3 Strategi Digital Detox yang Ampuh Demi Taklukkan Smartphone Addiction

Minggu lalu kita sudah mengulik tiga sisi kelam dari makin meningkatnya durasi pemakaian smartphone dalam keseharian yang kita jalani.

Tiga sisi kelam itu adalah : makin hilangnya waktu produktif, makin pendeknya attention span dan kekuatan fokus karena terlalu asyik scroll-scroll hape, hingga tumbuhnya budaya instan yang serba ingin hasil cepat dan mengabaikan proses.

Merenungi bahaya kelam tersembunyi dari gejala smartphone addiction, membuat kita kudu segera menemukan solusi demi menaklukkannya.

Dalam sajian pagi ini, kita aka menjelajahi tiga solusi yang layak kita jalani agar terhindar dari sindrom smartphone culture yang mendedahkan berkeping sisi muram bagi masa depan.

Kita bisa menyebut tiga solusi ini sebagai digital detox strategy untuk menghindari dari smartphone addiction.

Mari kita bedah satu demi satu sambil ditemani secangkir kopi susu dari kedai Kopi Kenangan atau Janji Jiwa.

Digital Detox Strategy #1 : Jauhi Distraksi

Salah satu sebab kenapa kita begitu dekat dengan smartphone kita, adalah ya karena kita memang selalu menaruh gadget ini di lokasi yang sangat dekat dengan jangkauan kita (entah di saku celana, di dekat meja kerja, atau bahkan selalu kita pegang).

Yang muram adalah kita kemudian juga membiarkan aneka notifikasi di layar hape datang dan memberikan distraksi saat kita tengah fokus bekerja atau berbicara atau saat meeting.

Kita membiarkan aneka distraksi itu selalu datang. Dan sungguh ini adalah sebuah tindakan yang sangat tidak produktif.

Sebuah studi menunjukkan, membiarkan hape selalu ada di dekat Anda, dan kemudian membiarkan aneka notifikasi datang bersuara atau menyela, sejatinya justru membuat level produktivitas Anda akan anjlok hingga 50%.

Kekuatan fokus dan konsentrasi Anda menjadi rusak karena serbuan notifikasi itu (entah dari notifikasi WA, panggilan telpon, atau sekadar notifikasi dari media sosial dan portal berita yang Anda follow).

Solusinya mudah namun powerful : saat Anda sedang konsentrasi fokus bekerja atau melakukan meeting penting, maka sebaiknya jauhkan hape dari jangkauan tangan dan mata Anda. Anda bisa menyimpannya di laci meja kerja Anda, dan men-silent-nya (atau bahkan mematikannya sekalian).

Tentu saja, ada saat-saat di mana kita membutuhkan hape dan menunggu notifikasi penting yang berkaitan dengan pekerjaan. Namun ada saatnya pula, di mana kita mesti fokus bekerja menyelesaikan actions yang dibutuhkan.

Poin kuncinya adalah : bangun relasi yang proporsional dengan gadget hape kita. Jangan biarkan aneka distraksi terus datang, dan setiap saat merusak konsentrasi kita saat hendak bekerja. Paling minimal, silent semua notifikasi, dan letakkan hape pada posisi yang agak jauh dari pandangan mata.

Pikiran Anda akan menjadi sangat produktif saat bisa fokus menuntaskan aneka tugas krusial. BUKAN malah sibuk membalas aneka notifikasi yang selalu datang tanpa henti.

Digital Detox Strategy #2 : Jalani Hobi yang Membuat Anda Lupa Hape

Strategi kedua ini simpel namun ampuh untuk sejenak melupakan gadget kesayangan Anda, yakni lakukan hobi yang menjadi kegemaran Anda.

Tentu saja hobinya juga yang melibatkan gerakan tangan atau kaki secara aktif – bukan malah hobi nonton youtube di hape sambil rebahan di kasur.

Kesalahan sejumlah kaum muda saat ini adalah malah menjalani hobi yang membutuhkan hape. Wrong move.

