3 Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari Saat Melakukan Investasi Keuangan Personal

Jika Anda ingin punya income extra selain dari penghasilan utama Anda saat ini, maka kegiatan investasi keuangan secara cerdas merupakan salah satu caranya.

Dengan melakukan investasi, Anda mengajak uang yang Anda miliki untuk bekerja keras mencari income extra agar hidup Anda sedikit lebih maknyuss.

Prinsip kunci investasi itu memang seperti itu : melatih tabungan uang yang Anda miliki agar juga memiliki semangat untuk bekerja keras, demi kesejahteraan Anda sebagai pemiliknya.

Sayangnya, kegiatan investasi keuangan personal seringkali gagal dilakukan dengan baik karena tiga kesalahan fatal berikut ini.

Apa saja 3 kesalahan fatal yang bisa membuat investasi keuangan kita jadi termehek-mehek dan terkaing-kaing?

Mari kita bedah dalam sajian kali ini.

Kesalahan Fatal #1 : Investasi Justru Hancur karena Mentalitas Ingin Kaya dengan Cepat

Sesungguhnya, investasi keuangan yang cerdas itu memang akan bisa Anda menjadi kaya raya, namun prosesnya membutuhkan waktu yang panjang dan kesabaran yang extra.

Misal, jika Anda menginvestasikan dana Rp 30 juta saja buat membeli saham Bank BCA, uang Anda akan menjadi Rp 5 milyar lebih. Jumlah hasil investasi yang fantastis bukan?

Namun proses mengubah 30 juta menjadi 5 milyar itu terjadi dalam 20 tahun- tidak mendadak turun dari langit dalam hitungan bulan seperti nafsu banyak orang.

(Fyi, harga saham BCA pada bulan Januari 2001 hanya Rp 200; saat ini harganya Rp 33.600 – atau naik 168 kali lipat).

Poinnya adalah : ya, investasi memang bisa bikin Anda jadi milioner, namun prosesnya lamaaaa, dan butuh kesabaran ekstra (dan tentu kejelian dalam memilih instrumen investasi yang akan dibeli).

Dalam ilmu investasi ada juga dikenal keajaiban dunia yang ke-8, namanya adalah “compounding return”. Maknanya : Anda bisa kaya raya, jika tiap tahun disiplin melakukan investasi dengan return tertentu, dan dilakukan secara konsisten dan jangka panjang (bukan jangka pendek yang instan).

Misal jika setiap awal tahun Anda bisa invest Rp 10 juta, dan return per tahun adalah 15%, dalam tahun ke 20, Anda akan dapat hasil Rp 1 milyar.

Again, dalam jangka panjang (yakni 20 tahun), investasi yang bagus (return 15% per tahun) memang dapat membuat kita lumayan kaya raya.

Sejumlah Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) saya cek bisa menghasilkan return 15% per tahun secara cukup konsisten dalam jangka yang cukup panjang (misal 15 tahun berturut-turut). Topik tentang Jenis-jenis Reksadana kapan-kapan akan kita ulas secara khusus.

Intinya : dalam jangka panjang, asal kita SABAR, maka investasi memang bisa menghasilkan cuan yang maknyuss.

Sayangnya, sikap mental kesabaran itu acap lenyap dikalahkan nafsu ingin cepat kaya secara mendadak.

Psikologi dan nafsu ingin kaya mendadak ini yang membuat semua keputusan investasi menjadi tidak rasional, dan akhirnya justru membawa kerugian yang bikin hati terluka amat parah.

Misal : gara-gara nafsu ingin cepat kaya, banyak orang terjebak investasi bodong yang akhirnya membuat dana investasi mereka lenyap entah kemana. Banyak banget kejadian seperti ini.

Contoh lain : karena ingin kaya mendadak, sejumlah orang sok-sokan investasi bitcoin atau main saham yang lagi hot, atau ikut trading forex; namun akhirnya semua jutsru berakhir dengan kerugian.

Kenapa akhirnya malah rugi? Karena terjebak tren sesaat, dan godaan emosi ingin cepat kaya mendadak.

Karena emosi keserakahan, maka proses pengambilan keputusan menjadi tidak rasional; dan hampir pasti hasilnya justru akan negatif.

Solusinya : Get Rich Slooooowly.

Kalau instrumen investasinya tepat, simpan dalam jangka panjang, minimal 15 tahun. Alon alon waton kelakon. Dalam jangka panjang, dijamin Anda akan punya peluang sukses yang jauh lebih tinggi dibanding yang mentalitasnya ingin kaya mendadak.

Kesalahan Fatal #2 : Melupakan Hukum Risk vs Reward

Dalam ilmu investasi ada hukum besi yang bunyinya seperti ini : potensi keuntungan investasi selalu berbanding lurus dengan risiko kerugian yang akan dihadapi. Ini hukum besi yang super eksak, seperti 3 + 3 = 6. 

Sayangnya, ada banyak orang yang berpikir 3 + 3 bisa dibengkokkan menjadi 10 atau bahkan 15. Yang nggak bakalan bisa, Fergusso.

Maknanya : jika kita ingin potensi return investasi 100%, maka kita harus siap dengan risiko kerugian yang tinggi juga, misal bisa mengalami penurunan nilai investasi hingga 50%.

Namun ya itu tadi, karena nafsu ingin kaya dengan cepat, risiko itu dianggap tidak ada.

Misal tempo hari ada orang yang hutang pinjaman online demi bisa beli saham yang lagi hot namun ternyata harganya malah anjlok setelah dia beli. Atau ada orang yang sampai menjual rumahnya karena rugi melakukan kegiatan investasi (baca : trading) forex.

