Kenapa Sarjana Grade Ori Lebih Suka Kerja di Perusahaan yang Bonafid?

TeamworkYa, kenapa pada akhirnya sarjana grade ori lebih banyak yang masuk bekerja di perusahaan yang bonafid? Dan kenapa perusahaan kelas menengah dan UKM yang so – so saja hanya menerima limpahan sarjana kelas KW2 atau bahkan KW3?

Sebelum menjawab pertanyaan magis seperti diatas, saya ingin mengenang kembali kalimat ini, First Who, then What. Inilah yang ditulis Jim Collins dalam masterpiece-nya, Good to Great. Pertama-tama selalu pikirkan siapa orangnya, siapa SDM Anda yang hebat; baru berpikir soal lain seperti strategi, product development, branding ataupun supply chain strategy.

Great people will always be the key driver of every great business. Pertanyaannya, lalu langkah kunci apa yang mesti dilakoni untuk memastikan bahwa great people selalu bisa terbangun, dan bukan sekedar karyawan atau pegawai kelas KW2 atau KW3?

Dalam ilmu manajemen SDM, salah satu elemen paling kunci untuk memastikkan hadirnya best people adalah Recruit Only Best People. Ini adalah awal segalanya. Sebab jika kita salah merekrut orang, maka selama 20 – 30 tahun kita akan mengemban kesalahan itu – sampai orang itu pensiun (kecuali kita bisa dengan mudah memecatnya).

Disinilah kita kemudian mengenal istilah Talent Branding and Reputation : perusahaan-perusahaan bonafid (seperti Astra, Unilever, Bank BRI, Citibank, Telkomsel, dll) cenderung akan lebih mudah menarik dan merekrut best people. Lulusan sarjana dengan Grade Ori akan dengan mudah ditarik oleh perusahaan seperti mereka.

Itulah yang disebut dengan kekuatan magis “Talent Branding”.

Sebaliknya, perusahaan kelas menengah atau UKM yang tidak punya reputasi bonafid, akhirnya hanya akan menerima limpahan sarjana kelas KW1 atau bahkan KW3. Bukan lagi Grade Ori. Sebab yang Grade Ori sudah habis diserap oleh perusahaan besar yang bonafid itu.

Itulah tragedi human capital bagi perusahaan yang tidak punya reputasi bonafid.

Jadi siklusnya begini : perusahaan yang bonafid dan untungnya mega triliunan mampu beri gaji yang amat atraktif > akhirnya mampu menarik perhatian sarjana kelas Ori > dan karena mutunya bagus, secara kolektif sarjana grade Ori ini akan mampu memberikan value tinggi bagi perusahaannya > maka kinerja perusahaan makin bagus > dan akhirnya karena kinerja bisnis makin bagus, makin mampu memberikan level kesejahteraan yang prima.

Siklus yang maut bagi pengembangan best people.

Siklus dalam perusahaan kelas menengah dan apalagi UKM bersifat sebaliknya. Siklusnya kelam.

Keuntungan perusahaan biasa saja > gaji ke karyawan yah gitu deh > akhirnya Sarjana Grade ORI ogah masuk ke perusahaan seperti itu > dan hanya sarjana kelas KW yang diterima > kinerja biasa saja > maka kinerja bisnis perusahaan biasa saja juga > dan akhirnya belum bisa kasi peluang karir dan gaji sebagus perusahaan bonafid.

Siklus perusahaan bonafid yang saya uraikan diatas adalah juga keuntungan dari konsep scale of economy. Perusahaan yang besar dan bonafid akan semakin besar, dan menikmati keuntungannya sebagai perusahaan yang besar. Mirip dengan istilah, yang kaya makin kaya. Perusahaan yang besar makin hebat dan makin kaya karena siklus seperti yang saya uraikan diatas.

Bagaimana mengatasi kutukan siklus seperti itu, terutama bagi perusahaan kelas menengah yang tidak punya  kemampuan untuk menggaji karyawannya sebesar big and bonafide companies?

Di Amerika, UKM mensiasati hal itu dengan tawaran stock option (pembagian saham) supaya sarjana top tertarik bekerja untuk mereka. Jadi ada semacam skema profit sharing yang agresif dengan para karyawannya.

Apakah pemilik bisnis skala menengah di Indonesia punya mentalitas berbagi stock option atau profit sharing yang memadai dengan karyawannya? Mudah-mudahan sih iya. Bagi perusahaan kelas menengah yang tidak padat karya, skema profit sharing adalah hal yang reasonable.

Atau perusahaan skala menengah mungkin juga memberikan tawaran tantangan kerja yang menarik. Perusahaan yang masih kelas menengah mungkin belum terlalu birokratis, dan mampu menawarkan ruang pertumbuhan bisnis yang luas. Ini bisa menjadi tantangan pekerjaan yang menarik untuk attract top talents.

