Strategi Bisnis Hadapi Resesi Ekonomi

Definisi resesi ekonomi itu adalah jika pertumbuhan ekonomi sebuah negara anjlok atau minus selama dua kuartal berturut-turut.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal dua (April, Mei, Juni) telah minus 5,3% (pertama kali minus sejak 20 tahun terakhir).

Diramalkan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga (Juli, Agustus, September) juga masih akan tetap minus (estimasi turun 1%).

Jika pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga nanti tetap minus, maka secara resmi ekonomi Indonesia akan memasuki fase resesi. Terakhir kita mengalami resesi ekonomi pada tahun 1998 saat krisis moneter yang amat kelam.

Resesi kali ini, kita semua tahu, muncul setelah negara api pandemi datang menyerang. Pandemi memang membuat banyak sektor ekonomi porak poranda. Alasannya simpel : pandemi ini membuat mobilitas orang anjlok. Padahal jantung aktivitas ekonomi bisnis itu adalah mobilitas orang. Saat pergerakan atau mobilitas orang dibatasi secara ketat (seperti saat PSBB total Mei lalu), maka otomatis sebagian aktivitas ekonomi bisnis akan lumpuh.

Tapi pembatasan mobilitas orang itu memang pil pahit yang harus ditelan, agar pandemi terkendali. Sebab jika mobilitas orang dibiarkan longgar, maka negara api pandemi akan makin sukses membunuh ratusan ribu manusia. Dan saat itu terjadi, maka kerugiannya pasti tak terbayangkan dan tak terhitung nilainya.

Dengan kata lain, resesi ekonomi adalah sebuah pilihan yang harus dihadapi agar tak terjadi kehancuran ekonomi sosial yang makin parah.

Lalu jika memang resesi ekonomi akan terjadi, maka langkah bisnis apa yang kudu diambil untuk mengantisipasinya? Berikut tiga langkah bisnis yang layak dipertimbangkan dan dijalankan.

Langkah Bisnis Hadapi Resesi #1 : Kendalikan Variable Cost

Salah satu efek pandemi ini adalah anjloknya penjualan. Sebabnya seperti yang tadi sudah diungkapkan : mobilitas orang yang menurun otomatis akan juga menurunkan permintaan pembelian untuk beragam jenis produk yang dijual oleh para pelaku bisnis. Misal mall, resto, kafe, dealer mobil dan motor, hotel, tempat wisata, airline, hingga gerai gadget; semua mengalami kejatuhan penjualan yang signifikan.

Cara paling simpel untuk mengatasi anjloknya penjualan adalah tentu saja mengurangi biaya variabel (atau biaya yang naik turun sesuai dengan volume penjualan). Dengan kata lain, kurangi produksi jika pelakunya adalah produsen. Atau kurangi volume kulakan barang jika bisnisnya adalah sebagai reseller atau agen penjualan.  Jika bisnisnya adalah ruko atau kafe atau gerai kuliner, maka langkahnya adalah menutup sebagian toko yang makin sepi pembeli (dan hanya membuka toko untuk melayani penjualan secara online).

Mengurangi volume produksi, volume kulakan barang atau mengurangi jumlah gerai yang buka, secara otomatis akan mengurangi biaya variabel seperti : biaya pembelian bahan baku, biaya kulakan, hingga biaya biaya listrik.

Dengan menurunkan variable cost, maka otomatis sebuah bisnis bisa melakukan penghematan biaya yang signifikan, dan harapannya membuat mereka bisa terus bertahan ditengah serbuan pandemi yang tak kenal kata menyerah.

Mengendalikan biaya variabel merupakan cara krusial untuk menghindar dari kerugian; sebab saat resesi, uang masuk dari hasil penjualan akan anjlok. Jika biaya variabel tetap dibiarkan tinggi, maka otomatis sebuah bisnis akan kolaps dan gugur ditengah jalan.

Langkah Bisnis Hadapi Resesi #2 : Kendalikan Fixed Cost

Selain variable cost, maka siasat lain agar sebuah bisnis bisa survive adalah dengan memangkas fixed cost. Biaya tetap ini adalah biaya yang jumlahnya relatif sama, meski penjualan anjlok. Saat penjualan jatuh karena resesi ekonomi, maka fixed cost ini idealnya juga kudu dipangkas. Sebab jika tidak, maka otomatis akan menjadi beban keuangan yang memilukan.

Contoh fixed cost antara lain adalah biaya gaji dan tunjangan pegawai, biaya sewa gedung atau pabrik, biaya penyusutan hingga biaya asuransi (misal asuransi kebakaran gedung).

Dari contoh biaya tetap di atas, maka yang paling mudah dipangkas adalah biaya gaji dan tunjangan karyawan. Sebab biaya sewa gedung biasanya sudah dibayar dimuka dan jangka panjang; sehingga tidak mudah dipangkas. Demikian juga, biaya penyusutan juga tidak mudah dihindari jika penyusutannya mencakup mesin-mesin produksi yang sudah telanjur dibeli.

Maka pilihan pahit yang acap terpaksa diambil adalah mengurangi biaya gaji karyawan. Caranya ada macam-macam : bisa dengan memangkas sebagian karyawan (bahasa lainnya, PHK karyawan); atau bisa juga meliburkan karyawan tanpa gaji (nanti akan digaji kembali jika karyawan sudah masuk dan keadaan normal); atau bisa juga mengurangi gaji semua karyawan saat ini misal sebesar 30% (nanti gaji akan kembali normal jika virus pandemi sudah berhasil digilas oleh vaksin dan pelan-pelan penjualan kembali normal).

Memangkas biaya gaji dan tunjangan karyawan adalah pilihan pahit yang terpaksa diambil, sebab hanya dengan itu, maka fixed cost bisa diturunkan, dan kelangsungan bisnis punya peluang untuk survive.

Langkah Bisnis Hadapi Resesi #3 : Jualan secara Online dengan Agresif

Untuk sebagian jenis bisnis, ini adalah pilihan yang masuk akal. Anjloknya penjualan sebagian bisnis disebabkan karena memang adanya pembatasan mobilitas orang. Melalui penjualan secara online (via media sosia, via online marketplace atau juga via Gofood), maka anjloknya penjualan secara offline bisa dikompensasi, dan bahkan omzet malah bisa meningkat.  

Contoh ada penjual buah di sekitaran komplek saya yang anjlok penjualannya secara offline karena orang pada malas keluar rumah. Namun dia segera gercep membuka lapak di marketplace seperti Tokopedia dan Shopee. Saat saya cek, angka penjualannya sangat tinggi, dan bahkan mungkin melebihi penjualan konvensional saat keadaan masih normal.

Ada banyak gerai makanan yang bisa tetap survive karena bergabung dengan layanan Gofood dan Grabfood, meski penjualan offline mereka mati suri gegara pandemi.

Poinnya adalah : di saat pandemi seperti sekarang, banyak bisnis yang harus secara agresif melakukan penjualan secara online. Mereka harus mulai secara serius melakukan digital marketing; dan tidak boleh hanya mengandalkan penjualan konvensional secara tatap muka seperti dulu lagi. Dengan kata lain, pandemi ini mendorong banyak pelaku bisnis untuk makin serius go online.

Demikianlah, tiga langkah atau strategi bisnis yang kudu dilakoni dalam rangka menyambut Tahun Resesi Nasional beberapa waktu lagi. Semoga vaksin bisa segera ditemukan, dan keadaan ekonomi menjadi normal kembali.

2 thoughts on “Strategi Bisnis Hadapi Resesi Ekonomi”

Comments are closed.