Kalaulah ada sebuah organisasi bisnis di tanah air yang pertumbuhannya tergolong sangat spektakuler, maka Lion Air boleh jadi merupakan salah satu diantaranya. Didirikan pada tahun 2000 silam, dengan hanya modal satu kali penerbangan per hari, kini mereka melayani 200 penerbangan per hari. Itu artinya, hanya dalam sepuluh tahun, volume penerbangan mereka tumbuh sebanyak 200 kali atau 20,000%.
Tentu saja pendapatan bisnis Lion juga turut terbang mengangkasa. Tahun 2009, total pendapatan mereka sekitar 6 trilyun (dan sekali lagi, ini hanya dicapai dalam waktu yang relatif pendek, yakni hanya sepuluh tahun. Tak banyak perusahaan di tanah air yang bisa menembus angka penjualan 6 trilyun hanya dalam 10 tahun berdirinya). Jumlah penumpang Lion tahun lalu menembus angka 13 juta, dan ini artinya menggusur jumlah penumpang Garuda (hanya 8,3 juta), sebuah maskapai yang jauh lebih tua usianya.
Ada beberapa poin mengenai strategi bisnis yang bisa diambil dari kisah spektakuler Lion Air ini. Yang pertama, negara kepulauan seperti Indonesia memang sebuah lokasi yang nyaris sempurna bagi kehadiran sebuah bisnis penerbangan. Dan Lion Air memasuki pasar yang amat menggiurkan itu dengan strategi bisnis yang tergolong baru pada zamannya : low cost airline.
Melalui strategis bisnis low cost itulah, Lion Air kemudian mampu mengejawantahkan tagline-nya yang brilian itu : we make people fly – membuat setiap orang, mulai dari pedagang kain dari Ternate, ibu-ibu rumah tangga dari Medan, petani jeruk dari Pontianak, atau mahasiswa dari Papua, bisa punya kesempatan terbang menembus langit nusantara.
Catatan yang kedua, pertumbuhan bisnis yang fenomenal itu juga segera disertai dengan strategi pembelian armada pesawat baru yang agresif. Dunia penerbangan Asia sungguh tercengang, ketika Lion Air mendeklarasikan akan membeli 178 pesawat Boeing seri terbaru, yakni 737 – 900 ER (extended range, body lebih panjang). Harap diketahui, harga satu pesawat baru seri 737 – 900 itu adalah sekitar Rp 600 milyar. (Berdasar estimasi, dana Rp 600 milyar itu akan balik modal hanya jika pesawatnya telah dioperasikan sekitar 25 tahun. Ini memang bisnis jangka panjang).
Dengan armada yang demikian masif, dan dengan harga tiket yang kompetitif, Lion Air memang ingin terus terbang tinggi, termasuk menguasai langit wilayah Asia (jadi bukan hanya Indonesia). Impian ini mungkin bisa menjadi kenyataan jika, dan hanya jika, mereka melakukan perbaikan dalam dua aspek kunci : manajemen keselamatan dan keramahan pramugari.
Sebagai orang yang hampir tiap minggu pergi dengan pesawat udara (dan jujur saja : naik pesawat adalah salah satu hal yang paling saya benci karena saya takut ketinggian); maka saya melihat masih banyak ruang yang harus diperbaiki oleh Lion Air dalam aspek keselamatan kerjanya.
Acap disana sini saya melihat bagian kecil pesawat yang kelihatannya tidak dipelihara atau dirawat dengan rapi (pegangan kursi yang retak, engsel bagasi yang sidah aus, sabuk pengaman yang macet; ban yang gundul, speaker yang gemerisik suaranya…..). Hal-hal kecil semacam ini biasanya indikasi masalah besar dikemudian hari. Lion Air harus segera menaruh perhatian serius dan dana yang memadai untuk segera meningkatkan mutu pemeliharaan pesawat dan keselamatan aramadanya. Jika tidak, mereka mungkin bisa mengalami nasib tragis seperti Adam Air yang lenyap ke laut itu.
Keramahan pramugari Lion Air saya rasa yang paling buruk di antara maskapai lainnya. Benar, mereka perempuan muda yang segar nan cantik rupawan, namun pelayanan dan keramahan mereka acap sungguh memilukan. Mereka nyaris tak pernah menyapa para penumpang dengan “hati”, dengan passion. Wajah mereka yang rupawan itu bagi saya sering jadi seperti robot tanpa jiwa, tanpa soul. Pelayanan semacam itu tentu sebuah tragedi jika terus dilanjutkan.
Kalau saja saya menjadi pengelola SDM di Lion Air, tentu saja kompetensi pramugari semacam itu harus segera dirombak habis-habisan. Mulai dari soal rekrutmen pramugrasi, pelatihannya hingga sistem remunerasinya.