Seharusnya kita makin rajin menjalani jenis “hobi klasik” seperti : hobi membaca buku fisik, jalan kaki, naik gunung, memelihara burung atau ikan, berkebun, memasak, fotografi, lari, gowes ke tempat-tempat nun jauh di sana, renang, hingga hobi ngulik mesin motor atau juga menulis sebuah esai panjang.

Menjalani hobi yang kita sukai membuat kita bisa lupa dengan smartphone kita. Kalau hobinya bagus, bahkan bisa membawa manfaat yang powerful bagi proses pengembangan diri kita.

Akan lebih bagus lagi, kalau hobi-nya ini kemudian bisa menjadi good habit. Misal tiap habis Maghrib, saya selalu menjalani hobi saya sejak kecil, yakni membaca buku-buku secara fisik. Ritual ini membuat saya merasa lebih produktif daripada hanya scroll-scroll layar hape.

Lalu tiap akhir pekan (Sabtu dan Ahad) saat libur, saya menghabiskan waktu luang yang ada untuk menjalani hobi saya yang lain yakni menulis artikel untuk blog yang sedang Anda baca ini (hobi yang saya jalani sejak 12 tahun lalu tanpa henti). Lalu di sore hari saya biasanya menjalani hobi saya yang lain yakni melakukan olahraga renang.

Saya sendiri merasa agak kecanduan dengan tiga hobi saya ini : yakni membaca buku, menulis dan renang. Kalau terlalu lama saya tidak melakukan tiga aktivitas ini, biasanya saya akan merasa sakaw.

Harapannya Anda bisa menekuni hobi yang berfaedah juga. Misal hobi jalan kaki, gowes, lari, atau hobi membaca. Lalu tumbuhkan habit untuk bisa menjalani hobi ini dengan rutin.

Misal tiap akhir pekan, di waktu luang, Anda bisa menjalani hobi Anda yang berfaedah tersebut dengan rutin. Ini jauh lebih bagus daripada seharian rebahan di kasur sambil scroll-scroll layar hape tanpa henti.

Menjalani hobi yang berfaedah (seperti gowes, jalan kaki, renang, fotografi atau membaca buku) adalah salah satu cara ampuh untuk membuat Anda bisa lepas dari kecanduan main hape.

Ciptakan habit agar Anda kecanduan dengan hobi Anda yang berfaedah tersebut. Sebab percayalah, hidup Anda akan menjadi lebih produktif jika Anda ketagihan dengan hobi yang bermanfaat. Bukan hobi main hape seharian.

Digital Detox Strategy #3 : Fokus pada Konten yang Inspiring

Kalaupun kita memang tak bisa sepenuhnya melepaskan diri dari gadget kesayangan kita, maka selayaknya kita lebih fokus pada konten-konten digital yang extremely useful dan inspiring.

Kesalahan sejumlah orang adalah mereka menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar hape, menyimak ribuan aneka konten yang ada, namun mendadak bingung saat ditanya : apakah semua konten itu benar-benar berdampak positif bagi peningkatan skills dan income mereka?

Faktanya, banjir informasi atau information overload yang terus datang dari layar gadget memunculkan paradoks berikutnya yang juga kelam : yakni informasi yang disimak makin berlimpah dalam jumlah yang amat masif, namun ternyata level skills, kompetensi dan income tetap saja stagnan.

Artinya lonjakan volume informasi sama sekali tidak berdampak pada perubahan nasib banyak orang yang terjebak dalam smartphone culture.

Kenapa begitu? Sebab terlalu banyak orang yang membaca konten digital karena perasaan “takut ketinggalan informasi” atau juga karena “ikut saja membaca apa yang dibaca kebanyakan orang” atau “melahap apa saja yang ada di depan layar hape saya”.

Yang kelam adalah : seringkali kebanyakan informasi yang dibaca itu berkualitas sampah; atau sama sekali tidak berfaedah; atau bahkan malah memicu emosi negatif para pembacanya (banyak berita negatif di media online dan medsos yang terbukti membuat pembacanya makin pesimis, kecewa dengan keadaan, dan bikin hati galau).

