Pertempuran Seru nan Mendebarkan dalam Panggung Digital Start Up Indonesia

Multiethnic People Starting Up a BusinessLedakan digital start up Indonesia terus membuncah seiring dengan mobile smartphone explosion yang terus mengharu biru.

Nyaris tiap bulan muncul nama start up baru dalam dalam beragam ranah – baik dalam industri e-commerce, media, kesehatan, hiburan hingga industri pendidikan berbasis digital.

Dalam sajian renyah pagi ini, saya ingin mengajak Anda untuk menziarahi panggung start up di tanah air dan mencoba menikmati pertempuran seru yang ada di dalamnya.

Karnaval digital start up di Indonesia terus berjalan.

Dan pagi ini sambil ditemani secangkir teh hangat, kita ingin mengulik bagaimana parade inovasi digital itu terus di-selebrasi-kan.

Sejalan dengan makin tingginya penterasi internet di Indonesia, maka diyakini peran digital business akan kian marak di tanah air.

Berikut semacam landscape digital start up Indonesia dalam 6 jenis industri yang berbeda, yang layak kita ziarahi.

ECOMMERCE Start Up
Tak pelak, arena ini adalah arena yang paling tumbuh dalam gelombang digital business. Dan karena itu, pemain didalamnya juga dipenuhi dengan major players yang berkompetisi dengan keras.

Dalam bidang general e-commerce, kita menyaksikan persaingan keras antara MatahariMall.com dengan Lazada/Zalora (yang sudah diakuisi Alibaba – salah satu ecommerce terbesar di dunia). Lalu ada juga Blibli (milik grup Djarum/BCA).

Kabarnya dalam waktu dekat, Amazon juga akan masuk ke tanah air. Sebuah pertempuran brutal pasti akan terjadi jika Amazon jadi masuk ke Indonesia.

Winner takes all. Dalam industry ecommerce, pemain yang menang biasanya akan “menguasai hampir semua porsi”.

Lihat Amazon di USA dan Alibaba di China. Mereka menang, dan hampir menjadi pemain monopoli dalam industri e-commerce di negaranya masing-masing.

Dalam industri muslimah fashion e-commerce, kita melihat persaingan seru antara Hijabenka dengan Hijup (yang baru saja mendapatkan pendanaan hingga 200 milyar dari investor).

Menarik bahwa pendiri Hijup adalah Diajeng Lestari, istri dari Ahmad Zaky (pendiri Bukalapak). Mereka berdua mungkin layak disebut sebagai King and Queen of Indonesian Ecommerce.

Dalam arena marketplace, terjadi pertempurna seru antara Tokopedia dengan Bukalapak. Ratusan milyar sudah digelontorkan kepada dua start up darling ini. Keduanya juga masih merugi.

Minggu lalu, Bukalapak membajak Chief Operating Officer baru bernama Wilix Halim. Dia adalah anak asli Medan yang jadi pioner dibalik meledaknya Freelancer (berbasis di Australia) sebagai marketplace freelancer terbesar dunia.

Wilix yang anak Indonesia itu memang dianggap sebagai pakar growth hacker tingkat dunia. Dia bisa dengan mudah diterima bekerja di Silicon Valley. Di Australia, dia juga sudah jadi semacam “legenda” start up di negeri itu.

Menarik ternyata dia akhirnya milih pulang kampung dan bekerja di Bukalapak. Waspadalah Tokopedia.

Yang menarik : Bukalapak berarti punya budget yang masif untuk gaji karyawannya. Dugaan saya, Wilix diberi gaji hingga USD 10 ribu per bulan + bonus saham Bukalapak.

TRANSPORTATION Start Up
Disini terus terjadi pertempuran sengit nan mendebarkan antara Gojek dengan GrabBike.

Beberapa bulan belakangan Gojek terus diganggu dengan ketidakpuasan para drivers-nya. Ini memang bom waktu.

Pada akhirnya, Gojek harus memangkas subsidi driver yang selama ini menggerus kas mereka. Gojek tak bisa lagi terlalu royal membakar uang. Dilemanya : para driver langsung demo saat manajemen Gojek melakukan efisiensi biaya.

Di sisi lain, Grab Bike justru kelihatannya makin mantap. Papan iklannya ada dimana-mana di Jakarta. Pelan-pelan mereka bisa terus menggerus pangsa pasar Gojek. Pertempuran seru akan terus terjadi.