Kalau saja dua aspek itu, yakni aspek keselamatan kerja serta kualitas layanan pramugrasi bisa dibenahi dengan radikal, maka Lion Air pasti akan bisa terbang lebih tinggi. Dan cita-cita mereka untuk menjadi penguasa langit Asia – dan bukan hanya Indonesia – mungkin bisa menjadi kenyataan.
NOTE : Jika ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang strategi bisnis, personal development dan leadership, silakan KLIK DISINI.
Saya sependapat dengan Pak Yodhia mengenai pelayanan dari Lion. Memang, dibanding maskapai lain Lion lebih murah sehingga orang berbondong2 untuk terbang bersama Lion. Namun dari sisi pelayanan mengenaskan. Yang lebih mengenaskan lagi adalah seringnya delay….yg membuat skedul aktivitas menjadi berantakan. Melihat seringnya delay, bg saya sekarang selama masih ada penerbangan lain….pilih penerbangan lain. Saya rasa banyak hal yg butuh segera dibenahi..
Setuju banget Pak..
kayaknya manajemen Lion air perlu baca ini tulisan. Pernah sih sekali saya make Lion air (udah lama, tahun 2005 kayaknya), mbak-mbak pramugarinya kurang “manis”. Semoga manajemen Lion air lebih jeli melihat minus2 mereka. (kira-kira mereka pernah bikin sidak gak ya, :p)
Bagi saya, harga tiket murah identik dengan pelayanan yang tidak memuaskan. Pramugari Lion Air memang nampak cantik & sigap, tetapi satu hal yang terlupakan oleh mereka… “SENYUM” yang tulus…
Begitu pula dengan jadwal penerbangan yang sering tertunda, jika memang karena cuaca buruk, itu masih bisa kita maklumi. Namun lebih seringnya karena ada kendala teknis yang tidak pernah kita ketahui.
Jujur saya salut dengan pencapaian Lion Air.
Tetapi itu tidak akan bertahan lama jika tidak ada perubahan disisi pelayanan dan keselamatan.
JAYA TERUS INDONESIA-KU
hehehe… mungkin kalo sistem remunerasi pramugarinya ikut diperbaiki, otomatis Lion Air juga akan menaikkan harga tiket, dan efeknya: Lion Air tdk lagi menjadi maskapai murah…
Setuju pak, keramahan pramugari lion air memang sangat tidak baik, senyumnya dipaksakan, sepertinya management lion air melakukan training ke karyawannya. bisa menggunakan jasa Mr. Andre Goh from singapore untuk melakukan training Service Excellence experience. Beliau pernah melakukan training di singapore airlines
Kalau saya pribadi sih melihat there is something wrong in this company.. Sepertinya ada An Invisible Hand behind all of this.. Karena sepertinya kok terlalu cepat perkembangannya, ingat sesuatu yang instant pasti fundamentalnya (Visi, Culture, Behaviour) lemah dan itu dalam jangka panjang sangat berbahaya.
Prediksi saya entah 5-10 tahun ke depan Lion pasti akan kesulitan keuangan dan ujung-ujungnya di jual, kecuali ya itu tadi ada invisible hand alias ada investor besar dari negara antah berantah ya menambah dananya.
Sayangnya susah untuk mendapatkan laporan keuangan Lion Air, tentu akan lebih manarik apabila analisa Manajemen bisa sedikit dikaitkan dengan performance keuangan-nya sehingga kita bisa melihat apakah perkembangan Lion Air selama 10 tahun terakhir ini memang realistis.
Mencuplik syair Bohemian Rhapsody dari Queen : Easy Come, Easy Go Will you Let Me Go… sepertinya suatu saat Lion Air akan di lego…
Keramahan sekarang sudah menjadi standar pelayanan. Apalagi di area dengan persaingan tinggi seperti maskapai penerbangan. Bila hal ini tidak diterapkan bisa menjadi bumerang bagi perusahaan.
Takut ketinggian … ??? SAMA !!!
Setuju bang yodya…strategi low cost airline yang diterapkan oleh pihak manajemen lion air memang terbukti “jitu”, strategi itu itu mungkin diilhami oleh apa yang dilakukan oleh southwest airline di amerika sana, dan sangat terbukti sekali manakala sebuah perusahaan airline bisa menekan operational cost mereka maka pihak airline tersebut bisa melakukan berbagai efisiensi dan hasilnya harga tiketnya bisa lebih murah. namun bagaimana jika strategi low cost tersebut ditiru oleh maskapai penerbangan lain…? Nah seharusnya itu disikapi juga oleh pihak manajemen sejak awal dengan memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dll…..dan ada baiknya kalo kemungkinan ada pihak manajemen yang membaca tulisan bang yodya ini bisa tergugah hatinya untuk membenahi kompetensi SDM-nya agar lebih baik lagi…
Menarik sekali ulasan dan review dari Pak Yodhia mengenai keunggulan dan juga kekurangan dari Lion Air..