Cara lain adalah dengan menciptakan budaya kerja “small or medium but beautiful” – bahwa iklim kerja yang enak itu mungkin lebih asyik daripada sekedar gaji tinggi. (yah, tapi kalau cicilan KPR belum lunas, gimana dong).

Para pengelola SDM di perusahaan skala menengah mungkin harus lebih kreatif, dan thinking outside of the box (atau bahkan thinking without the box sekalian). Maksudnya, mereka harus sangat kreatif dalam menciptakan beragam program (gimmick, bonus, hadiah umroh, beasiswa pendidikan, pelatihan meditasi, dll, dll) yang bisa attract dan retain best employees.

Pada akhirnya, saya tidak tahu apakah sekarang Anda bekerja di perusahaan yang bonafid atau kelas menengah.

Tapi saya yakin, Anda semua adalah lulusan Grade Ori dan juga pegawai Grade Ori, bukan kelas KW2 atau bahkan KW3.

Kenapa yakin?

Sebab Anda mau membaca Blog Strategi + Manajemen. Hanya pegawai dengan mutu Grade Ori dan mentalitas mau maju yang rajin membaca blog berkualitas seperti yang sedang Anda baca ini.

Rekan-rekan SDM kelas KW 3 kelas Grade Ori, selamat bekerja semua ya.

39 thoughts on “Kenapa Sarjana Grade Ori Lebih Suka Kerja di Perusahaan yang Bonafid?”

  1. berarti memang orang yang pintar menang milih ya.. dibanding orang yang biasa saja. tapi juga kadang wong pinter kalah sama wong bejo… hehehe….
    nice sharing mas yodhia…

  2. Tuhan maha adil, pastinya orang yang diberikan otak yang pintar juga memiliki kekurangan yang mungkin juga dimiliki oleh orang yang biasa saja.
    Namun memang dalam mencari rezeki kita semua hanya bisa berusaha dan ikhtiar, keputusan diterima atau tidak mutlak adalah HakNya…

    1. mungkin yang dimaksud diatas bukan kejeniusan dan keterampilan akademik belaka Pak . namun simbol kerja keras + kerja cerdas Pak . dan bagusnya bila karyawan memang dicetak untuk jadi direktur 15 tahun lagi atau jadi pengusaha handal

  3. Memang iya, sih. Di perusahaan besar berisi orang-orang hebat dan mengagumkan.
    Jadi orang-orang hebat pun masih tergantung lingkungan kerjanya, bukan kehebatan dirinya….
    He.. he.. ini hanya ilmu logikanya..

  4. milih sana sini situ membawa sekontainer skill ttp kdng hsil tk sesuai planning, yg diatas lebh pny andil prerogatif.
    hidden power > lucky.

  5. Lulusan yg bagus akan cepat dapat kerja, kalau sudah kerja sih sama saja…tergantung faktor kemauan, kerja keras dan nasib. Tapi biasanya lulusan yg bagus, hebat juga faktor2 di atas wkwkwk…

  6. membantu sekali artikelnya . artikel ini dilengkapi dengan artikel2 sebelumnya menjelaskan bahwa sebagai karyawan ORI harus kompeten , berfikir maju , cari sumber duit kedua dan ketiga , serta happiness . insyAllah Allah kasih semuanya . setuju gak kawan ?

  7. melihat tulisan bang yod, ini ada true story menarik

    dulu kawan saya adalah seorang pelayan sebuah restoran padang

    karena restoran padang salah satu andalan makanan di tempat bekerja (mine site) maka para bos bos mining company sering makan disana

    suatu ketika seorang pelayan dipanggil oleh bos kami dan ditawarin kerja, awal kerja sebagai pemegang rambu

    lama kelamaan sebagai shooting alat, kalau orang lagi field break dia yang gantikan,sangat ulet dan mau bekerja, 10 tahun kemudian saya ketemu dan dia sdh menjadi direktur operasion sebuah perusahaan tambang cukup ternama….

    dan membawahi sekian ribu sarjana yang ori….

    so…kita yang sarjana..

    terkadang gengsi yang didahulukan..kalah dengan sebuah tekad untuk maju…

  8. Wah berarti saya belum masuk kategori Grade Ori karena kerjanya di kelas UKM, lokal lagi. Untung saya aktif blogging jadi bis juga mengarah ke grade ori, hahahaha.

    O iya Pak Yod, saya mau tanya ni boleh kan. Bagaimana mengembalikan motivasi kerja ketika kapasitas kita sudah mulai merasa tidak diperhatiakan dan bagaimana mengatasi keterpurukan karir setelah demosi jabatan?