Kejadian yang agak konyol semacam itu terjadi karena orang-orang melupakan hukum risk vs reward. Fokusnya hanya pada potensi keuntungan yang menggiurkan, dan sama sekali tidak peduli dengan risiko kerugian yang setiap saat akan datang menyergap.

Akhirnya : ya wasalam deh.

Solusi : setiap mau melakukan investasi, pikiran juga risiko kerugiannya.

Misal jika kita enggan dengan potensi risiko tinggi, mungkin lebih baik investasi emas saja.

Dalam 20 tahun, harga emas naik sekitar 10 kali lipat – dari harga Rp 80 ribu per gram di tahun 2001 menjadi Rp 800an ribu per gram di tahun 2021. Angka kenaikan yang lumayan bagus, meski kalah dibanding kenaikan harga saham BCA atau BRI misalnya dalam periode yang sama.

Namun saham BRI atau BCA pernah anjlok hingga 50% di sepanjang sejarahnya, sementara emas tidak pernah. Kalau nyali Anda kecil dan tidak siap menghadapi potensi kerugian hingga 50%, ya hindari instrumen yang fluktuatif ini. Sebab emosi Anda biasanya akan panik dan akhirnya proses decision making jadi amburadul.

Kesalahan Fatal #3 : Tidak Melakukan Investasi Karena Memang Tidak Ada Dananya

Kesalahan ketiga ini lumayam muram. Kita tidak bisa melakukan investasi sama sekali karena memang tidak ada uangnya.

Boro-boro melakukan investasi Mas, untuk bayar cicilan ini itu saja masih suka kurang…..

Wah runyam juga yak kalau begitu.

Memang idealnya, kita bisa menyisihkan minimal 20% dari penghasilan tahunan kita (atau total gaji  dalam setahun plus bonus kalau ada) untuk investasi. Sayangnya, ada sejumlah orang yang tidak bisa meraih kondisi ideal ini.

Oke, kalau begitu, mungkin dimulai dari 5% dulu. Pelan-pelan lalu dinaikkan 10% dan kemudian kelak semoga 20% penghasilan bisa tersedia untuk investasi keuangan personal.

Bagaimana solusi agar bisa punya dana investasi sebesar 20% dari penghasilan? Anda bisa baca solusi panduannya DISINI.

Demikianlah ulasan tentang tiga kekeliruan dalam melakukan investasi keuangan personal. Semoga kita bisa menghindari ketiga hal ini dalam perjalanan keuangan yang kita lalui.

6 thoughts on “3 Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari Saat Melakukan Investasi Keuangan Personal”

  1. atau sebagai “ivestor bisnis” ada temen lagi butuh duit untuk buat 100 piece kaos 15 juta, pengerjaan 2 minggu, bagi hasil per kaos nya 4500, dapat laah bagi hasil 450ribu” atas dasar trust dan profesional, dalam waktu 2 minggu.

    Tinggal mencari peluang2 “investasi” bisnis real dari pelaku usaha skala kecil dan kecil banget, bantu mereka bertahan dan mengembangkan usaha, dan plus cuan di kita sebagai “investor”

  2. Yang paling keliru menurut saya berhutang untuk investasi saham hehe.. lagi marak yg investasi tapi pakai uang pinjaman yang harus di bayar setiap bulan sementara hasil dari saham tidak menentu.

    1. bener banget nih, fenomena yang lagi booming dan sebenernya bahaya banget, yg namanya investasi saham tuh pake uang dingin bukannya pake uang panas wkwkwk

  3. Menarik pembahasan soal investasi ini. Saya setelah membaca buku Financial Freedom Roadmap pak Yodhia, mulai melirik saham sebagai instrumen investasi dan itu terjadi ketika masa-masa awal pandemi di bulan april… emang masih krang yakin sih, tapi paling tidak sekarang sudah lebih paham tentang emiten saham, gimana menentukan harga wajar, di harga berapa beli dan teknik belinya seperti apa…masuk…

    memang tidak mulus, tetapi paling tidak saya sudah mencoba untuk investasi di saham (gak hanya saham tentunya)…

    O iya sekedar sharing nih, menurut saya ada satu kesalahan lagi yang terkadang tidak diperhatikan yaitu Tidak Menjadikan Investasi sebagai Habbit

    dengan menjadikannya sebagai Habbit, kita jadi rutin dan jangka panjang juga dan yang pasti gak boros….

  4. Benar sekali apa yang disampaikan Pak Yodhya. Saat ini saya sebagai karyawan namun juga menginvestasikan dana di saham dan copy trader forex. Bahkan investasi di Copy Trader Forex FIN888 saya menghasilkan passive income jauh lebih besar dari gaji saya. History rugi terbesar FIN888 selama 1 tahun sejak berdiri adalah 1.4%. Dengan potensi return 3-8% net per bulan (angka yang sangat masuk akal untuk trading forex), maka dengan kemampuan auto compound dalam 1 tahun bisa menghasilkan 100%. FIN888 menggunakan broker terpercaya Samtradefx (sebagai sponsor resmi 2 tim Utama Liga Inggris), dan dana langsung disetor ke Broker tanpa 1 rupiah pun disetor ke FIN888 atau membernya sehingga mengurangi potensi adanya penipuan.

    Risk Reward dari FIN888 sangatlah menarik karena Profit vs Loss : 84% : 16%.

    Berikut adalah statistik akun investor fin888
    https://www.myfxbook.com/members/ositek/fin888/6083397

    Jika tertarik bisa kontak 081586509964. Boleh bebas bertanya apa saja. Saatnya membuat Uang Anda bekerja untuk Anda!!!

Comments are closed.