Anda Gagal Menjadi Kaya secara Pelan-pelan Karena Attention Span Anda Makin Hancur

Salah satu bekal kunci dalam perjalanan panjang menjadi kaya secara pelan-pelan adalah kemampuan untuk membangun long and deep attention span atau kecakapan menumbuhkan rentang atensi yang panjang dan mendalam pada sebuah proses, sebuah usaha, atau sebuah topik tertentu yang ingin dipelajari.

Sayangnya, kecakapan yang amat krusial ini justru makin rapuh digilas oleh budaya smartphone yang makin memendekkan rentang atensi dengan serbuan konten yang dangkal, serba pendek, serba-permukaan dan kurang mendalam, dan terus menyerbu ke sel saraf pemirsanya setiap hari, diulang terus-menerus.

Contoh makin rapuhnya attention span ini sering terjadi. Misal, sering sekali seseorang bertanya tentang informasi sesuatu (misal tentang harga, kapan acaranya, atau bagaimana cara ordernya), padahal semua informasi ini sudah JELAS tertulis dalam poster iklan yang disajikan dalam layar HP mereka. Orang ini masih saja bertanya mengenai informasi yang sudah jelas terpampang, karena rentang atensinya amat pendek. Bahkan, untuk membaca informasi dengan tuntas saja ia enggan melakukannya.

Contoh lain lagi adalah kebiasaan untuk hanya membaca judul sebuah berita (yang juga cenderung click-bait) dan kemudian langsung mengambil kesimpulan tanpa mau bersusah-susah membaca isinya. Ini contoh buruknya attention span.

Contoh berikutnya dari makin pendeknya rentang atensi (attention span) adalah makin sedikitnya anak muda yang mampu membaca buku ratusan halaman dengan terfokus dan mendalam (sebab memang selama ini otaknya terus dilatih oleh layar smartphone untuk hanya rela membaca konten-lonten yang super pendek serba ringkas dan bisa dikonsumsi dengan cepat dan serba bergegas). Makin banyak anak muda yang malas membaca buku tebal dan membutuhkan fokus mendalam; sebab rentang atensinya makin pendek. Sekali lagi, smartphone yang telah membuat rentang atensi anak-anak muda ini makin hancur berantakan.

Tentu saja fenomena makin pendeknya rentang atensi ini merupakan antitesis dari kebutuhkan krusial untuk menjadi kaya secara pelan-pelan, yakni kebutuhan untuk bisa membangun rentang atensi yang panjang dan mendalam.

Kita butuh sekali atention span yang panjang dan terfokus (tidak mudah terditraksi) sebab hanya dengan rentang atensi yang panjang maka kita akan mampu menjalani proses perjuangan yang rumit dan melelahkan. Saat rentang atensi Anda makin rapuh, maka Anda juga akan makin mudah menyerah saat menghadapi problem dan perjuangan yang acap panjang dan membosankan. Saat rentang atensi Anda makin memburuk gara-gara serbuan smartphone, maka lenyap pula kecakapan Anda untuk mau tekun dan fokus mempelajari sesuatu secara mendalam.

Pada sisi lain, rentang atensi yang panjang juga amat dibutuhkan saat kita mau berjuang mengembangkan diri + meningkatkan skills.  Sebab proses pembelajaran yang spartan hanya bisa dilakukan jika seseorang memiliki rentang atensi yang panjang dan mendalam. Saat seseorang memliki rentang atensi yang pendek maka kemampuannya menyerap ilmu dan skills baru akan makin hilang.

Studi yang dilakukan untuk melacak dampak attention span terhadap proses penguasaan skills menunjukkan, sesorang dengan rentang atensi yang panjang cenderung akan lebih cepat menguasai skills yang dipelajarinya serta memiliki kemampuan menyerap ilmu dengan lebih bagus (Mendoza, 2018). Sebaliknya, seseorang dengan rentang atensi yang pendek, akan makin kesulitan mencerna pengetahuan baru demi peningkatan skills.

Orang yang terlalu manja bertanya meski info sudah jelas terpampang; orang yang mudah terjebak click-bait; dan orang yang malas membaca makalah panjang serta mendalam; semua jenis orang ini akan makin ketinggalan dalam proses pengembangan skills sebab retang atensi mereka makin rapuh.

Saat pengembangan skills seseorang mengalami stagnasi, maka masa depan dia juga akan kian kelam dan termehek-mehek dalam kenestapaan.

Lalu apa solusinya?

Seperti yang telah diuraikan di depan, kebiasaan mengonsumsi konten yang serba ringkas dan bergegas di depan layar smartphone ternyata memberikan dampak muram yang tak terduga. Kebiasaan ini bukan saja membuat kita makin terbiasa untuk menikmati instant gratification (dan akhirnya membuat kita cenderung makin tak sabaran sabaran untuk menghargai proses yang lama dan membosankan), namun juga pelan-pelan merusak kekuatan fokus dan rentang atensi kita.

Karena itu, salah satu cara terbaik untuk mengembalikan kekuatan fokus dan attention span, adalah dengan mengurangi durasi pemakain HP, terutama untuk aktivitas yang non-esensial atau tidak penting. Aktivitas di depan layar smartphone yang tidak penting artinya adalah yang bukan berkaitan dengan pekerjaan utama kita atau bisnis yang kita lakukan.

Aktivitas smartphone yang tidak penting artinya adalah menikmati aneka konten yang acap kali tidak berdampak sama sekali bagi peningkatan skills dan income kita. Aktivitas smartphone yang tidak penting ini mungkin bisa memakan hingga 50% dari waktu total yang kita gunakan setiap harinya di depan layar HP.

Secara bertahap kita mesti mengurangi waktu di depan layar smartphone dan mengubahnya menjadi aktivitas lain yang lebih berfaedah. Misal, tiap malam, alih-alih menghabiskan waktu di depan layar HP, maka jauh lebih baik jika waktunya dialokasikan untuk membaca buku atau memelajari panduan yang mendalam tentang skills yang mau ditumbuhkan. Atau, bisa juga waktunya dialihkan untuk mempraktikkan skills yang sedang mau dikuasai (misal praktik menulis artikel, praktik membuat bahan presentasi hingga praktik membuat blog).

Alternatif lain yang bisa digunakan sebagai pengganti waktu di depan layar smartphone adalah menjalani beragam aktivitas yang tidak memerlukan HP, misal aktivitas berkebun, aktivitas bersepeda jauh menembus hutan dan alam, aktivitas memasak, memelihara ikan atau burung, hingga menjalani beragam aktivitas olah tubuh (beragam jenis olahraga). Poinnya adalah sebisa mungkin kita mengurangi ketergantungan kita pada layar smartphone dan mengurangi durasi pemakaiannya untuk aktivitas non-esensial.

Pada akhirnya, ada sebuab paradoks digital yang layak dikenang. Smartphone dengan segala kecanggihannya telah banyak membantu proses komunikasi penyelesaian aktivitas pekerjaan dan bisnis yang kita jalani.

Namun, terlalu lama dan terlalu sering menggunakannya, terutama untuk aktivitas yang non-esensial justru berdampak amat buruk bagi penguatan delayed gratification skills, daya fokus, dan attention span dalam diri kita. Jangan biarkan tragedi ini terjadi dalam perjalanan kita meraih kekayaan secara pelan-pelan.