Menariknya, duet pendiri Grab Bike (Anthoni Tan dan cewek muda energik Malaysia bernama Tan Hooi Ling) adalah sahabat akrab Nadim Makarim (pendiri Gojek) saat mereka kuliah satu angkatan di Harvard Business School.

Saat rehat di kampus, mereka bertiga suka ngobrol bareng tentang masa depannya.

Sebagai alumni Harvard Business School, maka Anthony, Ling dan Nadim sebenarnya bisa dengan mudah bekerja di lembaga konsultan manajemen top dunia seperti McKinsey atau firma keuangan seperti Goldman Sach. Gaji USD 20 ribu per bulan bisa mereka dapat.

Namun mereka memilih mendirikan start up. Ini tren baru di kalangan alumni sekolah bisnis top dunia seperti Harvard dan Stanford.

Lulus MBA, mereka ndak nyari kerja di bank atau big companies lainnya. Namun lebih memilih membangun start up sendiri.

Membangun start up mungkin dirasakan lebih asyik. Daripada bekerja sebagai investment banker, bahkan dengan gaji ratusan juta per bulan.

(Jadi kapan kamu akan resign dan membangun start up, guys?)

HEALTH Start Up
Dalam bidang kesehatan ini, banyak hadir beragam start up yang saling bersaing dengan keras.

Ada alodokter, dokter.iD, MeetDoctor, hingga TanyaDok. Hampir semua startup ini sudah memperoleh pendanaan dari investor.

Memang kalau dilihat, semua web mereka bagus dan informasinya tentang kesehatan amat lengkap dan detil. Semua web-nya tampak dikelola dengan profesional.

Namun saya melihat strategi monetisasi (cara dapat profit/uang) dari beragam start up kesehatan itu masih belum jelas. Apakah dari iklan, dari jualan jasa dokter, dari jualan obat, atau dari fee pelanggannya. Masih belum jelas.

Tampaknya, semua start up kesehatan yang bagus-bagus isinya itu masih minus. Alias masih besar pengeluaran daripada pemasukan.

MEDIA Start Up
Dalam arena ini juga banyak muncul start up.

Ada Hipwee, MalesBanget, IDNTimes, hingga Mojok.co.id.

Hipwee termasuk yang paling sukses. Pemilihan judul yang nendang dengan isi yang renyah membuat banyak artikel mereka jadi viral di Facebook.

Simak salah satu judul artikelnya : Untukmu yang Sedang Diremehkan. Tenang. Kesuksesan Menanti di Ujung Jalan (artikel ini sudah di-share 300 ribu kali !!).

Btw, Hipwee yang baru seumur jagung ini beberapa waktu lalu sudah diakuisi investor dari Australia dengan nilai Rp 5 milyaran. Not bad untuk sebuah start baru dengan hanya 6 karyawan.

(Berapa tahun yang kamu butuhkan untuk bisa mengumpulkan uang Rp 5M, teman-teman?)

FINTECH Start Up
Ini dia arena yang juga digadang-gadang akan terus melesat.

Fintech atau financial technology adalah start up yang bergerak dalam ranah finansial – sebuah arena yang diprediksi akan terus booming sejalan dengan ledakan kelas menengah Indonesia.

Dalam arena fintech, kita mengenal start up payment gateway seperti DOKU yang sukses. Ini start up lokal yang memproses pembayaran secara online via kartu kredit. Mungkin mirip Paypal kalau di Amerika.

Lalu ada juga fintech yang fokus pada penyediaan informasi perbandingan beragam layanan keuangan. Seperti CekAja, CekPremi dan KreditGogo. Semua start up ini bagus isi dan informasinya.

Ada juga fintech yang memberikan pinjaman seperti UangTeman dan Pinjam.co.id (mirip pegadaian namun versi online).

Sayangnya fintech dalam arena pinjaman uang ini agak berbau riba. Sebab suku bunga pinjamannya mirip rentenir, tinggi banget. Mungkin lebih cocok disebut “rentenir digital” 🙂 🙂

Fintech lainnya adalah yang menyediakan aplikasi pengelola keuangan.

Yang paling baru dan paling gencar iklannya adalah Jenius.com – aplikasi bagus untuk mengelola semua aspek keuangan personal Anda, mulai dari tabungan, investasi reksadana, hingga mengalokasikan budget buat liburan.

Namun Jenius.com ini ternyata start up ini bikinan Bank BPTN. Pantesan iklannya sangat masif. Bank lain harus segera bergerak agar tidak ketinggalan kereta.

Sebab seperti saya tulis minggu lalu, masa depan bank di Indonesia adalah “DIGITAL and MOBILE BANKING”. Bank yang tidak punya aplikasi fintech yang maut pasti akan ditinggal generasi milenial.