  9. Oh ya bang yod, mungkin kapan2 boleh bahas kenapa google merekrut orang-orang yang bukan paling pintar di kelas, keknya menarik. Hehe

  10. Di daerah saya, ada karyawan BRI yang mengundurkan diri setelah di terima di Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur, apakah ini berarti kekuatan Talent Branding dan Reputation di bank BPD NTT sudah baik…???

    Karena beberapa tahun terakhir ini minat para sarjana untuk bekerja di bank BPD NTT juga tinggi…

  11. Nice Share Pak Yodhia, setuju dengan tulisannya, tapi izinkan saya untuk komen.

    Saya pernah baca Buku Reynald Kasali, beliau bercerita ada anak didikan beliau di kampus kuning tersebut lulusan S2 dan sudah 2 tahun tidak dapat kerja.

    akhirnya bunuh diri karena tidak tahan dengan rasa Malu. mungkin tidak selamanya Lulusan Grade Ori bisa sukses.

    Setuju dengan komen diatas, wong bejo bisa kalahkan wong pinter. Atau ada kemauan dan tekad meski lulusan SD atau SMP bisa sukses.

    Just Share Pak.. thx. Semangat Pagi..

  12. saya percaya selalu ada pengecualian.

    ada beberapa kasus, di mana seorang yang kemampuannya kurang sampai biasa-biasa saja bisa menembus perusahaan bonafid.

    Sejak SD – SMA sekolah di sekolah pinggiran, kuliah pun di PT tidak favorite karena tidak bisa masuk di PT favorite.

    Tapi ketika ikut tes di perusahaan bonafid dia masuk dan bisa berprestasi di bidangnya.

    Pelajarannya, gak usah iri pada mereka yang diberi otak yang cemerlang, sebelum nyawa ini diambil kembali oleh-Nya, ceritanya belum berakhir……

  13. Hanya satu kelemahan orang hebat a.k.a sarjana ori … terpaku pada ‘tawaran’ kalau ada yang berani lebih tinggi .. siap-siap hengkang … paling tidak resign bikin usaha sendiri. mudah-mudahan analisa saya ini salah …

  14. Biasanya atasan para sarjana ori itu adalah sarjana kw yg punya semangat lebih dan kerja ikhlas. Bahkan banyak yang tidak bergelar sarjana yang mempekerjakan para sarjana ori tersebut. Hehehe….

    Orang pinter itu adalah orang yang bisa membuat orang orang yg lebih pintar dari dia bekerja untuk membantunya.

    Semangat pagi Mas Yodhia

  15. Saya setuju, ada orang yang biasa-biasa saja secara akademik tapi mampu jadi pucuk pimpinan atau malah mempekerjakan sarjana-sarjana kelas ori.

    Tapi jumlah mereka gak banyak dan ya nggak salah juga kalau para recruiter hanya mau menyerap sarjana grade ori karena lebih tinggi peluang keberhasilannya dibandingkan sarjana kelas biasa-biasa saja.

  16. Sayangnya yang pintar2 itu juga punya banyak akal utk jadi penjahat kerah putih..

  17. Ga selalu kok Mas. Banyak juga perusahaan yang gamau dimasukin sama best graduates/talents karena takut disaingin, lol.

    Biasanya perusahaan yg culture-nya Indonesia banget, yang senioritasnya tinggi banget.

    Mereka lebih suka sama sarjana KW karena biasanya lebih gampang nurut dan ga ‘mengancam’ organisasi mereka karena ga terlalu banyak nanya.

    1. Ada benarnya….

      Dulu ada pembaca, seorang manajer, yg komen gini :

      “Saya enggan menerima sarjana yg potensial, takut dia nanti nyaingin saya……
      Makanya saya milih menerima karyawan yg biasa2 saja, yg kelas KW, biar dia ndak macem-macem…..”

      Hahahaha. Agak pahit juga dengarnya…..

    2. Sy bbrp minggu lalu baru kirim email sm Derek Sivers persis sprti hal yg mba tulis.

      Judul emailnya : What The School / College Good For.

      Isi emailnya sprt ini :
      ———–
      Tahun lalu saya nonton presentasi Seth Godin di TED ttg “What The School is Good For”.

      Pagi ini saya menyadari betapa pentingnya sekolah / kuliah itu… dan saya menulis bbrp catatan.

      Saya tau km org sibuk, tp saya akan sgt senang jika km meluangkan waktu sedikit untuk merespon pemikiran saya.

      Ini notes yg saya tulis :

      School/college bagus untuk apa yg mereka tujukan untuk diciptakan.

      Mereka mencetak employees yg kompeten, employees yg hebat… karena tujuan sistem mereka yg menghambat orang untuk berpikir, n menekankan pd hapalan.

      Dan itu bagus… karena businessman / scientist / engineer butuh org2 yg
      menjalankan perusahaan tanpa berpikir, yaitu employees.

