Janji Manis Pemerintah, Luka Pahit Investor: Curhat KCC Glass dan Realita Investasi di Indonesia

Investasi adalah tentang kepercayaan. Ketika sebuah perusahaan asing memutuskan untuk menanamkan modal di suatu negara, mereka datang bukan hanya membawa uang, tapi juga harapan, rencana jangka panjang, dan ekspektasi akan stabilitas serta kepastian.

Namun, apa jadinya jika janji-janji manis pemerintah berubah menjadi kenyataan pahit? Inilah yang terjadi pada pabrik KCC Glass di Batang, Jawa Tengah — sebuah investasi besar dari Korea Selatan yang kini justru menyuarakan kekecewaan mendalam.

Pabrik KCC Glass masuk ke Indonesia dengan semangat besar. Mereka dijanjikan kawasan industri Batang yang strategis, fasilitas infrastruktur yang siap pakai, dan berbagai insentif investasi yang menggiurkan. Tapi seiring waktu, kenyataan berkata lain.

KCC mengeluh soal infrastruktur yang belum rampung, akses jalan yang sulit, dan biaya tambahan yang tidak mereka perkirakan sebelumnya. Yang lebih menyakitkan, janji pemerintah untuk memberikan dukungan penuh ternyata tidak dibarengi eksekusi yang konkret dan cepat.

Pihak KCC Glass menyebut bahwa mereka mengalami kerugian karena harus menanggung sendiri sejumlah infrastruktur penunjang. Mereka juga menghadapi birokrasi lambat dan koordinasi antarinstansi yang tidak solid.

Ini bukan hanya soal ketidaknyamanan operasional. Tapi soal kepercayaan yang mulai runtuh.

Jika dibiarkan, kasus seperti ini bisa menjadi preseden buruk bagi iklim investasi Indonesia. Investor asing membaca berita, melihat tren, dan menganalisis risiko. Ketika satu investor merasa dikecewakan, yang lain bisa ragu masuk.

Reputasi adalah mata uang yang tak kasat mata, tapi nilainya bisa menentukan masa depan ekonomi kita.

Pemerintah memang giat mempromosikan Indonesia sebagai tujuan investasi. Presiden, menteri, gubernur—semuanya berlomba menjual potensi daerah mereka ke luar negeri. Namun di balik panggung promosi, seringkali eksekusi di lapangan tidak sejalan.

Investor bukan hanya butuh janji, tapi juga kepastian hukum, ketepatan waktu, dan kemudahan logistik. Jika janji tidak ditepati, maka yang runtuh bukan hanya kepercayaan, tapi juga peluang besar bagi rakyat yang seharusnya mendapat manfaat dari hadirnya investasi.

Lantas, apa solusinya?

Pertama, perlu adanya audit menyeluruh terhadap realisasi janji investasi. Kawasan industri harus dimonitor secara ketat: apakah jalan, listrik, air, dan logistik sudah sesuai yang dijanjikan? Jangan hanya meresmikan, tapi abaikan pelaksanaan.

Kedua, dibutuhkan satuan tugas (task force) cepat tanggap untuk menangani keluhan investor. Satuan ini harus lintas kementerian dan provinsi, agar koordinasi tidak terhambat ego sektoral. Fokusnya adalah menyelesaikan masalah, bukan melempar tanggung jawab.

Ketiga, buka ruang dialog berkala dengan investor. Bukan hanya saat awal masuk, tapi juga saat mereka sudah mulai beroperasi. Ajak mereka bicara, dengarkan unek-uneknya, dan segera tindak lanjuti. Jangan tunggu masalah membesar baru bergerak.

Keempat, jadikan transparansi sebagai budaya. Publikasikan progres infrastruktur, laporan hambatan, dan tindak lanjut secara terbuka. Investor butuh kepastian, dan keterbukaan adalah bentuk hormat kepada mitra yang telah percaya menanam modal.

Kekecewaan KCC Glass bukan sekadar keluhan satu perusahaan. Ini alarm keras untuk memperbaiki sistem. Jika tidak ditanggapi dengan serius, kita akan kehilangan momentum investasi, bahkan bisa menjadi cerita buruk yang dibagikan dari satu negara ke negara lain.

Saatnya pemerintah tidak hanya jago promosi, tapi juga tangguh dalam eksekusi. Karena dalam dunia investasi, janji yang ditepati adalah investasi terbaik. Bukan hanya untuk investor, tapi juga untuk rakyat Indonesia.

Dapatkan GRATIS - 7 Buku Pengembangan Diri yang Super Amazing. Download sekarang juga disini !!