Warren Buffet, salah satu investor finansial paling sukses di dunia pernah memberikan nasehat : investasi terbaik dalam hidup Anda itu adalah to invest in yourself.
Investing in yourself.
Pada akhirnya, investasi untuk memintarkan diri Anda itu (baik melalui proses pendidikan formal, belajar secara otodidak via internet, atau juga melalui atau proses pengalaman nyata) adalah sebuah strategi investasi dengan ROI atau return on investment terbaik.
Berbagai studi memang telah menemukan fakta bahwa mendapat gelar S1 (college graduates) akan memberikan peluang income yang jauh lebih tinggi dibanding hanya lulusan SMA atau SMK.
Dengan kata lain, makin tinggi level pendidikan Anda, maka akan makin bagus peluang Anda untuk mendapatkan income yang lebih maknyuss.
Perhitungan berikut ini mungkin bisa menunjukkan ROI (Return On Investment) dari sebuah proses menjalani kuliah S1 di tanah air.
Katakan biaya kuliah Anda selama satu semester adalah Rp 6 juta (ini rata-rata biaya kuliah kampus swasta ternama, tentu biaya akan lebih murah jika kuliah di kampus negeri. Atau juga lebih murah lagi kalau Anda kuliah di BSI 🙂 ).
Sekarang butuh 8 semester untuk lulus menjadi S1. Artinya total biaya kuliah untuk lulus S1 adalah Rp 48 juta.
Ditambah biaya hidup, katakan sebulan butuh biaya Rp 1 juta (untuk kos, makan, beli buku, pulsa, transportasi dan lain-lain). Selama 4 tahun biaya hidup akan menghabiskan Rp 48 juta.
Total biaya untuk mendapatkan gelar S1 adalah Rp 96 juta.
Rp 96 juta – sebuah angka yang tidak kecil. Bagi yang pernah dan sudah lulus kuliah, bersyukur dulu orang tua-mu mampu membiaya kuliah hingga lulus.
Bagi yang sudah punya anak, maka bersiaplah untuk menyiapkan dana pendidikan yang cukup untuk membiayai kuliah anak-anak Anda.
Nah angka 96 juta tadi akan menemukan ROI yang bagus jika sang sarjana yang baru lulus ini bisa langsung mendapatkan pekerjaan bagus dengan gaji Rp 5 juta/bulan.
Artinya, dalam waktu 19 bulan (1,5 tahun lebih sedikit), modal biaya kuliah Rp 96 juta itu akan menemukan angka BEP (break even point).
Tentu saja, jika setelah lulus kuliah S1, sang sarjana baru itu hanya mendapatkan gaji Rp 2 juta/bulan, maka periode balik modal biaya kuliahnya akan makin lama (atau Rp 96 juta dibagi Rp 2 juta = alias 48 bulan atau 4 tahun).
Apalagi jika sarjana baru itu lalu jadi pengangguran. Maka biaya investasi kuliah Rp 96 juta itu bisa berakhir dengan sia-sia.
Saya rasa hampir semua orang tua berharap agar selepas lulus kuliah, anak-anaknya bisa mendapatkan kemandirian ekonomi (entah dengan cara menjadi karyawan atau PNS dengan gaji bagus dan terjamin masa depannya, atau menjalani usaha sendiri secara mandiri).
Tidak ada orang tua yang berharap, setelah mengeluarkan begitu banyak biaya untuk kuliah anak-anaknya, lalu setelah lulus kuliah S1, anak ini hanya jadi pengangguran.
Sebab dengan begitu, investasi biaya kuliah puluhan juta itu bisa menjelma menjadi sebuah kesia-siaan.
Sekali lagi : tampaknya tidak ada orang tua yang berharap investasi pendidikan anaknya hanya akan menghasilkan pengangguran.
Sebab dengan begitu, maka investasi itu akan menjadi sebuah investasi pendidikan yang gagal.
Karena itu ungkapan : investasi pendidikan adalah investasi terbaik dalam hidup Anda – hanya berlaku jika dengan bekal pendidikan itu Anda bisa meraih kemandirian ekonomi.
Jika pendidikan kuliah S1 yang mahal itu hanya hasilkan pengangguran, maka investasi pendidikan yang makan waktu dan biaya banyak itu akan menjadi kurang optimal manfaatnya.
Lalu, bagaimana agar investasi pendidikan yang menghabiskan biaya hingga puluhan juta itu bisa menghasilkan ROI yang bagus?
Berikut tiga jalan yang bisa dilalui.
Jalan # 1 : Memilih Jurusan S1 yang Akurat
Studi yang dilakukan oleh Georgetown University memang menunjukkan : salah milih jurusan S1 bisa membuat Anda kehilangan potensi penghasilan hingga miliaran. Ini memang studi di Amerika, namun mungkin terjadi juga di tanah air.