Menurut saya, jika ingin memperbaiki kinerja dari SDM nya dengan tetap menekan cost adalah hal yang mungkin untuk dilakukan. Tidak mesti dengan renumerasi atau reward yang nantinya akan berdampak pada kenaikan cost ops, tapi bisa dengan cara meningkatkan budaya kerja yang baik di internal Lion Air. Itu lebih efektif dan efisien ketimbang memperbaiki kinerja hanya dengan iming-iming reward.
Great job for Lion and Good Luck!
Renkrest (1) : kalau untuk “on time performance” (OTP), sebenarnya Lion oke juga. Pengalaman saya naik Garuda dan Lion, saya lebih sering kena delay pas naik Garuda. Lion malah jarang delay. Untuk OTP sekarang yang paling parah adalah Mandala.
Rexa (6) : analisa anda menarik….saya kok juga berpikir ke arah yang sama….membeli 178 pesawat baru butuh dana puluhan trilyun….saya kira mereka terlalu agresif….dan ini bisa jadi bumerang someday.
Sepakat Bang Yod. Titik lemah LION AIR sepertinya di layanan penerbangannya khususnya keramahan dari pramugarinya. Saya beberapa kali terbang dengan LION AIR, dan pramugarinya memang terkesan tak ramah, sangat berbeda dengan GARUDA. Cantik sih iya, namun jika tidak ditunjang dengan sikap, wah pelanggan bisa pada kabur. LION sepertinya Perlu belajar dari Singapore Airlines.
Kalau saya lebih menitikberatkan pada “model” pilot2nya pak. Beberapa kali saya naik Lion setelah saya cermati, pilot2nya lebih kasar dalam mengendalikan pesawat. Terutama saat Landing. Sepertinya mereka sangat piawai dalam melakukan Hard Landing. Yang saya perhatikan, saat pesawat touch down, pesawat dihunjamkan ke bumi dengan keras, lalu dilakukan pengereman secara cepat & kasar. Bahkan pada suatu kesempatan, beberapa penumpang pesawat sengaja menunggu sang pilot saat keluar dari cockpit hanya untuk menjendul kepalanya dan memaki-maki kaptennya. Semoga ini tidak menjadi prosedur rutin yang dilakukan antara kru pesawat dan penumpang Lion Air.
Kebetulan Saya cukup sering bepergian dgn pesawat karena aktivitas pekerjaan (hampir tiap minggu min 2x penerbangan) dan pengalaman Saya terbang dgn Lion Air menunjukkan hal yang serupa yaitu harga paling kompetitif (plus poin) namun minus poinnya adalah paling sering delay (saya pernah 8x berturut-turut mengalami delay), pelayanan yang sekadarnya, pesawat yang baru (Boeing 737-900 ER) namun terlihat sekali kurang perawatan padahal pesawatnya tsb baru berumur 1-2 tahun.
Saat ini Saya hampir selalu menggunakan penerbangan lain (G & M) dan hanya menggunakan Lion Air jika rutenya tidak ada/tidak memungkinkan karena bagi Saya ketepatan waktu adalah Penting, pelayanan kru jauh lebih baik serta pilot-2 nya terlihat lebih terlatih (pendaratannya 90% sangat bagus) sehingga ada ketenangan dalam menggunakan jasanya.
Saya pernah berbincang dgn seorang co pilot (kebetulan duduk bersebelan dlm penerbangan sby-jkt), dan dia merekomendasikan penerbangan G dan M karena proses rekrut dan pelatihannya paling bagus bahkan ybs bercerita tidak diterima di salah satu airlines tsb karena ‘SIM’ tidak memadai namun ternyata bisa diterima di airlines lain.
Semoga Lion Air bisa segera memperbaiki kinerja pelayanannya sehingga bisa menjadi besar dan kuat tidak hanya menggunakan harga murah saja.
Terimakasih Bung Yodhia atas analisisnya yang tajam.
Saya setuju 100% bahwa memang keramahan awak kabin/ pramugari amat menentukan citra pelayanan dari sebuah maskapai penerbagan karena merekalah yang merupakan ujung tombak yang secara langsung berinterkasi dengan para penumpang selama penerbangan. Dalam hal ini in-flight service yang merupakan produk utama jasa angkutan udara yang sifatnya “intangible”- tak berujud, yang hanya bisa dirasakan dan dilihat oleh para penumpang selama proses penerbangan merupakan salah satu faktor keunggulan bersaing. Lion air tidak akan menajadi “passangers choices” bila dimensi personal, terutama awak kabinnya tidak dibenahi attitudenya, keramahannya, helfulnessnya dan juga rasa caringnya serta senyumnya yang tulus terhadap para penumpang.
