Strategi Menghindari Present Bias dan Godaan Instant Gratification

Dalam artikel minggu lalu kita sudah mengulik tentang salah satu cognitive error yang acap merusak masa depan kita, yakni present bias. Bias ini membuat kita mudah terjebak dalam mentalitas instan dan memberikan dampak merugikan bagi masa depan finansial dan kehidupan kita.

Karena itulah, kita selayaknya melakukan serangkaian strategi untuk bisa menghindari dari jebakan present bias ini. Berikut dua trategi praktikal yang layak dijalankan untuk menghadapi potensi ancaman present bias dan sekaligus godaan instant gratification.

Strategi Hadapi Present Bias #1 : Susun Rencana Perilaku yang Spesifik

Dalam keseharian yang kita jalani, acapkali kita melakukan beragam tindakan impulsif yang muncul karena situasi di sekitar kita pada saat tertentu.

Misal kadang kita tergoda untuk membeli barang secara impulsif lebih karena godaan diskon online yang terus muncu di layar hape kita. Atau contoh lain : kita kadang secara impulsif membeli makanan meski kita tahu makanan ini sarat kolesterol, bikin kita jadi gemuk dan tidak menyehatkan. Kita secara impusif membeli makanan yang tidak sehat ini karena mood atau mungkin juga karena pengaruh lingkungan sekitar.

Contoh lain lagi : kita acap secara impulsif langsung buka hape saat setiap kali merasa bengong, dan kemudian menghabiskan waktu untuk scroll-scroll apa saja yang acap tidak ada faedahnya (dan sering tanpa terasa menghabiskan waktu satu jam lebih).

Semua contoh tindakan di atas bersifat impulsif, dan sesungguhnya terjadi karena adanya dorongan present bias. Kita secara mendadak mengambil sebuah keputusan demi memenuhi kesenangan saat ini juga; tanpa memikirkan dampaknya bagi masa depan.

Solusi untuk mengatasi tindaka impulsif yang didorong oleh present bias tersebut adalah dengan menyusun rencana penerapan perilaku yang spesifik (behavior implementation plan).

Contoh praktikalnya seperti ini. Misal Anda ingin lebih memanfaatkan sebagian penghasilan Anda untuk investasi masa depan, dan bukan habis untuk belanja impulsif, maka Anda bisa menyusun semacam komitmen perencanaan seperti ini : tiap tanggal terima gajian, maka dana sebesar sekian langsung akan saya alokasikan ke rekening khusus untuk membeli instrumen investasi yang bermanfaat (entah saham, reksadana, emas atau lainnya). Akan lebih bagus jika dalam rekening tersebut ada fitur auto debet, sehingga secara otomatis, dana Anda akan ditarik untuk pembelian instrumen investasi yang sudah Anda tetapkan.

Fitur auto debet yang bersifat otomatis tak pelak merupakan salah satu inovasi yang tampaknya kecil, namun sesungguhnya memberikan dampak positif yang powerful bagi proses pengelolaan keuangan personal kita. Sebab dengan fitur aut debet ini, kita tidak lagi harus ribet memikirkan setiap bulan, apa yang harus kita lakukan dengan uang kita. Mengurangi proses pengambilan keputusan karena semua sudah berjalan secara otomatis, akan sangat membantu kita untuk menghindar dari jebakan keputusan impulsif yang merugikan.

Contoh rencana penerapan perilaku lainnya. Misal Anda ingin mengalokasikan sebagian waktu Anda di malam hari untuk kegiatan yang berafedah, dan bukan habis hanya untuk nonton televisi atau scroll-scroll layar hape. Maka Anda bisa menetapkan rencana perilaku seperti ini : setiap habis shalat Isya, saya akan mengalokasikan waktu 30 menit saja  untuk membaca buku atau panduan materi yang relevan dengan proses peningkatan skills yang saya perlukan.

Dua contoh di atas adalah sampel rencana penerapan perilaku yang spesifik (di dalamnya ada informasi tindakan apa yang akan dilakukan, kapan dan jika perlu berapa lama durasinya, atau berapa rupiah yang akan diinvestasikan).

