Bagaimana cara sukses dan survive di era yang katanya serba modern ini? Ternyata ada dua cara kuno yang usianya ribuan tahun, dan efektif untuk menaklukkan tantangan kehidupan digital di era modern ini. Apa saja dua cara klasik yang powerful ini? Mari kita telisik dalam sajian pagi ini, sambil ditemani sarapan nasi uduk.
Pertama-tama harus dipahami : agar sukses di era modern ini, kita kudu memiliki kekuatan fokus dan rentang atensi yang panjang. Rentang atensi maksudnya adalah kita punya kemampuan untuk menekuni sebuah action secara mendalam dan atensi yang panjang. Tanpa kekuatan fokus dan attention span yang panjang, maka kita akan mudah menyerah dalam perjuangan melakukan action. Tanpa kemampuan attention span yang prima, kita akan gagal melakukan action secara KONSISTEN.
Lalu bagaimana cara menumbuhkan kekuatan fokus dan rentang atensi kita, agar mampu membantu kita menjalani sesuatu dengan tekun dan konsisten? Kita bisa menumbuhkannya dengan latihan menguatkan otot fokus dan rentang atensi kita (attention muscle).
Seperti halnya kerja otot manusia, fokus dan rentang atensi itu ternyata punya pola kerja yang mirip. Jika tidak pernah dilatih maka otomatis fungsinya akan makin melemah. Sialnya, selama ini otot fokus dan rentang atensi kita malah dilatih oleh layar smartphone untuk hanya fokus pada hal-hal yang super pendek dan dangkal. Otomatis kekuatan otot fokus dan rentang atensi kita juga akan makin pendek dan melemah.
Kita harus merebut kembali kekuatan otot fokus dan rentang atensi kita. Kita harus berjuang menumbuhkan kembali kekuatan otot fokus dan rentang atensi ini, sebab kita paham betapa pentingnya peran mereka dalam perjalanan menjadi kaya secara pelan-pelan.
Ada dua cara kuno nan klasik yang bisa dijalani untuk menguatkan otot fokus dan rentang atensi kita agar menjadi lebih tangguh.
Latihan pertama adalah dengan menumbuhkan kebiasaan membaca buku atau tulisan/makalah/artikel panjang (long-form article) dengan tebal halaman yang relatif panjang (misal dengan jumlah 50 halaman).
Puluhan studi ilmiah telah dilakukan untuk melacak berbagai dampak positif kegiatan membaca terhadap penguatan daya kongisi dan pikiran kita. Salah satu temuannya adalah : kegiatan membaca buku atau artikel panjang (atau melakukan proses deep reading) sangat membantu meningkatkan kekuatan fokus dan rentang atensi (attention span) kita. Alasannya barangkali sederhana : kebiasaan membaca buku dengan tebal halaman yang cukup panjang, memang pelan-pelan melatih otak kita untuk bisa menyimak sebuah gagasan secara panjang dan mendalam juga (Moawad, 2019).
Dampak positif lainnya dari kebiasaan membaca buku yang ditemukan dalam serangkaian studi adalah : membuat kita menjadi lebih kreatif, memiliki problem solving yang lebih kuat, wawasan lebih luas dan mendalam, pikirannya lebih open-minded, lebih menghargai keberagaman, dan juga membuat pelakunya menjadi lebih bahagia (Moawad, 2019).
Namun satu dampak khusus yang berkaitan dengan latihan penguatan fokus adalah karena kebiasaan membaca buku atau artikel panjang memang membuat daya fokus dan attention kita menjadi makin tangguh. Kebiasaan membaca akan membuat kita bisa membangun kekuatan untuk menekuni sebuah aktivitas kunci secara terfokus, dan dengan rentang atensi yang panjang, sehingga hasilnya juga akan menjadi lebih optimal.
Dati uraian di atas kita jadi paham, kebiasaan membaca buku atau artikel panjang bukan saja membuat wawasan kita makin bertambah, namun ada dampak tersembunyi lainnya yang juga krusial, yakni kebiasaan itu akan membuat kita menjadi lebih mudah membangun fokus dan attention span yang panjang – dua elemen kunci untuk membuat kita menjadi pribadi yang makin tekun dan konsisten saat menjalani sebuah aktivitas kunci, apapun jenis aktivitas kunci ini.