Memang faktor jam kerja yang diforsir untuk terbang lebih 4X landing dalam 1 hari membuat mereka kelelahan sehingga fungsi mereka untuk melayani dengan hati dan tetap senyum jadi terabaikan.
Disamping itu, faktor kerusakan peralatan; fasilitas untuk penumpang yang kecil-kecil, nampak tidak terawat dan terlihat oleh para penumpang spt yang disebutkan oleh Bung Yodhia, termasuk kebersihan dan kerapian ruang kabin sangat menentukan image airline tsb. Juga masalah ketepatan waktu ( OTP ) ini sangat penting untuk menjadi airline yang handal dan dapat dipercaya oleh para pebisnis. Selain itu, masalah Safety tentunya sudah harus terintegrasi dengan sistem penerbangan tsb ( mandatory ) sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi bila ingin sukses jangka panjang.
Betul sekali manajemen Lion Air perlu membaca tulisan menarik dari Bung Yodhia ini sebagai feedback yang konstruktif untuk perbaikan ke depan yang pada akhirnya dapat menguntungkan ke dua belah pihak, Lion Air dan para pemakai jasa. Success 4 airlines who can make “delighted” passangers.
memang dan tidak salah lagi lion air buruk dalam bidang layanan kepada pelanggan, karena itu kalau mau dapat makan bayar lah di kelas business, kalau mau dapat minum belilah yang dijual kalau mau dapat senyum bayar lah kepada pramugarinya agar diberikan senyum
terakhir (dengan terpaksa karena tidak ada penerbangan lain hari itu) saya naik Lion air dengan pesawat baru terasa lebih nyaman & merasa aman Tapi pelayanan pramugari tetap buruk, tulisan bung Yodh mengingatkan saya waktu naik Lion Air ke-2 terakhir, setelah delay berjam-jam, begitu naik pesawat tempat duduk double dengan orang lain, komplain di ats pesawat dilayani dengan cara mengambil tiket saya, saya tunggu 10 menit, saya panggil dengan menenkan tombol panggilan pramugrari, hasilnya nihiiilll, saya lebih ditenangkan oleh penumpang disebelah tentu saja dengan menahan malu dengan orang yang mengalah tempat duduknya (saya tidak biasa bersikap menang sendiri), hebat yang inisiatif penumpangnya. 20 menit kemudian pramugarinya lewat saya tanya, jawabannya suruh menunggu sampai tiba di tempat tujuan tidak ada penyelesaian, dan tiket pesawat pun tidak dikembalikan .. untung tidak sedang digunakan untuk LPJ Dinas.
Please… dimana etika sekolah Pramugari, DANDAN CANTIK, MENYANDANG PRESTISE PRAMUGARI TAPI AURA ZOMBIE.
Salut untuk Pramugari Garuda & Merpati. dalam kondisi pesawat tidak stabil mampu membuat penumpang merasa nyaman & aman. Senyum kalian tuluss.
benar sekali yang ditulis mas yodhia di postingan ini.. tarif murah tidak diimbangi dengan service yang baik.. padahal, kalo memang dikemas dengan sempurna, bukan tidak mungkin lion air akan lebih mengangkasa dan dapat mengalahkan air asia..
bener bung yodh, ini juga yg baru saja dibilang sama dosen saya, pramugari lion air itu bagaikan robot, hatinya gak terusik sama hal2 kecil yang sebenarnya sangat penting dan banyak gaya pula. Tapi semoga itu semua segera ada perbaikan, mereka harus sadar mereka bermain di bisnis service, dimana front liner memegang salah satu kunci utama. Kalo mau disayang sama penumpang, ya harus juga sayang dong ma penumpangnya.Lambat laun konsumen akan berubah ke arah smart buyer, yang mana faktor price sudah menjadi nomor yang kesekiaan. Sisi experience nya perlu diperhatikan
penerapan strategi low cost dalam suatu perusahaan seringkali pada akhirnya “mengorbankan” banyak hal. Di Indonesia sendiri mungkin tidak banyak perusahaan yg berhasil menerapkan strategi ini dengan kontrol kualitas yg baik pada semua aspek penunjang bisnis. Bahkan raksasa sekelas Toyota pun bisa kecolongan pada strategi cost efficiency nya yg terkenal itu sehingga fatal akibatnya
saya dah berpuluh2 kali naik lion. bener bgt, yang utama ya gaka da senyumnya yaaa…ngasih segelas aqua aja gak masalah, tp gak senyum, ya masalah BESAR…
delay tentu juga masalah ya..aplg buat kita hrs on time tiba di tempat tujuan.
kalo kecekatan pilotnya saya cukup yakin. masalahnya saya pernah naik merpati yang menurut saya pendaratannya gak mulus plus pas di udara goyang banget.benar2 ngeri dan kapok !
mdh2an lion segera berbenah deh dengan kekurangannya..
