Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia mencatatkan deflasi selama empat bulan berturut-turut, sebuah fenomena yang jarang terjadi di negara dengan ekonomi berkembang seperti Indonesia.
Deflasi, yang merupakan kebalikan dari inflasi, terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu.
Sementara inflasi yang terkendali dianggap sehat bagi perekonomian, deflasi sering kali menimbulkan kekhawatiran karena dapat mengindikasikan masalah ekonomi yang lebih dalam.
Artikel ini akan membahas alasan di balik terjadinya deflasi di Indonesia selama empat bulan berturut-turut dan dampaknya terhadap perekonomian.
Penyebab Deflasi di Indonesia
Penurunan Permintaan Konsumen
Salah satu faktor utama terjadinya deflasi adalah penurunan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.
Setelah pandemi COVID-19, daya beli masyarakat cenderung menurun, dan meskipun perekonomian mulai pulih, banyak orang masih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Ketidakpastian ekonomi global dan domestik membuat konsumen lebih memilih untuk menabung daripada berbelanja. Penurunan konsumsi ini menyebabkan harga-harga barang dan jasa turun, yang akhirnya memicu deflasi.
Klik gambar untuk akses free KPI software.
Pasokan yang Berlebihan
Deflasi juga dapat terjadi akibat kelebihan pasokan barang dibandingkan dengan permintaan yang ada. Dalam beberapa sektor, terutama sektor pertanian dan komoditas, produksi yang berlebih dan permintaan yang stagnan menyebabkan harga turun secara signifikan.
Misalnya, harga bahan pangan yang terus mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir disebabkan oleh panen yang melimpah, sementara permintaan konsumen tetap lemah.
Turunnya Harga Komoditas Global
Harga komoditas global, seperti minyak, gas, dan bahan pangan, juga turut mempengaruhi inflasi di Indonesia. Ketika harga komoditas turun di pasar internasional, hal tersebut mengurangi biaya produksi bagi perusahaan dan harga barang-barang terkait di dalam negeri. Hal ini juga menurunkan biaya transportasi dan logistik, yang pada akhirnya menekan harga barang-barang konsumsi.
Penguatan Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah yang kuat terhadap mata uang asing, terutama dolar AS, juga berkontribusi terhadap deflasi. Penguatan rupiah membuat harga barang impor menjadi lebih murah, yang menurunkan harga di pasar domestik. Ketika harga impor turun, inflasi yang biasanya didorong oleh kenaikan biaya impor juga ikut tertekan.
Dampak Deflasi Terhadap Perekonomian
Menurunnya Pendapatan Perusahaan
Salah satu dampak langsung dari deflasi adalah penurunan pendapatan bagi perusahaan. Ketika harga barang dan jasa menurun, margin keuntungan perusahaan menjadi lebih tipis, terutama jika biaya produksi tetap tinggi. Hal ini dapat membuat perusahaan kesulitan untuk bertahan, terutama di sektor-sektor yang bergantung pada harga jual yang stabil, seperti industri manufaktur dan retail.
Potensi Penurunan Upah dan Pengangguran
Dengan turunnya pendapatan, perusahaan mungkin terpaksa memotong biaya, termasuk dengan menurunkan upah karyawan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Penurunan upah atau hilangnya pekerjaan dapat memperburuk daya beli masyarakat, yang akhirnya membuat permintaan konsumen semakin melemah. Ini menciptakan siklus deflasi yang semakin sulit dihentikan.
Penurunan Investasi
Ketika harga barang dan jasa terus turun, prospek keuntungan bagi investor juga menjadi kurang menarik. Investasi domestik dan asing dapat melambat karena para pelaku usaha enggan mengambil risiko di tengah ketidakpastian harga. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi bisa melambat dan penciptaan lapangan kerja baru menjadi terbatas.
Beban Utang yang Meningkat
Dalam situasi deflasi, nilai riil utang meningkat karena harga barang dan jasa menurun, tetapi jumlah utang tetap sama.
Baik sektor swasta maupun pemerintah akan menghadapi beban yang lebih berat untuk membayar utang. Bagi masyarakat yang memiliki pinjaman, deflasi dapat menjadi ancaman karena daya beli mereka semakin tergerus oleh utang yang tidak berkurang meskipun harga barang-barang turun.
Kesimpulan
Terjadinya deflasi selama empat bulan berturut-turut di Indonesia merupakan tanda bahwa perekonomian sedang mengalami tantangan, terutama dalam hal permintaan konsumen dan stabilitas harga.
Meskipun deflasi dapat memberikan keuntungan sementara berupa harga barang yang lebih murah, dampak jangka panjangnya dapat merugikan pertumbuhan ekonomi, pendapatan perusahaan, dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan intervensi melalui kebijakan moneter dan fiskal yang tepat guna untuk mendorong konsumsi, memperkuat investasi, dan menjaga stabilitas harga agar ekonomi Indonesia dapat terus berkembang secara berkelanjutan.