Dalam studi tersebut, ditemukan fakta bahwa sejumlah jurusan tertentu seperti jurusan Computer Science, Perminyakan hingga Teknik Elektro dan Mesin, secara rata-rata lulusannya akan mendapatkan income yang jauh lebih tinggi dibanding mereka yang lulusan jurusan sosial humaniora (seperti jurusan Sosiologi, Pendidikan Anak, hingga jurusan seperti ilmu Keguruan dan aneka ilmu sosial lainnya).
Di tanah air mungkin juga terjadi fenomena seperti temuan diatas. Lulusan jurusan fakultas ilmu-ilmu sosial dan humaniora relatif lebih kecil potensi penghasilannya dibanding lulusan dari jurusan perminyakan, ilmu komputer, elektro atau jurusan manajemen.
Pelajarannya : saat mau milih jurusan kuliah, barangkali kita juga mesti melihat prospek kerja dan potensi income dari para lulusan jurusan ini.
Jalan #2 : Self Education to Enhance Your Life Skills
Jalan yang kedua ini mau bilang : kadang hanya andalkan ijazah S1 dan IP tinggi tak jamin Anda akan sukses dalam dunia nyata (apalagi jika IP rendah).
Keberhasilan hidup acapkali ditentukan juga oleh kecakapan kita untuk melakukan “self education” – berani belajar secara otodidak mengenai beragam skills yang dibutuhkan untuk survive dan sukses dalam kehidupan.
Kini sudah ada Google Campus dan Youtube University – kita bisa dengan mudah belajar ilmu apa saja melalui kedua medium itu. Cukup pilih skills yang ingin Anda pelajari, dan lalu pelajari secara otodidak (self-learning), dan kemudian secara konsisten melakukan praktek dan praktek.
Proses pembelajaran secara mandiri semacam itu acapkali akan memberikan extra skills pada diri Anda, dan kelak bisa memberikan impak yang sama signifikannya (atau bahakn lebih) daripada hanya pendidikan formal kuliah S1.
Jalan # 3 : Memilih untuk Tidak Kuliah S1
Cara ketiga ini mungkin cara yang agak radikal. Maksudnya daripada habiskan biaya hingga Rp 96 juta buat kuliah S1, yang setelah lulus belum tentu dapat kerjaan dengan gaji bagus, maka kenapa tidak milih alternatif lain.
Alternatif lain yang saya rasa harus mulai menjadi trend ini adalah : cukup investasikan waktu dan biaya pendidikanmu untuk ikut kursus-kursus super aplikatif dengan durasi 6 hingga 24 bulan, tentang skills praktikal yang bisa langsung menghasilkan.
Contoh skills super aplikatif ini adalah :
– kursus fotografi
– kursus masak
– kursus menjahit dan mendesain
– kursus web desaign
– kursus SEO
– kursus FB Advertising
– kursus Instagram Marketing
– Dan aneka kursus aplikatif lainnya.
Kursus-kursus diatas fokusnya adalah PRAKTEK LANGSUNG, atau belajar tentang SKILLS SUPER APLIKATIF. Durasinya juga juga jauh lebih pendek daripada kuliah S1. Biaya kursus juga jauh lebih murah daripada harus kuliah 4 tahun.
Namun karena fokusnya langsung pada skills aplikatif, maka lulusan beragam kursus tadi bisa langsung hasilkan income yang mantap.
Seorang yang sudah menguasai ilmu FB Ads misalnya, dengan mudah bisa mendapatkan income Rp 10 juta/bulan (hanya dengan modal kursus intensif selama 1 bulan, dan praktek konsisten selama 6 bulan, dan dengan biaya investasi yang jauh dibawah 96 juta).
Dengan demikian, pilihan kursus aplikatif itu akan bisa menghasilkan ROI yang lebih cemerlang dibanding kuliah S1.
DEMIKIANLAH, ulasan tentang ROI of your education, dan juga tiga rute yang bisa Anda lalui agar investasi pendidikan Anda bisa menghasilan ROI yang bagus.
Sekali lagi, pada akhirnya salah satu investasi terbaik itu adalah to invest in yourself. Investasi untuk membuat otakmu makin brilian dan skills makin cetar membahan.
Best investment in your life is investing your money to sharpen your mind.
Mantap tidak Salah baca blog ini pagi2, selalu tidak berhenti belajar atau punah
Yap memilih jurusan yang tepat adalah koentji tapi jika sudah terlanjur Salah maka improve dgn skill seperti kursus terutama kurus internet marketing seperti SEO
Thanks
Salam
https://www.sipilu.com
Tepat dan setuju banget Pak Yodh!