kalo butuh konsultan, ya tinggal hubungi pa erik aja, iya gak,pak?hehe
Hmmm, saya belum pernah naik LION sekalipun.Terlalu banyak pertimbangan untuk mencoba maskapai ini dan ketika saya membaca tulisan pak Yodhia berikut komentar-komentarnya, saya semakin urung mencobanya. Semoga pengalaman-pengalaman ini dapat diambil hikmahnya dan tidak kita tiru dalam perusahaan/organisasi di mana kita saat ini bekerja. Salam sukses…
Halo salam kenal om Yodhia, saya sudah jarang pakai lion. karena pesawatnya tidak nyaman. sempit. paling sering sekarang mandala. by the way pramugarinya lumayan disorot ya. apakah karena om yodhia cowok. he..he.. berhubung saya tukang makan, saya lebih senang pesawat yang kalau kita naik sudah ready masalah makanan.
Kalau urusannya kantor biasanya pakai Garuda, kalo pribadi seringnya yang low cost, emang kalo dibandingin Garuda sih masih jauh pelayanannya, cuma kalau perbandingan ke sesama maskapai low cost kok gak jauh beda ya..
pertama kali terbang, memang pake Lion air. Tetapi dah sekarang ini pake maskapai yg lebih mahal, dibayarin kantor soalnya hehhe…
Utk sisi perusahaan memang tergolong peningkatan pesat seperti yg mas Yodhia katakan. Hal tersebut butuh strategi pemasaran yg jitu dan tepat. Saya teringat Harley Davidson ketika bangkit dari tidurnya. Butuh makan waktu lama utk bangkit lagi, setelah owner berkunjung ke Honda Jepang.
tidak ada yang berkesan buat saya, kecuali:
1. Analisa yang bapak lakukan memang luar biasa.
2. Konsep bisnis yang di terapkan oleh manajemen lion air layak diacungi jempol.
sebagai orang yang baru belajar tentang HRM, saya hanya menganal prinsip “orang yang tepat pada posisi yang tepat”
tetapi dengan membaca tulisan bapak Yodhia Antariksa ini saya jadi mengenal “strategi yang tepat pada pasar yang tepat”.
Sekedar menyumbangkan pengalaman agar rekan-2 mengetahuinya.
pengalaman yang menakutkan tak terlupakan se umur hidupku. saya menggunakan Penerbangan LION AIR dari Balikpapan ke Jakarta pada tanggal 29 Maret 2010 dengan kode penerbangan JT 756, pesawat memang ontime. pada saat take off terasa kasar pilot menerbangkanya. kebetulan cuaca di atas agak kurang baik. sekitar 1.5 jam terbang ada laporan cuaca di Bandara SH visibility 6 km pesawat pun menurunkan ketinggian perlahan-lahan tapi cuaca ternyata hujan namun kepulauan seribu masih kelihatan, rumah-rumah di sekitar PIK juga kelihatan pesawat sudah landing position dan terus turun sampai ketinggian sekitar 3M tiba-tiba pesawat naik kembali saya kira hanya memutar. sekitar 10 menit kemudian di laporkan bahwa visbility tidak memungkinkan karena dibawah setandart dan dialihkan ke bandara terdekat Palembang. dilaporkan cuaca di palembang baik. rasa takutpun sedikit berkurang sekalipun kelihatan mendung tebal. laporan persiapan mendarat di palembang cuaca baik ternyata tak terbukti, palembang mendung hitam pesawat pun menurunkan ketinggian sampai di bawah awan hitam semua penumpang pun tegang, ada yang ngaji, berdoa, takbir, ada yang sudah pasrah, nangis dll sangat menegangkan. jarak pandang pun cukup namun rintik-2 hujan dan pesawat sudah pada landing position hingga beberapa meter di atas Bandara, ternyata pilot ragu-2 mendartkan pesawat dan pesawat menebus awan hitam dan hujan serta petir yang bersautan di sekitar pesawat, awan merah pun di hajar sehingga kelihatan percikan api di kaca pesawat.dan sesekali pesawat terasa jatuh. suasana dalam pesawat sudah gaduh semua orang sudah lemas pasrah ” Sangat menakutkan sekali” saya pun sudah mengiklaskan keluarga ku dan anak-2ku aku sudah Pasrah klo memang mau di panggil Alloh sambil berdoa. Landing yang ke tiga kalinya secara darurat Alhamdulilah Berhasil mobil pemadam kebakaran sudah siap di up roun ( artinya mendarat secara darurat). padahal hujan saat pendaratan yang ke 3 lebih deras dari sebelumnya. kalau saya menilai itu bukan sekedar cuaca tapi keraguan Pilot Ignatius….. 15menit kemudian bandara mati lampu termasuk lampu run way, setelah mendarat beberapa saat dan tanpa info yang jelas akan di kemanakan penumpang (2jam) kami rame-2 mendatangi counter dengan nada tak sopan mereka bilang ” Bapak Minta Makan?” padahal kami ingin meminta kelanjutanya bagaimana. Semua penumpang sudah trauma dan minta untuk diterbangkan esok hari namun pihak Lion tetap menerbangkan malam itu dg pesawat, Pilot yang sama serta cuaca yang masih grimis. Saya dan beberapa teman pun memutuskan untuk overland dan meminta informasi transportasi darat merekapun memberikan info yang asal-asalan . Bahkan teman saya bagasinya juga tertukar. Banyak hal yang kurang menyenangkan dari lion yang tak tertulis di sisni . LION AIR MEMANG AMBURADUL. Managemennya sekedar cari untung tidak memperhatikan kenyamanan dan keselamatan terbukti dg me recruit pilot seperti Ignatius…..yang masih bisa sombong. Silahkan anda simpulkan sendiri seperti apa wajah Lion Air.
