Pandemi tak pelak telah memukul telak laju ekonomi. Kejatuhan ekonomi pada akhirnya juga menyebabkan petaka yang kelam : lahirnya 3,7 juta penganggur baru.
Saya tidak tahu apakah Anda juga kehilangan pekerjaan dan pendapatan atau tidak. Atau kalaupun sekarang belum, mungkin juga terancam kehilangan nafkah.
Lalu bagaimana sebaiknya kita harus mengantisipasi ancaman kehilangan pekerjaan ini?
Menjadi pengangguran tentu saja sebuah kondisi yang muram, dan jika terlalu lama terjadi, bisa memunculkan depresi.
Bahtera rumah tangga juga bisa jatuh dalam nestapa jika Anda sampai harus kehilangan nafkah. Sebab bagaimana anak dan istri akan bisa makan dan bayar biaya sekolah, kalau nafkah lenyap?
Lalu bagaimana kita harus mengantipasi potensi ancaman kehilangan pekerjaan dan penghasilan ini?
Klik gambar untuk akses free KPI software.
Jika saat ini Anda masih mendapatkan full income, alhamdulillah. Namun tidak ada salahnya, kita semua mesti merajut langkah antisipatif jika kelak sewaktu-waktu kita sampai harus kehilangan pekerjaan utama, dan menjadi barisan jobless.
Berikut tiga langkah antisipasi yang selayaknya diusung, sehingga kita siap menghadapi risiko kehilangan pekerjaan.
Antisipasi #1 : Terus Menumbuhkan Skills dengan Nilai Jual yang Tinggi
Cara menguji apakah skills Anda mudah dijual atau tidak itu, adalah dengan menjawab pertanyaan : jika hari ini saya di PHK, berapa lama saya bisa mendapatkan pekerjaan baru (dengan asumsi kondisi sudah normal)?
Makin cepat artinya skills Anda mudah dijual dan dipasarkan.
Dengan kata lain, karena skills Anda solid, maka akan banyak perusahaaan lain yang dengan senang hati meng-hire Anda jika Anda kehilangan pekerjaan di perusahaan lama.
Sayangnya, banyak penganggur yang tidak memiliki skills yang mudah dipasarkan. Faktanya, mereka ini di-PHK justru karena memang skills-nya tidak begitu penting bagi perusahaan lama dimana ia bekerja. Alhasil, dia akan kesulitan mencari pekerjaan baru karena memang skills-nya murah dan tidak unik.
Ibarat produk, skills Anda akan laku keras kalau memiliki “diferensiasi” atau memang kualitasnya solid. Kalau skills-nya level KW, maka tentu akan sulit cari pekerjaan baru jika terkena PHK.
Punya skills yang mudah dijual juga akan membuat kita tidak grogi saat harus kehilangan pekerjaan.
Sebab, kita bahkan bisa menjual jasa keahlian (skills) yang kita miliki tanpa harus bekerja pada perusahaan lagi. Artinya, Anda bisa menjadi freelancers atau pekerja lepas yang murni dibayar per projek karena keahlian yang Anda miliki.
Maka, teruslah asah skills dalam bidang profesi atau pekerjaan Anda. Tumbuhkan skills khusus yang punya nilai jual tinggi dan mudah dipasarkan. Dengan bekal skills yang solid, maka kehilangan pekerjaan dari perusahaan saat ini, sama sekali bukanlah sebuah masalah.
Antisipasi #2 : Punya Multiple Income Stream
Intinya, kita punya sumber pendapatan lebih dari satu. Selain misalnya punya penghasilan utama dari gaji, kita juga punya income sampingan yang lumayan bisa diandalkan.
Tentu saja akan sangat bagus kalau besarnya income sampingan itu minimal berkisar 50% dari gaji utama. Syukur suatu saat bisa sama angkanya.
Namun sebagai awalan, jumlah income sampingan dengan nilai 25% dari gaji utama, sudah lumayan oke.
Apa tujuan income sampingan? Agar saat kita kehilangan pekerjaan utama (dan penghasilan utama), kita masih bisa bertahan hidup.
Terus terang ini yang saya alami saat ini. Penghasilan saya dari bisnis konsultan drop 90% dari tahun lalu. Kejatuhan yang amat signifikan.
Beruntung saya masih punya income dari bisnis online yang nilainya lumayan bagus. Kalau tidak ada income dari bisnis online, hidup saya bisa terkaing-kaing.
Pelajarannya : maka usahakan agar kita punya sumber penghasilan lebih dari satu.
Dengan demikian, saat satu sumber penghasilan hilang, kita masih bis melanjutkan perjalanan hidup, dan tidak harus terjebak hutang sana-sini buat membiayai hidup.
Antisipasi #3 : Punya Dana Darurat
Langkah antisipasi yang terakhir ini intinya mengajak kita untuk menyiapkan dana darurat, persis untuk menghadapi kondisi sulit seperti di era pandemi saat ini.
Di era pandemi ini, kita mungkin bisa kehilangan pekerjaan dan sekaligus penghasilan utama. Faktanya memang muncul 3,7 juta penganggur baru – sebuah angka yang besar.
Selain mengandalkan income sampingan (multiple income stream), cara lain buat bertahan hidup adalah dengan memiliki cadangan dana darurat yang cukup memadai.
Idealnya, dana darurat ini jumlahnya sama dengan 6 bulan gaji atau penghasilan kita selama ini.
Harapannya, saat kita kehilangan pekerjaan dan pendapatan tetap, kita bisa terus makan dan membiaya sekolah anak dengan dana darurat tersebut.
Tanpa adanya income sampingan, dan juga tanpa ada dana darurat, maka tentu saja seseorang bisa mengalami kesulitan buat membiayai hidupnya.
Dan seperti yang saya pernah tulis, saat berada dalam kondisi kesulitan keuangan, seseorang justru akan makin tulalit. Daya kognisi dan kejernihan berpikirnya akan anjlok karena stress memikirkan kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Dan itu kelam : sebab justru di masa sulit seperti ini, ketajaman otaknya amat dibutuhkan buat memikirkan solusi dan jalan keluar.
Lalu bagaimana dia bisa berpikir kreatif memikirkan solusi, jika otaknya mampet karena stress memikirkan keuangannya yang makin menipis?
Kalau saja orang itu punya dana darurat, pikiran dia akan sedikit lebih tentram karena dia merasa masih punya simpanan uang buat bertahan hidup hingga pandemi berakhir.
Selain itu, dengan dana darurat itu, dia bahkan bisa menggunakannya untuk modal usaha kecil-kecilan yang bisa dijalani buat menghasilkan uang.
Tanpa dana darurat, orang ini sama sekali tidak akan punya kesempatan buat merintis usaha, sebab jangankan buat modal usaha, uang buat makan saja sudah makin tipis.
DEMIKIANLAH, tiga langkah antisipasi yang layak dijalani demi menghadapi ancaman kehilangan pekerjaan dan penghasilan utama. Tiga langkah ini adalah :
1. Terus menumbuhkan skills yang mudah dijual
2. Berusaha untuk memiliki sumber income lebih dari satu (multiple income stream)
3. Berusaha menyiapkan dana darurat saat kondisi keuangan masih aman (sedia payung sebelum hujan).
Harapannya, semoga di masa sulit ini, rezeki Anda tetap mengalir dengan penuh barokah.