EDUCATION Start Up
Oke, ini arena terakhir yang akan kita ziarahi.

Disini kita mengenal PesonaEDU, salah satu startup pendidikan lama yang paling sukses. Mereka fokus jualan software pendidikan yang bagus dan disukai para pelanggannya.

Ada juga startup baru bernama RuangGuru – menyediakan marketplace untuk mencari guru les privat. Startup ini sudah dapat pendanaan miliaran, dan didirikan dua anak muda usia 20-an tahun.

Yang paling saya suka adalah Zenius.Net – lembaga penyedia bimbel online yang sukses. Pasarnya adalah anak SD, SMP dan SMA. Berapa pemasukan per bulannya? Tembus Rp 500 juta. Amazing.

Dan terakhir, start up legendaris dalam arena online education adalah EDUBISNIS.NET.  Kalau Anda belum join edubisnis, saya sarankan silakan KLIK DISINI. 🙂 🙂

Harapannya omzet edubisnis suatu saat bisa setara dengan zenius.net. Amin.

DEMIKIANLAH sekilas peta digital stratup Indonesia dalam arena ecommerce, transportation, media, health, fintech and education.

Majulah digital business Nusantara. Majulah terus digital start up Indonesia.

39 thoughts on “Pertempuran Seru nan Mendebarkan dalam Panggung Digital Start Up Indonesia”

  1. Dari sajian renyah pagi hari ini kita semakin yakin bahwa semua industri sudah mempunyai start up digitalnya masing-masing.

    Persaingan semakin seru karena semua start up berlomba memberikan value baik kepada pelanggan maupun kepada karyawannya.

    aksi2manajemen.com

  2. Sangat mendebarkan.

    Mendengarkan informasi seperti ini membuktikan bahwa era digital memang sudah tidak bisa dipungkiri lagi.

    Kepingin rasanya sukses dalam dunia digital seperti cerita” di atas.

    Terimakasih pak Yodhia atas inspirational article-nya. Bermanfaat. Menggugah. Dan terpampang nyata.

    Salam,
    http://www.MengajiMakna.com I Blog inspirasi dan motivasi

  3. Pertarungan semakin sengit, sepertinya kedepan masing-masing bidang cuma tinggal 1 atau 2 pemain saja.. dan semoga masih dimiliki oleh anak-anak muda indonesia (bukan diakuisisi pemilik modal dr negara lain)

  4. selalu lahir semangat tiap kali mengunjungi blog ini.

    Jazakallahu khair wa barakallahu fiikum pak Yodya.
    Semoga Alloh ta’ala membalasmu dengan kebaikan serta memberimu keberkahan.

  5. Di lain sisi,

    CEO Kaskus, Ken Lawaladinata, memutuskan hengkang dari dunia start up, bahkan IT secara keseluruhan .

    Menurutnya investasi di start up sudah masike area “high risk high return”

    Apakah ini bisa dijadikan indikasi bahwa akan terjadi bubble di dunia start up?

    Om Andro
    PesantrenIM.com

  6. Dalam arena marketplace, terjadi pertempurna seru antara Tokopedia dengan Bukalapak. Ratusan milyar sudah digelontorkan kepada dua start up darling ini. Keduanya juga masih merugi.

    Darling atau Daring?

  7. Setelah membaca ini,
    terus apa yang bisa dilakukan?

    lihat pertempuran sambil ngopi?

    ikut terjun ke arena pertempuran?
    sambil dag-dig-dug sepanjang 24 jam,

    atau ‘mengalir sajalah’ 🙂

    terima kasih insight-nya Kang.

    https://manajemenkeuangan.net/
    Referensi Lengkap Manajemen Keuangan+Akuntansi

  8. sangat penting untuk ada pesaing/perlawanan dari masing-masing ranah bisnis start up tersebut. karena kalau tidak ada lawannya, maka tidak akan berkembang (kelamaan berada di zona aman) 😀

    lawan bermain catur adalah teman berpikir.
    lawan badminton adalah teman bermain.
    dan lawan berbisnis adalah teman untuk berkembang 🙂

    Firsa Ariza
    Blogger http://www.gurumanajemen.com

  9. Sudah mulai terang prsaingan start up menuju unicorn. Tokopedia vs bukalapak, tiket vs traveloka, dll.
    Semoga bola salju ini tdk brbentuk angin surga…

  10. Ha-ha-ha cakep banget edukasi sekaligus soft sellingnya.

    Tenang Om Yodhia, saya sudah join edubisnis 😀

    Sekarang saya punya start-up khusus supplier mesin laundry online. Mudah2an lebih banyak pemasukan dari pada pengeluaran.