Mungkin maksud Anda adalah total penjualan tahun 2009 sebesar Rp 6T? Sama ga ya antara pendapatan dan penjualan?
Saya yakin LION pakai strategy sewa beli semua pesawat barunya, dan tentu memasang target pendapatan tinggi untuk bayar angsurannya, kalau sampai ada target yang meleset satu tahun saja , saya kira seluruh asumsi & target jangka panjangnya bisa gagal . Mungkin LION memang ditargetkan untuk penumpang yang tidak peduli service, dan hanya peduli soal harga, delay pun tidak masalah ( toh penumpang pikir masih lebih cepat ketimbang naik bis atau kereta dan di bis atau kereta juga tidak ada pramugari yang senyum koq, masih mending di LION bisa lihat pramugari cantik).
Halo salam kenal pak Yodhia Antariksa
Terima kasih saya bisa membaca analisa yang bagus dan sangat bermanfaat utamanya jika ada pihak yang bekompeten dari Lion air membaca tulisan Bapak.
Strategi low cost ini seharusnya bersifat sementara tanpa mengurangi standar layanan yang menyenangkan.
seep! semangat kerja bung rusdi kirana yang suka baru pulang kantor sekitar jam 2 malam perlu diteladani. kerja, kerja, kerja! salam kenal mas erik!
Lion air dari segi ketepatan waktu emang bagus.tp dari segi kenyamanan emang kurang bgt secara murahlah dari segi biaya..tp untuk para pramugarinya tolong dong ramah dikit ama penumpang n parahnya masak mo ke toilet aj pk rebutan ama pramugarinya krn dia mo benerin make up ampun plis deh..udh menor gt mbak..
MURAH KOQ MAU ENAK. Walaupun mungkin Lion Air belum bisa menyaingi pelayanannya Adam Air yang amat sangat terkenal “TERBANG KE MAKASSAR DENGAN BONUS SINGGAH GRATIS DI TAMBOLAKA”.
Wow nice discussion,
Saya lihat Lion Air sangat baik dalam merancang strategi bisnisnya untuk menguasai pasar domestik. Terkait dengan strategi sdm, saya lihat detailnya dan beberapa percakapan saya dengan pilot dan pramugarinya. Lion Air menggunakan prinsip transaksional atau lebih fokus pada strategi hr yang hanya dilihat pada transaksi saja dan strategi retensi pegawai lebih cenderung dengan value of money. Terlepas dari baik atau buruknya, Lion Air telah mampu untuk menerapkan Performance Based Culture dengan baik. Artinya apabila pegawai tersebut tidak mematuhi target atau perintah maka akan sangat mudah dikeluarkan dan lebih fokus pada produksi. Pegawai yang produksi lebih akan diberikan sejumlah nilai (uang) yang lebih.
Berbeda dengan sesama low cost airline sperti Air Asia, dimana sama2 fokus pada performance based culture namun berbeda pendekatan dimana fix value lebih kecil dibandingkan dengan lion air dan variable value lebih besar dibanding lion air. berbeda dengan lion, value of working life sangat tinggi di Air Asia.
dari pelajaran tersebut, saya teringat bahwa no best fit hr strategy, it depend on how company want to create value and culture. Dua2 nya sama2 low cost airline, performance based hr strategi, namun beda value,
cheers
kejadian yg saya alami terjadi tgl 27 april 2010.
perjalanan balik dari vietnam/ho chi minh ke jakarta.
saya membawa ibu berumur 86 thn dalam kondisi dorong dgn kursi roda.
ketika chek-in di bandara,saya dibantu kakak ipar yg asli orang vietnam,karena saya tak paham bhs vietnam dan inggris vietnam,maka petugas chek-in wanita vietnam bertanya bertele2 yg dijawab kakak saya dgn bahasa mereka.