Karena itu, jika kita memang ingin merenggut kembali kekuatan fokus dan attention span kita (yang selama ini pelan-pelan sudah dirampas oleh kultur smartphone yang serba dangkal dan bergegas), maka kita mesti pelan-pelan menumbuhkan kembali kebiasaan membaca ini – sebuah kebiasaan yang usianya sudah ribuan tahun.
Selain kebiasaan membaca buku, ada satu lagi kebiasaan yang tak kalah kunonya, namun ternyata menurut riset-riset ilmiah terkini juga memiliki dampak yang amat dahsyat bagi penguatan faya fokus dan rentang atensi kita.
Kebiasaan klasik yang satu ini namanya adalah meditasi.
Ya benar, puluhan studi saintifik telah dilakukan untuk melacak dampak kebiasaan melakukan meditasi bagi penguatan fokus, konsentrasi dan rentang atensi para pelakunya (Thorpe and Link, 2020). Temuannya layak dicatat : yakni kebiasaan meditasi ternyata memang memiliki dampak yang amat positif bagi proses pemekaran kekuatan fokus, daya konsentrasi dan rentang kendali para pelakunya. Bukan itu saja : studi-studi saintifik juga menemukan fakta jika meditasi ini juga berdampak positif bagi penguatan daya resiliensi (atau ketangguhan mental dan ketekunan) bagi para pelakukanya.
Meditasi intinya adalah kita duduk bersila dalam kondisi tenang, dan lalu pusatkan pikiran hanya pada satu titik tertentu saja. Saat awal, titik pusat perhatian sebaiknya diarahkan pada gerakan nafas yang kita lakukan. Gerakan nafas dilakukan melalui hidung, sementara mulut tertutup. Fokuskan pikiran pada gerakan nafas melalui hidung secara perlahan. Saat pikirannya berbelok memikirkan aneka hal lainnya (misal memikirkan cicilan, memikirkan pekerjaan, atau memikirkan gebetan, dll), arahkan lagi fokus pikiran pada aliran nafas yang kita lakukan. Rasakan perlahan aliran nafas melalui hidung, tarik nafas perlahan, dan kemudian hembuskan nafas melalui hidung secara perlahan. Fokuskan pikiran pada aliran nafas ini secara perlahan.
Jika sudah terbiasa, maka pelan-pelan pusat pikiran bisa diarahkan untuk merapalkan kalimat dzikir sambil merenungkan kebesaran Sang Ilahi. Melakukan kombinasi meditasi dan dzikir ini bukan saja akan membuat kekuatan fokus kita makin mekar, namun juga sekaligus akan memperkuat pengalaman spiritual kita – sebuah proses yang amat krusial untuk meraih sukses yang sejati, yakni sukses dunia dan sukses akherat.
Kebiasaan melakukan meditasi x dzikir ini bisa dilakukan cukup selama 3 menit saja untuk pertama kalinya. Selanjutnya jika sudah cukup nyaman, durasinya bisa ditingkatkan menjadi 5 atau 7 menit, atau bahkan 15 menit. Jalani kebiasaan ini misal setiap selesai shalat Subuh atau setiap selesai shalat Tahajud.
DEMIKIANLAH dua cara ampuh yang bisa kita jalani untuk menguatkan otot fokus dan rentang atensi kita. Dua cara ini ini ternyata semuanya berasal dari tradisi klasik yang kuno, yakni kebiasaan membaca (sebuah tradisi yang sudah berumur ribuan tahun) dan melakukan meditasi (juga sebuah tradisi kuno yang berusia ribuan tahun).
Ajaibnya, dua kebiasaan klasik nan kuno ini justru amat powerful dijalani di era digital yang serba modern ini. Ibaratnya, di era digital yang serba penuh distraksi ini, kita diajak untuk kembali menekuni hal-hal yang bersifat fundamental dan mendasar (back to basic).
Dengan kata lain, untuk bisa sukses dan survive di era digital yang katanya serba modern ini, kita justru harus bisa melakoni kembali tradisi kuno yang sudah bertahan ribuan tahun lamanya.
Paradoks indah lalu terjadi : dengan tradisi kuno ini kita justru akan bisa menaklukkan kehidupan dunia modern dengan gemilang.