas jam kerja tapi bukan jam kantor, hahahha…. tp kerjaanya nggak office hour jd ya.. hem … dganti jam pas lanjutan wktunya pulang belum pulang.. #ngeles.com 🙂

  27. kalo saya kebalikannya Pak Yodia. Saya membebaskan anak buah saya untuk menggunakan internet..bahkan untuk sekedar facebookan atau YM-an. saya sendiri menekankan gunakan “google” terlebih dahulu sebelum menggunakan otak kita…cari informasi atau ilmu sebanyak-banyaknya..kemudian kerjakan pekerjaan sebaik-baiknya,

    Dan ternyata anak buah saya mengerti juga. Mereka tidak akan facebookan atau chat sebelum pekerjaan selesai…

    kadang saya lebih suka lihat mereka facebookan atau YM-an karena itu berarti pekerjaan mereka sudah ‘selesai’ (walaupun dlm versi mereka).

  28. hahahaaa…. betul ya….
    Alhamdulillah mas Yod, saya aksesnya tidak jam kantor, wong saya juga belum punya kantor 😀 Kerja biasanya di rumah nerima desain dari mas Yod (kalo mau order lho… :))

  29. Judulnya sangat provokatif sekali Pak, “akses Internet kudu di tutup” padahal anjuran yang tersirat dalam bacaan di atas berkaitan dengan pembatasan akses internet.

    Bacaannya tetep mantap, easy reading

  30. di satu sisi akses internet untuk level managerial diperlukan untuk tetap bisa mengikuti perkembangan dunia luar selain urusan kantor.selain itu bisa juga untuk tetap menjaga komunitasnya, misal di organisasi profesional yg dia ikuti. Untuk level staff memang sebaiknya ditutup.

    salam,
    wahyudi
    http://www.AvailableArticle.com

  31. ..kenapa tidak dibirakan saja akses terbuka sepenuhnya? tetapi bandwith dibatasi. Ketika koneksi menjadi “lemot” atau “lelet”, saya yakin akan banyak personil yang kesal dan akhirnya sedikit demi sedikit mulai membiasakan dirinya utk tidak membiasakan “bergantung” pada koneksi internet kantor..

    gitu aja kok repot..

  32. sebenarnya internet juga sangat dibutuhkan sekali diperusahaan,jangan ditutup,bagaimana orang tersebut mempergunakan internet itu sendiri.

Comments are closed.