    Gak seperti start-up besar di Indonesia yang demen bakar duit.

  11. Start Up Fintech Indonesia yang promising mas Yodh. https://ainosi.co.id/
    Mereka buat sistem cashless payment utk e-ticketing transJakarta.
    Tdk begitu jadi media darling krn sptnya maennya di B2B, jadi publikasi media ngga semasif yg maen B2C.

  12. Start Up Fintech Indonesia yang very promising mas Yodh. https://ainosi.co.id/
    Mereka buat sistem integrasi utk cashless payment salah satunya e-ticketing transJakarta.
    Tdk begitu jadi media darling krn sptnya maennya di B2B, jadi publikasi media ngga semasif yg maen B2C.

  13. Munculnya Startup Baru tiap bulan menandakan virus kegoblokan kolektif Startup mulai menyebar.

    Orang mulai berbondong2 ikut arus IT melihat Kesuksesan 3 Startup Google dan Facebook dan yg terbilang Wow ,

    Dengan mendirikan sebuah startup baru berharap bisa sesukses mereka berdua .

    Bakar2 uang adalah hal yg lumrah buat promosi secara jor-joran biar makin dikenal Publik otomatis valuation naik .

    Dengan Berharap dapat profit yg Wow ketika sudah dikenal Publik atau IPO .

    Semoga banyak startup lokal yg sukses melawan pertempuran yg mendebarkan ini .
    Startup lokal harus jaya dikandang sendiri jangan kalah sama Produk Asing.

  14. Yg menariknya ada start up di bidang kesehatan, namun belum jelas dapat profitnya darimana…
    Nah ini saya mohon pencerahan pak, ide monetize utk bidang kesehatan bagaimana? Terima kasih

  15. ini kayaknya salah artikel terpanjangnya om yod deh, gak abis2 bacanya

    sebagai penikmat start up mudah2an tembus 1 atau 2 startup seperti google atau instagram di 10-20 tahun lagi supaya Indonesia bisa lebih sejahtera.

    mari negara mengawal, masyarakat mendukung gairah anak mudah dalam berkreatifitas.

    salam

  16. Nah ini….media startup juga tak kalah seru, banyak yang sudah mapan penghasilannya dan sekarang terus merebak…

    Yang kasian marketplace, terus merugi namun tetap jor-joran iklannya, bahkan melebihi apapun….

    Yang untung gede ya google juga

  17. Tulisan yang menarik pak Yodhia. Saya penasaran nanti ketika amazon sudah masuk Indonesia. Bagaimanakah kisahnya nanti.he…2. Salam sukses

  18. Saya suka gaya bahasanya Om Yod neh.. renyah & semangat banget. lihat video & dengerin podcastnya jg suaranya menggelegar! ahaha

    Btw, emang saya melihat kanan-kiri bnyk startup bermunculan. sering kena retargeting jg di FB. kalau ga bisa inovasi & ga bisa bentuk Team, udah deh bisnis ya gitu2 aja (ga berkembang malah menurun).

  19. (Jadi kapan kamu akan resign dan membangun start up, guys?) berat nih pertanyaannya, kalau bloleh jujur saat ini saya masih pengangguran om, masih sibuk dalam mencari kerja. Artikelnya ngeri-ngeri sedap om…

  20. Menarik banget artikelnya, Selalu seru melihat semangat menggebu para star up baru.

    Mulai mencari pendanaan, mewek karena stagnan, bakar-bakar uang.. dan akhirnya banyak yang tumbang karena gagal dapat invest atau kehabisan uang..

    Sangat menggiurkan memang istilah star up untuk anak-anak muda yang jiwanya masih membara tapi penuh jebakan.. karena membangun star up perlu berdarah-darah

    Yang masih minim uang lebih baik fokus cari profit dulu buat bisa cicil alphard hehe

    salam
    https://garmenstudio.com/
    passion konveksi

  21. Menarik artikelnya, terimakasih.

    Buat online shop yg repot ngerekap pemasukan, pengeluaran, stok, dan transaksi, bisa pakai REKAPIN. Cara Rekap kekininian.

    Free ???? %

  22. tapi tetep, hati-hati perlu.
    Itu adalah contoh start up yang sukses..Kita juga perlu belajar dari startup yang gagal dimana itu jauh lebih buanyak..

Comments are closed.