Kenapa Kita Semua Mudah Terjebak dalam Mentalitas Instan dan Keinginan Mendapatkan Hasil secara Cepat?

Ya kenapa kita semua mudah terjebak dalam mentalitas Instan dan keinginan mendapatkan hasil secara cepat? Jawabannya adalah karena hadirnya cognitive errors bernama PRESENT BIAS.

Present bias adalah jenis kesalahan kognitif manusia yang banyak diteliti dalam ilmu behavioral economics. Present bias tak pelak merupakan salah satu dimensi psikologis manusia yang acap membuat kehidupan finansial masa depan menjadi suram dan berantakan.

Present biasa pada dasarnya merupakan kecenderungan kita sebagai manusia (yang lemah dan banyak khilaf ini) untuk lebih menghargai imbalan (reward) yang langsung bisa dinikmati saat ini juga, dibanding harus menunggu imbalan positif di masa depan.

Kita manusia itu lebih suka dengan “instant gratification”, atau instant reward yang langsung bisa dinikmati. Kita cenderung malas dan enggan untuk melakukan hal sebaliknya, yakni “delayed gratification” atau menunda kesenangan saat ini demi hasil positif di masa depan.

Slogannya : kalau bisa dinikmati sekarang juga, kenapa harus menunggu lama.

Present bias terungkap dalam sebuah eksperimen berikut ini. Sekelompok responden diberikan pilihan : A) mau menerima uang Rp 1,5 juta saat ini juga atau B) menerima uang Rp 1,7 juta namun minggu depan. Mayoritas responden memilih opsi A atau pilihan yang pertama. Banyak orang tidak suka menunggu terlalu lama, meski sebenarnya mereka akan mendapatkan hasil yang lebih besar.

Present bias sejatinya juga tertampil dalam beragam contoh keseharian yang kita lakukan. Misal jebakan present bias terjadi saat orang lebih suka membelanjakan uangnya untuk membeli gadget baru demi kesenangan saat ini misalnya, daripada digunakan untuk tabungan dan investasi demi persiapan finansial masa depan. Contoh serupa : menggunakan uang yang ada sekarang untuk beli aneka barang di olshop rasanya bisa lebih memberikan “instant pleasure” dibanding memasukkan uang itu dalam tabungan untuk kebutuhan masa depan.

Contoh lain. Sejumlah orang lebih suka makan enak yang ada disekelilingnya, daripada melakukan diet yang secara kesehatan akan lebih menguntungkan bagi masa depan dirinya. Makan enak sekarang jauh lebih menggoda dibanding memikirkan kelangsingan dan kesehatan tubuh masa depan.

Contoh lain lagi. Lebih enak rasanya rebahan di kasur sambil main hape saat sekarang ini, daripada harus menyelesaikan tugas pekerjaan yang deadline-nya masih minggu depan.

Itu semua contoh jebakan present bias. Intinya kita lebih ingin langsung merasakan “instant pleasure” atau “instant reward” saat ini juga. Sekarang. Kita lebih menghargai reward yang langsung bisa dirasakan saat ini juga (present bias). Sebaliknya kita cenderung merendahkan sesuatu yang sebenarnya lebih berfaedah, kalau sesuatu ini baru bisa kita rasakan di masa depan yang jauh (future bias).

Pertanyaannya kenapa kita manusia itu cenderung lebih menyukai “instant gratification” dibanding harus menunda kesenangan saat ini demi manfaat masa depan? Sebab ternyata memang ada bagian dalam sel saraf kita itu yang menyukai sesuatu yang bersifat instant dan langsung bisa dinikmati tanpa harus susah payah. Sesuatu yang langsung bisa dirasakan dan dinikmati saat ini itu bersifat lebih nyata (tangible) dan ini lebih menggoda dibanding membayangkan manfaat masa depan yang terasa masih abstrak.

Membayangkan dan makan aneka gorengan dan kue yang enak saat ini langsung terasa nyata, dibanding membayangkan manfaat diet bagi masa depan ksehatan yang terasa masih abstrak. Rebahan di kasur saat ini sambil scroll-scroll hape terasa lebih nyata dan langsung bisa dinikmati, dibanding membayangkan manfaat belajar demi masa depan yang masih abstrak.

Pada sisi lain, menunda kesenangan saat ini demi manfaat masa depan juga amat butuh energi willpower yang kuat. Sementara tidak banyak orang yang memiliki willpower yang tangguh.

Menunda kesenangan saat ini demi sukses masa depan juga acap membutuhkan banyak aksi yang melelahkan dan tidak nyaman. Padahal keluar dari zona nyaman ini tidak begitu disukai sel saraf kita yang lebih suka kenyamanan (comfort zone) dan cenderung menikmati kemalasan.

Dilihat dari perspektif masa depan keuangan personal kita, maka kecenderungan present bias ini bisa memberikan beragam dampak yang merugikan.

Misal seperti contoh yang telah diuraikan di depan. Sejumlah orang lebih hobi membelanjakan uangnya demi kesenangan saat ini, daripada menabung buat persiapan masa depan. Tindakan semacam ini tentu saja akan kurang menguntungkan bagi masa depan keuangan personal kita. Present bias akan membuat kita selalu tergoda untuk menghabiskan uang demi kesenangan saat ini (present times), dibanding menyimpannya demi persiapan hidup masa depan yang lebih penting.

Kombinasi present bias dan mentalitas instant gratification, juga bisa membuat kita terjebak untuk mengharapkan hasil instan saat ini juga, demi kesenangan sekarang. Mentalitas instan yang selalu ingin hasil secepatnya, sekarang juga, bisa membuat kita mengabaikan kekuatan proses dan ketekunan yang panjang.

Padahal kita tahu, hasil masa depan yang gemilang selalu membutuhkan kemampuan menunda kesenangan saat ini (delayed gratification), mau berjibaku melakukan proses secara konsisten, dan terus gigih berjuang di tengah beragam tantangan.