Digital Payment War : Pertempuran antara Gopay vs OVO vs Mobile Banking

Digital Payment War adalah sebuah pertempuran untuk memperebutkan masa depan pembayaran berbasis digital di tanah air.

Gerakan menuju Cashless Society yang efisien dan tidak ribet dengan uang kembalian yang kadang lecek, akan sangat terbantu dengan kehadiran digital payment yang masif.

Gopay dengan OVO dan Tcash (Telkomsel) serta juga aplikasi lainnya seperti Dana, dan banyak pemain lainya, kini sedang melakukan pertempuran untuk memenangkan Digital Payment War di Indonesia.

Survei terkini yang dilakukan DailySocial menyebut bahwa market leader saat ini adalah Gopay dengan pengguna 79% dari responden yang disurvei (ada 1400an responden), sedangkan Ovo digunakan 58% dan Tcash digunakan oleh 55% responden. Kelihatannya ada banyak responden yang menggunakan lebih dari satu aplikasi digital payment.

Gopay memang tengah melakukan promosi besar-besar dengan cash back hingga 30% di begitu banyak merchant, termasuk di semua gerai Alfamart atau saat bayar listrik. Banyak orang kemudian tertarik menggunakan Gopay karena fasilitas cash back yang masif ini.

Harapannya setelah tergiur dengan iming-iming cashback, jutaan user baru itu lalu akan tetap menjadi pelanggan loyal Gopay, dan tetap akan bayar menggunakan Gopay bahkan jika tak ada lagi cashback. Apakah ini akan terjadi? Belum ada yang tahu pasti.

Sekedar info, sumber pendapatan utama digital payment seperti Gopay dan Ovo ini ada dua seharusnya.

Yang pertama adalah mereka pelan-pelan akan menerapkan merchant fee kepada para pedagang yang menggunakan digital payment mereka.

Saat ini mungkin mereka masih menggratiskan layanannya demi menambah jumlah merchant (penjual retail, pedagang, jaringan gerai, toko baik online dan offline).

Ingat saat ini masih era promosi (bakar uang demi dapatkan ekosistem merchant yang luas).

Kelak mereka akan mengenakan fee tersebut. Fee ini masih lebih murah jika dibanding yang harus dibayarkan merchant ke bank karena penggunaan layanan kartu DEBIT dan Kartu Kredit dari Bank.

Jadi digital payment ini memang merupakan ancaman bagi bisnis Kartu Debit dan Kartur Kredit bank-bank.

Namun sekali lagi, hingga saat ini Gopay masih memberikan layanan gratis kepada para merchant-nya, bahkan berikan cashback seperti kerjasama mereka dengan Alfamart (gerai Alfamart yang senang-senang saja).

Namun Gopay sudah mengenakan fee kepada sejumlah merchant yang tergabung dalam GoFood. Sejatinya jaringan GoFood dan Gopay inilah yang kelak akan jadi pilar utama bisnis Gojek. Dan sejauh ini mereka memang sukses besar dalam mengkombinasikan GoFood/Gopay untuk jadi raksasa pencetak uang bagi masa depan bagi Gojek.

Di luar ekosistem Gofood, apakah Gopay akan juga sukses menjadi pilihan digital payment? Kita akan bahas nanti.

Sekarang kita ulas dulu potensi kedua penerimaan digital payment.

Potensi penerimaan kedua ini sebenarnya sangat masif, namun sayang masih terganjal REGULASI BANK INDONESIA. Yakni peluang agar akun Gopay dan Ovo bisa menerima penyimpanan uang secara unlimited, dan kemudian diberikan ijin untuk memberikan kredit online bagi jutaan usernya.

Saat ini batas maksimum penyimanan uang di Gopay masih hanya Rp 10 juta. Harusnya bisa dinaikkan menjadi unlimited, dan kemudian diijinkan juga memberikan kredit online.

Sukses besar Alipay dan WeChatPay di China karena mereka juga diijinkan untuk memberikan kredit atau pinjaman dana kepada jutaan usernya.

Jika Gopay bisa menerima penyimpanan uang secara unlimited, mereka kemudian bisa memutar uang simpanan usernya ini untuk diberikan menjadi pinjaman kepada jutaan user lainnya yang membutuhkan.

Apakah tidak takut dengan risiko kredit macet? Disinilah keahlian AI – Artificial Intelligence dan Machine Learning bergerak.

Dengan BIG DATA dan keahlian AI, Gopay dengan relatif mudah bisa menebak mana user yang kiranya disiplin dalam bayar hutang, dan mana user yang suka ngemplang. Machine learning yang dijalankan Gopay bisa dengan cerdas mengidentifikasi mana user yang layak diberikan pinjaman kredit, dan mana yang katrok.

Boom.

Bisnis triliunan kredit bank konvensional bisa lenyap kalau Gopay diijinkan oleh BI untuk juga berikan pinjaman kredit. Basis jutaan user mereka yang masif akan menjadi pasar empuk untuk memberikan kredit retail yang menguntungkan.

