Strategi Jitu Menghadapi Information Overload agar Tak Makin Overthinking

Di era ledakan digital ini telah terjadi apa yang sering disebut sebagai “information overload”.

Setiap detik, selalu ada jutaan byte informasi yang terus membanjiri layar hape yang Anda pegang. Entah informasi dari media online, dari puluhan group WA yang Anda ikuti, atau dari aneka konten media sosial yang terus mengalir tak pernah berhenti sepanjang 24 jam dalam sehari.

Namun yang muram adalah jutaan konten informasi online ini juga seperti terjebak dalam negativity bias. Konten-konten yang hadir lebih banyak mengabarkan nuansa negatif – misal informasi tentang kerusuhan sosial, tawuran, korupsi, pemerkosaan, kekerasan seksual, kasus kebencian antar warga, penghinaan, ragam berita hoax, dan aneka konten negatif lainnya.

Konten negatif ini lebih sering hadir, sebab memang jenis konten semacam lebih disukai, lebih mudah dijual, lebih mudah menyebar, dan lebih cepat mendapatkan reaksi dari para penyimaknya.

Profesor Jonah Berger, pakar ilmu marketing dari Northwestern University dalam karyanya tentang the science of viral marketing menyebut sebuah konten mudah menjadi viral jika konten ini mengundang unsur emosi kemarahan, frustasi dan kekecewaan kolektif (Berger, 2010). Bahkan berita hoax yang tidak valid akan tetap mudah menyebar jika di dalamnya mengandung konten yang memicu kemarahan dan kebencian (hate contents).

Gempuran konten online dengan nuansa negatif itu pelan-pelan, sering tanpa kita sadari, akhirnya juga memicu emosi negatif dalam jiwa kita (misal kita juga menjadi makin pesimis, marah, kecewa, frustasi, sedih, benci, iri dan dengki, dll).

Garbage in, garbage out. Saat banjir informasi yang masuk ke kepala kita lebih banyak bernuansa negatif, tidak inspiring dan rendah kadar kualitasnya, maka otomatis yang akan keluar dari kepala kita juga adalah output yang sama.

Dan saat banjir informasi negatif itu terus menerpa, maka jiwa kita tidak akan pernah bisa meraih titik kebahagiaan yang optimal. Sebaliknya, jiwa kita akan lebih banyak dihujani dengan beragam emosi yang negatif juga.

Pada akhirnya, Anda tidak akan pernah sukses meraih kebahagiaan yang hakiki, jika jiwa Anda selalu diliputi oleh frustasi, kekecewaan, kesedihan, kemarahan, kebencian, ataupun perasaan iri dan dengki.

Itulah kenapa kita harus melatih atensi pikiran kita untuk lebih banyak fokus pada informasi yang inspiring dan membangkitkan harapan positif.

Caranya simpel. Misal Anda bisa memulainya dengan unfollow atau unfriend akun-akun media sosial yang sering mengabarkan aneka konten negatif yang tidak berfaedah dan hanya memicu emosi negatif.

Selanjutnya, Anda juga bisa mengurangi ekspose Anda dengan berita-berita online yang terlalu sering mengabarkan bad news. Skip atau lewatkan link berita heboh yang isinya berupa hanya berisi kehebohan yang negatif.

Jangan malah Anda men-share berita kehebohan negatif semacam ini, sebab hal ini akan membuat konten itu menjadi viral. Ada sebuah studi yang menunjukkan, konten negatif (misal kehebohan tentang pemerkosaan, bunuh diri, pembakaran rumah ibadah, pembantaian anjing, pengemboman) yang menjadi viral gara-gara di-share banyak orang, JUSTRU bisa memicu orang lain untuk menirunya (Cialdini, 2007).

Ironis bukan?

Itulah kenapa kita perlu hati-hati sebelum menshare berita atau informasi negatif (misal tentang kekerasan seksual atau kejadian bunuh diri). Kenapa? Sebab viralnya berita semacam ini JUSTRU akan mendorong lebih banyak orang untuk melakukan kekerasan seksual atau melakukan bunuh diri.

Strategi lainnya untuk melawan information overload adalah latih otak pikiran Anda untuk tidak mudah bereaksi dengan aneka bad news dan konten negatif yang hanya memicu emosi negatif dalam diri Anda.

Anda juga perlu melatih otak pikiran Anda untuk secara otomatis mengabaikan aneka konten online yang negatif dan tidak banyak memberikan faedah bagi pengembangan diri Anda.

Sebaliknya, fokuskan atensi pikiran Anda untuk lebih banyak follow atau menyimak aneka konten dan informasi yang inspiring. Follow akun-akun media sosial yang isinya inspiring dan lebih banyak mengabarkan harapan positif. Luangkan waktu lebih banyak untuk menyimak blog-blog yang memberikan konten yang bagus bagi proses pengembangan diri Anda.

Selain itu, alokasikan waktu untuk lebih banyak membaca buku (bisa buku fisik atau digital book) yang isinya inspiratif, menggugah dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi proses pertumbuhan pribadi Anda.

Sejumlah penelitian menunjukkan, rajin membaca buku-buku yang inspiring memberikan dampak bagus pada tiga aspek kunci, yakni 1) melatih sel saraf otak Anda agar tetap tajam; 2) membantu Anda untuk melakukan peningkatan skills dan wawasan pengetahuan; serta yang  tidak kalah penting 3) membantu meningkatkan rasa  bahagia dan kepuasan batin dalam jiwa Anda.

Sekali lagi esensi dari strategi menghadapi serbuan information overload ini adalah : jauhi dan abaikan gempuran informasi negatif yang mudah memicu emosi negatif dalam diri kita; dan sebaliknya arahkan atensi pikiran pada informasi yang bisa menumbuhkan harapan positif, kebahagiaan dan optimisme akan masa depan.