terjadi adu mulut dalam bahasa mereka yg intinya tidak diperkenankan orang lain yg menjawab pertanyaan dia,misalnya siapa nama saya,dan menyodorkan sebuah kertas yg tak tau apa isinya utk ditandatangani ibu saya,padahal di pasport sudah tertera TAK BISA T>TANGAN.
setelah keributan tersebut,barulah saya mengetahui wakil lion air di ho chi minh bernama ADY WARDYTO,karena merasa kesal dipersulit petugas tadi,mengetahui ada wakil lion air orang sendiri,maka saya langsung berkata pada si ady ini…..PAK,SAYA HANYA MAU CHEK-IN DAN TIMBANG BAGASI SAYA,KENAPA KOQ DIPERLAKUKAN SEPERTI INI.
lalu soal bagasi yg 48 kg/utk ber-2,harus bayar kelebihan 8 kg,saya katakan perorang kan hanya 24 kg,berarti kelebihan tak sampai 5 kg,utk international kan biasa…..wah..kagetnya saya,si ady ini sangat tidak sopan danmenantang saya utk mengadukannya di jakarta nanti.
mengapa orang kecil/yg hanya perwakilan lion air di luar negeri bisa sesombong itu? bukannya menolong sesama bangsa sendiri diluar sana yg terhambat bahasa asing.
bagaimana jika ady ini jadi orang penting/duta besar di negara lain?
wah bisa2….terlantarlah warga kita diluar negeri ady….ady.
tentang lion air tujuan ho chi minh.
selama penerbangan saya beritahukan pada pramugari,tolong suruh matikan HP.
tapi tak ada pengumuman juga,karena banyak orang vietnam yg tak mengerti inggris,walaupun didepan tempat duduk ada gambar matikan HP.
semestinya manajemen lion air tujuan vietnam harus MEREKAM dalam recorder,MATIKAN HP selama penerbangan dan disiarkan sebelum pesawat take off.
demi keamanan bersama,dengan pelayanan dan keadaan seperti ini,harga tiket tidak terhitung murah .
jakarta-ho chi minh PP rp 3.600.000.
dulu saya naik Garuda mahal sedikit tapi tenang dan puas.
sayang sekarang Garuda tak melayani rute ini lagi,tak tau kenapa….
sekali lagi saya mungkin akan coba Air asia..yg tiketnya lebih murah,siapa tau lebih ramah para petugasnya.
anna
Daripada saya panjang lebar ceritakan kekecewaan saya dengan pejabat lion air di bandara international hasanuddin makassar lebih baik saya sarankan tidak usah naik lion air kecuali tidak ada penerbangan lain, pelayanan sangat buruk. cukup sekali dan terakhir saya memakai jasa mereka, insyaallah….
Faktor resiko Low COst Airline yaitu keselamatan penumpang. Tentu kita masih ingat dengan tragedi-tragedi Adam Air yg juga merupakan Low Cost Airline.Akan tetapi rencana Lion Air dengan menambah Boeing 737-900 ER saya rasa akan sedikit melegakan hati. Saya adalah pelanggan setia Lion Air, dan setiap kali melakukan Cek-In, terutama klo di BSH jam 7 pagi, pasti pelayanan petugas Cek In sangat-sangat mengecewakan.
Lion jelas mantapp, aku suka sekali dengan lion. Energik pandai mencari peluang bisnis, kalahkan garuda pak, kemanapun di indonesia aku pasti naik lion…
Satu masukan saya pak! Besarnya lion gak lepas dari peran crew and attendant..
Banyak geruruan dari pramugari, tentang schedule terbang,, banyak yang mengeluh karena merasa tidak adil dengan pembagian schedule.
Rute rute gemuk/banyak jam sering sudah di pesan oleh pramugari senior yang sudah kenal baik dengan schedule, bnyk yang pesen jam ke oknum schedule, jadinya uang pata dan jam terbang tidak merata
juga tolong, waktu istirahat mereka jangan terlalu pendek, karena rata rata yang kita temui mereka kecapekan dan lama terbang yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan.. Salam hangat buat lion ! Love youu lion air
Salam semuanya,
Saya setuju dengan pendapat tmn2 semua, saya juga percaya 80% bahwa harga menetukan kualitas tapi satu hal juga yang perlu kita ketahui, kesadaran dari diri para pengguna masakapai di indonesia menurut saya masih sangat kurang
sebagai contoh begitu banyaknya orang yang sudah berada di dalam pesawat masih dengan santainya menggunakan hp sementara prosedur keselamatan penerbangan melarang kita meng-aktifkan hp atau alat komunikasi 2 arah lainnya selama di dalam pesawat, ngobrol dengan tmn sebelah dengan suara yang sangat kencang sementara para kru kabin sedang sibuk dengan safety demonstration nya
penumpang berbodong2 mengambil bagasi di atas ketika pesawat baru saja landing dan blm berhenti dgn sempurna, dll,
hal2 spt ini sering sekali kita temui dan menjadi sebuah kebiasaan, bagaimana kru kabin di dalam pesawat harus ramah dan berbaik hati kepada kita kalau kita juga tidak mau menjalankan apa yang menjadi prosedur keselamatan penerbangan mrk
mari lah kita bekerjasama untuk sebuah kemajuan dan perbaikan di kemudian hari, jangan hanya menyalahkan satu pihak saja.