Jika skema diatas diijinkan, itulah yang akan melahirkan revolusi bank sesungguhnya. Branchless bank akan terjadi. Fungsi ribuan kantor cabang bank akan digantikan aplikasi Gopay dalam smartphone (yang kini berubah menjadi “digital banking” dalam genggaman).

Sayangnya, skema seperti diatas belum akan terjadi karena regulasi BI yang ketat. Padahal kalau dijinkan, akan memberikan impak masif bagi pemasukan bisnis Gopay atau juga OVO sebagai New Digital Banking.

Karena potensi penerimaan yang kedua itu belum jelas regulasinya, maka kita fokus saja pada potensi penerimaan pertama tadi. Yakni digital payment seperti Gopay dan Ovo hanya akan menerima pemasukan dari fee merchant.

Nah, fee merchant ini hanya akan bisa diberlakukan, jika jutaan orang sudah benar-benar mau beralih menggunakan Gopay atau Ovo dalam transaksi hariannya. Artinya merchant hanya tertarik menggunakan Gopay atau Ovo jika user mereka sudah super masif.

Kini pertanyaan krusialnya adalah apakah digital payment seperti Gopay atau Ovo akan berhasil menarik pelanggan yang loyal, dan bukan yang tertarik hanya dengan iming-iming cashback?

Saya mau menceritakan pengalaman personal saya, yang mungkin sedikit banyak bisa menjadi clue tentang pola perilaku konsumen di era digital.

Saat ini saya punya akun Gopay dengan batasan uang top up maksimal Rp 10 juta. Tempo hari saya menjajal Gopay untuk membeli kopi di sebuah kafe karena tergiur program promosi Gopay. Apakah saya akan terus menggunakan Gopay kalau tidak ada promosi? Rasanya tidak.

Jadi tantangannya : sepanjang tahun Gopay harus sediakan program promosi yang menarik agar saya terus berminat menggunakan Gopay.

Untuk pembayaran offline lainnya, saya kok masih merasa nyaman pakai kartu debit. Ini juga cashless kan. Praktis juga. Saya coba pakai QR-Scan Gopay, rasanya malah sedikit lebih ribet dibanding tekan PIN Kartu Debit. Nggak tau. Mungkin karena pengalaman baru, belum terbiasa.

Sejauh ini, saya mungkin masih akan terus memakai Kartu Debit untuk hampir semua transaksi offline saya, belum mau pindah ke Gopay.

Mungkin juga hal ini disebabkan, semua gerai sudah bisa menerima Kartu Debit, sementara hanya sebagian yang telah menerima Gopay atau OVO.

Ini juga tantangan digital payment di masa depan : bagaimana meyakinkan semua gerai agar mereka mau menerima Gopay atau digital payment lainnya.

Untuk pembayaran aneka iuran dan top up pulsa secara online, selama ini saya sudah sangat nyaman dengan mobile banking, dan juga belum berencana memakai Gopay.

Terus terang, mobile banking ini sejatinya juga merupakan pesaing yang tak mudah dikalahkan Gopay saat berurusan dengan pembayaran aneka iuran secara online.

Saat mau belanja online di Tokopedia (saya pelanggan setia Tokped), saya berencana memakai OVO (pengganti TokoCash). Namun saat mau daftar saja, error terus. Dan saat mau top up, dana saya tidak bisa masuk. Impresi pertama yang fatal kayak gini bikin saya ogah pakai OVO.

Akhirnya saya belanja online dengan kembali memakai Virtual Account Mobile Banking, yang so far sangat nyaman juga. Again dalam arena belanja online, layanan mobile banking merupakan pesaing tangguh yang tak mudah dikalahkan digital payment.

Dari paparan diatas, masa depan Gopay mungkin akan terfokus pada ekosistem GoFood/Gojek – dan rasanya agak cukup terjal untuk merambah ke digital payment di luar ekosistem tersebut. Sementara Ovo mungkin akan tergantung pada ekosistem pembayaran di Tokopedia (yang memang terus tumbuh pesat dan layak diandalkan).

Kenyamanan menggunakan Kartu Debit (yang juga cash-less) dalam aneka transaksi offline, dan juga kemudahan memakai Mobile Banking dalam aneka transaksi online, akan menjadi tantangan terjal bagi Gopay dkk dalam menguasai panggung digital payment di tanah air.

Kontak saya via Link WA dibawah ini jika ingin mendapatkan summary 10 buku bisnis terbaik.

29 thoughts on “Digital Payment War : Pertempuran antara Gopay vs OVO vs Mobile Banking”

  1. Awal pekan mampir ke sini selalu ada yang WOW…
    Informasi baru yang valid dan menggugah motivasi,
    Inspirasi bergentayangan di kepala,
    Ide-ide baru berpendar di seputaran otak,
    Sentilan unik membangunkan jwa untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.