Solusinya : mulailah skip informasi online yang tidak penting. Abaikan informasi dan berita-berita yang hanya memicu emosi negatif. Terlalu mahal biayanya jika kita membiarkan pikiran kita jadi sedih dan galau hanya gara-gara informasi negatif yang muncul di layar hape kita.

Fokuskan minat dan atensi kita pada konten-konten digital yang inspiring dan extremely useful. Syukur jika konten online ini relevan dengan skills atau bidang yang Anda tekuni saat ini. Dengan demikian, waktu yang dihabiskan untuk menyimak aneka konten via layar hape, bisa berdampak positif bagi peningkatan skills dan income kita.

DEMIKIANLAH tiga solusi yang layak dijalani saat kita ingin terhindar dari smartphone addiction yang destruktif.

Tiga solusi praktikal ini adalah :
1. Jauhi distraksi yang merusak konsentrasi
2. Jalani hobi yang membuat kita lupa dengan hape kesayangan
3. Fokus pada konten yang berfaedah dan inspiratif

Jadilah manusia-manusia digital yang produktif. Bukan manusia digital yang hanya jadi korban dari kemajuan teknologi yang terus melaju.

9 thoughts on “3 Strategi Digital Detox yang Ampuh Demi Taklukkan Smartphone Addiction”

  1. WOW 3 penangkal efek buruk dari smartphone.

    Dan pada akhirnya semua kembali diri masing-masing, ingin terus menikmati ‘kecanduan’ smartphone dengan berbagai efek buruknya,

    Atau menggunakannya secara bijak agar mambawa manfaat yang WOW bagi diri sendiri dan orang banyak,

    Thanks pencerahannya Pak
    salam sukses penuh keberkahan!

  2. Mengatur jam pemakaian ponsel.. sehabis kerja dari sore segera non aktifkan ponsel. Fokus pada keluarga.
    Saat weekend, jalani hobi, biasanya lari ke gramed buat baca buku2 baru..

  3. Mantap, saya yakin pembaca blog ini sudah terlatih mengatasi candu smartphone.

    Semakin kita menyibukkan diri kita dalam kegiatan produktif membuat kita semakin jauh dari hp.

    Percayalah mendapatkan rupiah demi rupiah itu menyenangkan dan lebih bikin kecanduan daripada main hp.

    Sampai ada dokter mengatakan penghasilannya kalah dengan tukang parkir zaman now.

  4. Kalau saya jauh dari hape memang tidak bisa, tetapi kebetulan saya tidak hobi dengan aneka sajian di hape, kecuali artikel-artikel yang memang bermanfaat buat saya pribadi dan orang2 terdekat.
    Jadi sepertinya solusi yang ketiga yang cocok buat saya pribadi.
    Thanks atas artikelnya yang inspiratif.

  5. Betul menjauhkan hp dari genggaman kita adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Cara ini selalu saya lakukan tiap kali mengerjakan project artikel blog.

    Namun walaupun sudah diajuhkan jangan WA di koneksikan lewat PC sama saja kalau begtu.

    Jauhkan hp, matikan paket data, insyallah jika fokus dalam bekerja, pekerjaan bisa selesai kurang dari 5 jam.

  6. Setuju dengan nomer 1 mas. Ini ling susah dipraktekkan. Saat kerja tiba2 ada notifikasi WA jadi buyar fokus. Harus dari awal lagi. Kadang kita terlalu penasaran dengan chatting WA hehehe

  7. Point ketiga yang saya alami saat ini, seakan-akan semua informasi yang muncul dinotifikasi maupun artikel yang saya save untuk dibaca kemudian membuat saya tidak konsen pada satu topik, malah buyar dan hanya lewat begitu saja pada memory saya. Saya pikir dengan melahap semuanya akan berdampak baik, ternyata tidak.

    Trims Pak Yodhia untuk inspirasinya.

Comments are closed.