benar sekali tu mas.. lion air memang harus di sidak.. karna crew dan peugasnya sudah lapar akan uang.. sampai2 tdak mengenal peri kemanusian lagi.. berbagai cara dihalalkannya,, apalagi petugas chck in
Menurut saya itu wajar, bang Yod. Contoh nyata adalah Ryanair di Eropa. Pelayanan mereka amatlah buruk tapi harga mereka memang benar2 super murah. Bahkan seandainya Ryanair buka cabang di Indonesia, harganya saya yakin lebih murah dari Lion Air.
Saya pikir, peningkatan kualitas SDM dan pelayanan atau service pasti akan berujung pada kenaikan remunerasi. Sangat logis jika para pegawai yang merasa sudah memiliki skill pasti akan mencari perusahaan lain yang menawarkan imbalan lebih besar. Begitupun dengan aspek keamanan dan pelayanan.
Hal unik dari bisnis maskapai penerbangan adalah jenis bisnis yang cenderung padat teknologi dan banyak peraturan yang harus dipenuhi.
Dengan demikian semakin banyaknya perangkat atau fasilitas ataupun peningkatan SDM untuk peningkatan keamanan dan kenyamanan, pastilah biaya terkait hal tersebut juga akan meroket. Pada akhirnya bisa saja Lion Air nanti lebih mahal dari G atau maskapai berkelas lainnya, dan itu sudah mulai terlihat sekarang.
Bisnis pelayanan adalah bisnis yang kompleks dan sangat menekan. Dan saya pikir di bisnis ini hanya ada dua matrix, harga supermurah dan mengambil hati para pelanggan yang memang senang yang murah-murah serta tidak peduli pelayanan atau pelayanan prima tapi dengan harga yang memang diatas rata.
Perusahaan maskapai penerbangan harus mampu memilih diantara dua matrix tersebut. Contoh nyata maskapai yang mengambil “jalan tengah” adalah M, namun pada akhirnya tidak mampu survive.
Saya adalah salah satu customer Lion Air yang selalu mendapat pelayanan yang sangat buruk dari pihak Lion Air mulai dari ticketing, keberangkatan, delay schedule hingga barang-barang bawaan saya digondol maling dan tas kopor saya dirusak oleh maling-maling dibandara ketika menggunakan jasa penerbangan Lion Air.
Pelayan buruk lain yang saya peroleh dari Lion Air adalah sulitnya menghubungi dan mungkin sengaja tidak mengangkat telepon saya di nomor LAYANAN PELANGGAN (021) 6338345 untuk melakukan komplain/pengaduan terhadap buruknya layanan Lion Air.
Apakah standar pelayanan Lion Air memang sengaja selalu dibuat untuk merugikan pelanggan dengan sikap masa bodoh terhadap komplain pelanggan????
Dan apakah juga standar pelayanan Lion Air terhadap customer yang berhubungan dengan ticketing orientasinya selalu UANG atau memperoleh tambahan UANG lagi dari customer?????????
KESIMPULAN :
Kalo masih ada alternatif pesawat lain, JANGAN GUNAKAN LION AIR.
Kata siapa harga tiketnya MURAH????
Dan jangan pernah menggunakan maskapai LION AIR.
Lion air membuat kita pusingg….. -_______-
lebih enak az Garuda Indonesia lebih penting yang harus maju…. seperti nya new livery kayaknya…… Garuda juga ingin membeli a380 utk haji 🙂
Sbnarnya stiap maskapai pnerbangan mnyediakn tiket murah (promo)…
Tarif batas dasar dan tarif batas atas hampir sama dlm satu tujuan kota.
Jdi sy tidak setuju kalo LIONAIR dianggap maskapai murah.
Justru LIONAIR mampu memberi ksmpatan bgi smua org yg ingin terbang dg tiket harga trjangkau dg armada pesawat baru boeng 737 900ER.
Slama ini sy menggunakan maskapai lion air,smua baik2 saja dr proses tiketing smp playanan diudara.bila tidak ingin mengalami kterlambatan (delay),ambil pnerbangan yg prtama,krn itu pngalaman sy slama ini.maju terus LIONAIR….
segala cacian maupun pujian diharapkan agar pelayanan LION AIR lebih baik (Itu juga kalo general managernya gak budek)
salut juga untuk laju pertumbuhan Lion Air, mulai dari merintis 1 kali penerbangan hingga 200 penerbangan dalam 1 hari. patut kita tiru usaha dan strateginya