    Bagaimana untuk mengukur kinerja keuangan mereka ya, apakah bisa menggunakan standar rasio keuangan menurut Bank Indonesia?

    Seperti yang dibahas dalam artikel berikut: https://manajemenkeuangan.net/beginilah-cara-menilai-kinerja-keuangan-sebuah-bank/

    Terima kasih
    Salam sukses penuh keberkahan.

  2. Dari tiga Digital Payment diatas, baru OvO yang saya nikmati..

    Tak hanya merchant, kedepan pembayaran digital juga dapat dilakukan untuk jasa tukang parkir, baik resmi maupun yang liar..

    Next di harapan seluruh pembayaran pajak dan denda tilang sudah mampu 100% via cashless..

  3. Karyawan sekarang kebanyakan menerima gajih dalam bentuk transfer, yg mana sekarang untuk belanjapun cukup pake debit dan transfer juga..

    Apalagi dengan bertambahnya layanan2 digital payment yg kedepannya akan semakin memudahkan dalam melakukan pembayaran

    Yang menjadi pertanyaan : Apakah nanti suatu saat uang fisik akan menghilang??

  4. Kata siapa digital money menggantikan uang kertas, justru menghapus uang kertas.

    Semoga bangsa kita bisa lolos dari sistem ekonomi dajjaliyah ini.

    Semoga masyarakat tetap menggunakan uang biasa agar peredaran uang di masyarakat baik kota dan khususnya pedesaan dapat merata dan tidak terkapital dalam sistem mafia digital economy.

    1. Menarik, semoga ada penjelasan lebih lanjut pembahasan tentang efek digital money terhadap peretaan peredaran uang didesa, saya akan tunggu, trima kasih

  5. Judul seharusnya ;
    “Pertempuran Gopay dan Ovo VS Mobile banking”

    Riba semakin merajalela. Inflasi semakin tidak terkendali karena kapitalis ..

  6. e-money = memudahkan, tapi sangat rawan.

    Tapi membuat kita jadi sadar, bahwa semua yang dipunya hanya titipan dan sewaktu2 bisa hilang 🙂

    thanks
    ck

  7. Penerimaan digital payment yang ketiga adalah dari BUNGA bank. Yaitu riba atau haram.

    gopay atau teman2nya hanya perlu menyiapkan 30% dari dan nasabahnya.

    artinya 70% nya akan menjadi bunga.

    kalau 70% nya itu sebesar 100 miliar berarti bunganya per bulan sekitar 1 miliar.

    Cukup kan buat biaya operasional.

  8. Mereka bertiga seperti menjadi bank baru, mampu menghimpun dana sangat besar.

    Saya kurang paham apakah mereka itu berlandaskan hukum dan legal menghimpun dana, tapu kalau ndak ya hati2 saja. Apalagi ada beberapa unsur yg berpotensi riba di dalam nya. Wallahua’lam

  9. Saat ini saya pakai T-cash & gopay. Buat beli pulsa / tagihan bulanan / jajan / tiket nonton / belanja online & bayar gojek.

    Untuk fitur & vendor, Gopay lebih banyak dari Tcash, pun terintegrasi dengan gojek.

    Banyak cahback & lebih praktis, cukup pake HP, kalo lagi iseng bisa cek2 promo masing2 provider.
    Untuk di alfamart, cukup nyaman juga, ga usah ngeluarin kartu member / debit.

    Untuk deposit pake m-banking. Praktis.

    As a full service user, Kalo lagi kehabisan cash, tinggal dicairin lagi, transfer balik ke akun bank, terus tarik tunai.

    Simply useful.

  10. Sama nih.sementara masih nyaman pakai kartu debit, kali krn belum terbiasa..
    tapi benar ini merupakan ancaman bagi kartu debit dan kartu kredit.siapa yang menang ya

  11. awalnya dari gojeg lalu mulai melebarkan sayap , sekarang ke sistim pembayaran, semoga blog saya elysetiawan.com juga kaya gojeg yang semakin berkembang hehehehhe

  12. Sampai sekarang saya belum pernah pakai layanan ovo, gopay, dll.. dulu pernah ditawarkan, kemudian sy menolak karena tempat tugas sy di daerah terpencil.. bahkan aplikasi gojek dan grab at uninstall.. heheheh

  13. Ater there is a farm or two with seeds planted, you should
    create some chests to store your items inside you house. From simple huts and buildings to complex loigic gates and swijtch
    systems used to power elaborate cities, in Mineecraft anything is possible.
    At the time of this writing, the 360 version iis a few updates behind the actual PC version, but according
    to news found oon the internet and good sources,
    eventually both the versions is going to be swept up to each
    and every other.

  14. Persaingan E Money Pun Saat Ini sedang Gencar Gencarnya Namun Brand Brand Tersebut Akan Mengeluarkan Budget Yang Juga Cukup Besar Untuk Mempromosikan Masing Masing Layananya

Comments are closed.