Dan riset-riset dalam human behavior menunjukkan, rencana perilaku yang spesifik semacam itu sangat efektif mendorong Anda untuk melakukan tindakan secara lebih terencana, terukur dan berfaedah – dan bukan selalu terjebak dalam godaan tindakan yang impulsif, terjebak present bias, dan instant gratification mentality.

Sekarang coba renungkan, rencana perilaku spesifik apa yang hendak Anda jalani. Rumuskan dengan spesifik (mencakup apa, kapan, dan bagaimana tindakannya). Melalui komitmen perencanaan yang spesifik seperti ini, maka pelan-pelan Anda bisa mengurangi tindakan implusif yang tak terencana dan acap karena pengaruh jebakan present bias.

Strategi Hadapi Present Bias #2 : Pecah Tujuan Jangka Panjang yang Abstrak Menjadi Tujuan Jangka Pendek dan Kecil Skalanya

Dalam uraian di depan disebutkan salah satu sebab mengapa banyak orang lebih menyukai kesenangan saat ini juga, dibanding menunda demi kesenangan masa depan adalah karena mereka merasa masa depanya masih jauh dan terasa abstrak.

Orang-orang kadang enggan untuk melakukan “delayed gratification” (menunda kesenangan demi nikmat masa depan), karena merasa nikmat masa depannya terasa jauh sekali, padahal mereka inginnya kalau bisa sekarang sudah ada hasilnya.

Cara untuk mengatasi problem seperti di atas sebenarnya relatif simpel, yakni pecah dan rincikan tujuan jangka panjang itu dalam satuan tindakan yang lebih kecil dan langsung bisa diukur progres, serta segera dirasakan hasilnya.

Contoh : saya ingin kaya lima tahun lagi. Tujuan jangka panjang ini terasa abstrak, dan masih jauh di depan. Sehingga acap orang tidak begitu komit menjalaninya. Akan lebih bagus jika tujuan jangka panjang yang abstrak itu dirinci dalam tindakan yang kecil, terukur dan nyata (tangible) sehingga bisa dilacak progresnya. Misal : tiap malam selama 1 jam saya akan belajar tentang Facebook Advertising, sehingga dalam waktu 6 bulan saya sudah bisa menguasai dan menghasilkan uang dari iklan FB.

Tujuan itu lebih spesifik dan juga bisa dipantau progresnya tiap minggu, atau tiap bulan. Progres kemajuan ini amat penting, sebab penelitian menunjukkan Anda akan bisa terus konsisten dan termotivasi, jika bisa merasakan progres kemajuan yang spesifk dan bisa dimonitori tiap minggu atau setidaknya tiap bulan.

Contoh lain : ada orang yang punya impian ingin menjadi penulis buku yang terkenal dan produktif. Namun tujuan ini abstrak, dan tidak akan efektif bagi orang yang mudah tergoda instant graification. Akan lebih bagus jika tujuan abstrak itu dipecah menjadi tujuan kecil (small goals) yang spefisik dan terukur, misal : orang itu cukup berhasil menulis 3 halaman buku tiap hari. Cukup 3 halaman saja. Kalau proses kecil ini bisa dilakukan terus menerus, maka otomatis hasilnya akan datang dengan sendirinya (dalam dua bulan ia bisa menulis 1 buku).

Memecah tujuang abstrak ke dalam tujuan kecil (small goals) membuat kita bisa merasakan hasil yang lebih segera. Small goals dan small results bisa membuat kita merasakan hasil proses kerja kita dengan lebih cepat. Dan ini penting : sebab ingat, kita itu cenderung ingin mendapatkan hasil yang instan dan punya kecenderungan present bias.

Memecah tujuan jangka panjang kita yag abstrak dalam tujuan yang kecil yang mudah dan segera bisa dipantau kemajuannya – adalah trik kita agar tujuan itu menjelma menjadi lebih nyata (tangible) dan mudah dirasakan hasilnya. Dengan cara ini maka rasa dahaga kita akan present bias dan instant results, bisa dipenuhi. Dan pada gilirannya, kita menjadi lebih termotivasi untuk menjalaninya secara optimal.