Di era digital yang serba bergerak dengan cepat ini, banyak orang yang dengan sedikit nada bangga mengatakan : saya jago multitasking, mengerjakan banyak hal dalam waktu yang hampir bersamaan. Saya merasa produktivitas saya naik karena saya mahir dalam melakukan multitasking.
WRONG.
Beragam studi empirik tentang produktivitas menunjukkan melakukan multi-takisng JUSTRU akan menurunkan level produktivitas kita hingga 40%.
Dalam beragam studi ini, disebutkan fakta muram : rutin melakukan multitasking malah akan membuat sel saraf otak Anda menjadi makin lemot, dan akhirnya justru menurunkan mutu hasil kerja kita dalam jangka panjang.
Dalam eksperimen dimana otak responden di-scan dengan MRI, terlihat mereka yang sedang melakukan multitasking mengalami penurunan fokus, level konsentrasinya makin memburuk, dan akhirnya hasil kerjanya jauh dari harapan.
Kenapa begitu? Para pakar neurologi (ahli tentang brain science) mengatakan : otak kita manusia itu bekerja secara sekuensial, dan menyukai sebuah proses kerja yang runtut, misal dari A-B-C ke D.
Otak kita membenci jika kita ajak untuk bekerja secara zig-zag, misal dari A tiba-tiba ke Q, lalu lompat ke Z, dan kembali ke B, lalu lompat lagi R. Otak kita menjadi tidak maksimal jika kita bekerja dengan pola zig-zag seperti itu.
Klik gambar untuk akses free KPI software.
Dan itulah yang terjadi saat kita multitasking. Kita berpindah-pindah melakukan aktivitas, diselingi dengan banyak interupsi. Titik fokus otak kita menjadi mudah terpecah, dan tidak bisa menekuni sebuah aktivitas dengan tuntas. Otomatis, hasil akhirnya menjadi tidak maksimal.
Berikut contoh multitasking yang acap dilakukan banyak orang : bekerja bikin laporan sambil sesekali cek email atau disambi dengan scroll-scroll layar hape; atau cek isi chat di WA group.
Atau contoh lain : menyelesaikan penulisa laporan, sambil diselingi interupsi permintaan untuk mengerjakan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan proses penulisan laporan.
Contoh multitasking lain juga kadang terjadi : mengerjakan lima jenis kerjaan yang berbeda dalam waktu yang hampir bersamaan.
Seperti yang disebut di atas, multitasking sejatinya membuat fokus kita mudah terpecah; dan akibatnya kualitas kerja menjadi tidak maksimal, dan bahkan malah membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikannya.
Kenapa multitasking malah bikin kita lebih lamban? Sebab otak kita itu ternyata butuh waktu untuk berpindah dari satu titik fokus ke fokus lainnya. Dan perpindahan fokus yang terlalu sering ini malah bikin otak jadi lemot. Kerja kita jadi makin lamban.
Selain itu, dengan multitasking, otomatis sumber daya pikiran kita menjadi terbagi-bagi, dan tidak bisa full menekuni sebuah tugas dengan maksimal dan tuntas. Hasil akhirnya juga sama : kualitas kerja menjadi kurang optimal karena kekuatan pikiran dan energi kita terpecah untuk banyak hal sekaligus.
Maka pakar produktivitas bilang : stop multitasking, sebab multitasking itu justru musuh utama produktivitas; dan membuat kinerja kita tidak maksimal kualitasnya.
Pakar produktivitas mengatakan prinsip yang harus diusung bukan multitasking; tapi prinsip DO LESS and OBSESS. Maknanya : kerjakan sedikit aktivitas saja, namun aktivitas ini memang yang benar-benar paling vital perannya. Dengan kata lain fokus pada “Pareto Activities” atau aktivitas super krusial yang jumlahnya hanya 1 atau 2, namun berdampak amat penting bagi kinerja bisnis masa depan.
Setelah itu, be obsess dengan Pareto Activities ini. Lakukan aktivitas super penting ini dengan penuh totalitas dan fokus yang intens.
Pakar produktivitas dari UC at Berkeley, Profesor Morten Hansen dalam buku Great at Work menuliskan hasil risetnya : orang-orang yang super profuktif ternyata hanya fokus pd 1 hingga 2 tugas utama saja (very important tasks); dan lalu fokus habis-habisan dengan tugas ini.
Orang-orang yang super profuktif tidak pernah melakukan multitasking – atau akrobat melakukan 5 tugas sekaligus secara bersamaan.
Dengan fokus pada tugas yang Pareto Activities yang super penting dan jumlahnya sedikit, hanya 1 atau 2 saja; maka kinerja seseorang akan menjadi lebih prima. Dia bisa lebih fokus dan total dalam menyelesaikan tugasnya. Energi dan pikirannya tidak akan terpecah-pecah seperti saat dia aktobat melakukan multitasking.
Dijamin dengan cara seperti itu, maka kualitas kerja kita akan makin cetar membahana.
Sekarang renungkan : apa Pareto Activities, atau tugas paling inti atau paling utama dalam profesi Anda? Pilih 1 atau 2 saja. Lalu fokuskan segenap energi dan pikiranmu secara total untuk mengerjakan very important tasks ini.
Selanjutnya stop multitasking. Apalagi ngerjain laporan sambil terus scroll-scroll layar hape.