      Tanpa mereka, bisnis tdk akan berjalan, ato macet d tengah jalan.
      Krn “kita” butuh org yg menjalankan bisnis tanpa kesalahan, tanpa protes, n
      bekerja setiap hari tanpa kreativitas yg akan membahayakan sistem/produk/jasa.

      “Kita” butuh org2 yg akan menghapal SOP dg baik n tanpa kesalahan… dan para lulusan kuliah/sekolah telah diajari cara menghapal n menuruti perintah selama 23th, jd mereka hebat dlm hal itu.

      Analoginya itu seperti tubuh n jiwa… pebisnis/scientist/engineer adl jiwa,
      employees adl tubuh… jiwa tdk berguna tanpa tubuh, n sebaliknya.

      Pebisnis/scientist/engineer menangani thinking part, employees menangani doing part.

      Keduanya saling membutuhkan, n keduanya penting dlm tugasnya masing2.
      ——————

      Lalu Derek membalas :

      Thank you for the very smart email.

      I haven’t seen that Seth Godin talk. Do you have a URL for it? I couldn’t find it on ted.com

      I like your notes and thoughts. I’m sorry this is something I haven’t thought about, so I really don’t have any thoughts about it.

  18. Wah mas saya baru mencoba mengubah diri saya yang hanya ingin menjadi pegawai dan meningkatkan talent branding biar nanti jadi orang yang milih bukan yang dipilih.

    Semoga saa saya bisa menjadi ahli marketing dan managemen seperti mas Yodhia.
    Salam Revolusi dari Mahasiswa UNS

  19. Pemikiran mas Yodhia ternyata sampai ke pembagian saham (stock option) juga ya. hem.., ada benar juga nih. kok mata saya baru terbuka ya. he he 😉

  20. kalau mau jadi entrepreneur masih berlaku kah sarjana ori dan KW mas..?..kalo sepengalaman saya tidak berjalan seperti itu mas..

    mungkin mas yodhia ada insight lain..

  21. Wah saya baru baca artikel ini. Setelah saya beberapa saat kemarin merekrut karyawan yang kw2 haha. haha

    Tipikal orang kw2 memang orangnya susah diajak kerja cepat.

    Banyak tanya, inisiatif rendah, kurang proaktif.. Akankah orang orang ini dikantor dipertahankan sampai pensiun.. 🙁

    Pelajaran yang berharga, awalnya lewat rekrutment hasilkan orang2 yang “Ori”.

    Padahal nyari orang grade ori yang mau digaji pas pasan itu susah.

    Tapi mungkin trik ini bisa dipakai carilah orang yang berpotensi jadi grade ori, bisa karena dia hight motivated nanti dipoles dikit bisa jadi grade kw rasa ori.

    Haha..

  22. Saya kayak nya Grade SMA Ori aj deh, krn gak kuliah dan gak kerja, maksdnya gak kerja diorang krn bisnis ol sndri , kerja gaji mentok krn lulusan mentok =D

    Pak Yod, grade Sma ada ori kw jg kah , hahahaha

  23. Sekedar sharing

    stock option kalo ndak direncanakan dengan baik dan matang malah berakibat sebaliknya lho..

    para karyawan pemegang saham (yang jumlahnya udah wah) malah berada di zona nyaman.

    “Pecat aja gw, tapi gw jual semua saham yang gw punya”.

    Perusahaan ga bakalan mau mecat, uangnya ga ada buat bayarin tu saham :p

  24. beberapa perusahaan memanfaatkan grade ori untuk semangatnya pada level fresh graduate…

    namun tidak nuntuk level experienced. kenapa? karena banyak berperilaku KUTU LONCAT.

    yg pada akhirnya berujung pada jualan skill atau konsultan.

    bukan tipe pekerja.

  25. Yodi, apupun grade (terminologi anda) tambahan dari saya adalah : “Matang secara ilmiah tapi mentah dalam amal-amal ruhani adalah palsu.

    Demikian pula kokoh dalam spiritual tapi ringkih dari sisi ilmiah adalah petaka dan fatamorgana”.
    Salam ..

  26. sya sbg hrd lebih memilih berpikir realistis relatif, yg bagus overall tdk hanya skill tp attitude

    yg terpenting attitude jika attitude nya bagus gak mungkin macem2 meskipun lebh hebat dari saya

  27. Memang kerja di perusahaan bonafid lebih enak.

    tetapi juga kita jangan menyepelekan perusahaan yang kelas middle.

    sebab perusahaan yang berkelas bonafid, juga berasal dari perusahaan yang small, terus naik ke kelas middle, terus naik lagi ke kelas bonafid.

    Tapi juga kita juga jangan berhenti berusaha, dan tetap berdoa.

    Don’t surrender 🙂

  28. Bagaimana dengan kerja di instansi pemerintahan ? Seperti saya yang lulusan UII kerja di Kemenkeu

Comments are closed.