Selama masih diberi kesempatan hidup, kegiatan belajar mengajar tidak boleh berhenti.
Makanya .peluang bisnis dunia pendidikan pun tak ada matinya.
Entah kondisinya krisis, atau booming.
Apalagi kursus-kursus yang super aplikatif untuk mengelola bisnis, seperti KURSUS AKUNTANSI dan Laporan Keuangan, itu perlu banget.
Kecuali ingin bisnis dan usahanya nyungsep atau ingin nganggur 🙂
| Akuntansi untuk SDM ada di https://manajemenkeuangan.net/ |
Seperti biasa, selalu menambah insight di senin pagi. Mantap pak Yodh!
penerjemah-inggris.com
Alhamdulillah mendapat narasi yang bagus di pagi hari ini.
Saya setuju bila pendidikan menjadi investasi. Esensinya adalah ilmu yang dimiliki disertai praktek yang memang sudah teruji kecakapannya.
Bila ilmu S1 tapi prakteknya malah seperti SMK/SMA maka malah akan down grade. Kadang ditemukan di lapangan lulusan SMK lebih ahli soal di lapangan daripada S1.
Tapi bukan berarti hanya cukup puas lulus dengan mendapat gelar lulusan SMK/SMA saja. Lulusan D3 atau S1 tapi dengan paket keahlian sesuai dengan pendidikannya tentu jauh lebih powerful.
https://mengajimakna.com/
sebuah blog inspirasi dan motivasi
Jepang pasca Perang Dunia II yang dicari adalah sistem Pendidikan nya, karena Kaisar sadar dengan pendidikan inilah Jepang mampu bangkit dari keterpurukan..
Mencerahkan..
Setuju mas, saya hanya lulusan smk, namun dengan kesungguhan saya relajar internet marketing dan ngeblog. Alhamdullilah mudas sekali dalam mendapatkan income sampingan
Mungkin bagusnya kombinasi poin 1 dan 2 di atas, kombinasi antara pendidikan formal & informal bisa jadi duet yang cetar membahana
Kebanyakkan lulusan baik itu SMA atau S1 tidak dibekali pendidikan soal financial..
Oleh karena itu, ketika kerja mereka bingung. Gajinya di alokasikan kemana aja. Dan fatalnya, alokasinya banyak ke pembayaran pinjaman / hutang..
Sehingga untuk melakukan alokasi gaji ke arah investasi tidak pernah dilakukan. Baik itu untuk pengembangan diri atau untuk keperluan di masa depan.
Bagi yg sudah terlanjur salah pilih jurusan…cepat tuh ambil salah satu kursua yg di sarani sama suhu yodhia..dijamin gak bakal nyesel.
Setuju mas dgn warren buffet. Pendidikan itu penting. Ilmu dan wawasan sangat penting
Tap tidak hanya sebatas ilmu textbook di perkuliahan saja. Menurut saya ilmu practical, hands on experience, dan wawasan umum juga sangat penting karena masih banyak hal yang selalu bisa dipelajari. Tak lupa, ilmu agama pun sangat penting. Tana pengetahuan agama, seseorang akan pincang kakinya. Semoga kita selalu bisa belajar setiap waktu
Salam
https://umrahjogja.com
pendidikan emang penting tapi belajar seperlunya saja. dan fokus sama 1 keahlian sesuai minat/hobi.
ketidak adilan jaman sekolah/kuliah knp guru/dosen matkul bisa beda2? 1 matkul 1 dosen? sedangkan kita di suruh harus bisa semuanya?
emang kita di program jadi miskin :v
mau kaya? belajar dari pengalaman hidup (bukan di pendidikan formal)
Untuk bisa melanjutkan kuliah (S1) harus menempuh dulu pendidikan SD sampai dengan SMA. Menurut saya, harus dihitung juga investasi biaya pendidikan dari SD sampai SMA.
skill apa yang kira-kira bisa memberikan dampak besar terhadap income tapi bisa dipelajari lewat google campus dan youtube university saat ini ??
tolong share idenya .. hehehe
Benar,investasi terbaik adalah pendidikan, namun akan menjadi sia-sia manakala tidak bisa mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Jadi penting untuk melihat, apakah investasi pendidikan yang dipilih, akan memberikan hasil yang sepadan nantinya.
Thanks
kereen..
http://www.toku.id
kerreeeenn
“….. cukup investasikan waktu dan biaya pendidikanmu untuk ikut kursus-kursus super aplikatif dengan durasi 6 hingga 24 bulan, tentang skills praktikal yang bisa langsung menghasilkan…..”
ini yg sedang saya lakukan ?
mantap. artikel yang bisa dijadikan rujukan