Fakta Mengejutkan tentang Penghasilan Rata-Rata Orang Indonesia Sekarang

petugas-menghitung-uang-rupiah reBerapa penghasilan rata-rata orang Indonesiaa saat ini dalam setahun? Angka ini mungkin bisa menjadi benchmark untuk mengukur apakah level income Anda sudah sama dengan rata-rata nasional, atau bahkan sudah jauh diatasnya.

Level kekayaan Anda sebagai individu sejatinya merefleksikan juga kekayaan sebuah bangsa. Jika Anda semua sekarang penghasilannya sudah maknyus, maka bangsa ini juga akan menjadi kaya.

Sebaliknya, jika sebagian besar dari kita mentalitasnya masih miskin, maka wajar jika tanah air kita tercinta ini juga akan terus nyungsep nasib dan masa depannya.

Berikut adalah dua catatan mengejutkan tentang rata-rata penghasilan orang Indonesia sekarang.

Data menunjukkan rata-rata penghasilan penduduk Indonesia tahun 2015 adalah Rp 45 juta per tahun, atau Rp 3.75 juta per bulan. Not bad. Namun masih jauh dari memadai.

Jika pendapatan Anda dalam setahun sudah diatas itu, artinya Anda sudah diatas rata-rata nasional. Kalau belum berarti Anda masih masuk kategori dibawah rata-rata.

Dari mana angka Rp 45 juta muncul? Dari angka PDB (produk domestik bruto nasional) dibagi jumlah penduduk Indonesia.

PDB adalah semacam total produksi sebuah negara. Ibarat pabrik sepatu maka PDB adalah total nilai produksi sepatu yang dibuat dalam setahun.

Nah, tahun lalu total nilai produksi kita adalah sebesar Rp 11.250 triliun. Jika dibagi jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 250 juta, maka angka tersebut menjadi Rp 45 juta. Sebutan teknisnya adalah pendapatan per kapita.

Klik gambar di bawah untuk mendapatkan materinya secara gratis!!

Pendapatan per kapita yang 45 juta setahun ini sudah naik sekitar 4 KALI LIPAT dibanding angka tahun 2000. Prestasi yang sejatinya lumayan mengesankan.

Ada dua catatan menarik nan mengejutkan yang layak kita ulik dari data dan fenomena diatas. Mari kita ziarahi satu per satu catatan ini.

Wealth Note # 1 : Mentalitas Kaya dan Gap Kekayaan
Setiap melihat data pendapatan per kapita seperti diatas, selalu akan muncul komentar ceriwis seperti ini.

Wah kan angka itu rata-rata nasional. Kenyataannya mayoritas penduduk masih banyak yang dibawah itu income-nya; dan sebagian kecil penduduk menguasai sebagian besar pendapatan. Masih tinggi ketimpangannya.

Benar, angka itu hanya rata-rata. Artinya ada yang jauh diatas, dan banyak yang masih dibawahnya.

Selalu akan ada prinsip Pareto : 20% penduduk biasanya akan menikmati 80% aset kekayaan.

Justru disitulah isu-nya. Orang dengan mentalitas miskin pasti akan meributkan ketimpangan itu, dan lalu melontarkan kritik kesejangan sosial makin tinggi-lah, kebijakan tidak adil-lah, dan blah-blah lainnya.

Orang dengan mentalitas kaya akan bilang seperti ini : hmm, menarik juga ya prinsip Pareto itu. Bismilah, saya akan berusaha untuk menjadi yang 20%.

See the difference?

Orang dengan mentalitas miskin akan meributkan ketimpangan itu, dan memposisikan dirinya sebagai “korban kesenjangan sosial” dan lalu menyalahkan pihak lain.

Orang dengan mentalitas kaya akan melihat Prinsip Pareto itu bukan sebagai sebuah masalah, namun justru sebagai PELUANG. Bagaimana caranya saya bisa menjadi yang 20%.

Bayangkan jika kita semua berusaha untuk menjadi yang 20% itu – dengan modal kegigihan dan kecerdikan, dan bukan hanya dengan komplen dan sikap nyinyir. Pelan-pelan kita semua bisa menjadi makmur sejahtera.

Sebab kita semua percaya : kunci kekayaan itu ada dalam kegigihan dan daya juang kita sendiri. Bukan pada belas kasihan negara, atau kebijakan nasional dan blah blah lainnya.

YOU. You define your own destiny. Bukan boss, bukan atasan, bukan menteri, bukan Jokowi. Dan juga bukan Ki Gendeng Pamungkas atau Nyi Roro Kidul.

Wealth Note # 2 : Mentalitas Miskin dan Kekayaan Bangsa
Minggu lalu, kita sudah bahas salah satu salah kaprah tentang kekayaan. Antara lain kalimat salah kaprah yang berbunyi : ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan kita bawa mati.

Ada juga mental block lainnya yang memandang kekayaan itu sesuatu yang terlalu jauh untuk diraih.

Itulah yang kita sebut sebagai “Paradoks Kemiskinan” : setiap hari berharap bangsanya bisa menjadi bangsa yang maju dan makmur, namun dirinya sendiri enggan untuk diajak menjadi orang kaya.

Sungguh aneh. Bagaimana mungkin bangsa kita akan jadi kaya, jika penduduknya enggan menjadi kaya?

Tidak ada dalam sejarah, sebuah bangsa akan menjadi kaya dan ditakuti bangsa lain, jika penduduknya miskin-miskin.

Kenapa bangsa kita seolah terus “dijajah” oleh investor asing? Mungkin karena mentalitas penduduknya miskin – miskin.

Kenapa mentalitasnya miskin? Ya itu tadi, karena pas diajak untuk jadi kaya malah ngeles : wah ndak penting jadi kaya mas.

Memang ngeles dan sok bijak itu mudah. Sangat mudah. Dibanding berbuat nyata dan menjadi milioner sebelum usia 35 tahun.

Sekarang mari kita hitung. Pendapatan rata-rata penduduk kita sekarang masih Rp 45 juta setahun atau hanya Rp 3.75 juta per bulan. Masih jauh dari memadai, sebab saya pernah menulis penghasilan minimal agar kita bisa hidup makmur adalah Rp 15 juta per bulan – atau Rp 180 juta per tahun.

Bayangkan jika setiap penduduk Indonesia bisa punya penghasilan Rp 15 juta per bulan atau 180 juta setahun. Maka angka PDB (Produk Domestik Bruto) kita akan langsung melesat menjadi Rp 45 ribu triliun – sebuah angka yang masif.

Dan itu artinya size ekonomi Indonesia akan melesat menjadi TERBESAR NO. 5 DI DUNIA (hanya dibawah China, Amerika, Jepang dan Jerman).

Can you imagine, apa yang terjadi jika size ekonomi Indonesia terbesar no 5 di dunia? Bangsa kita pasti akan jauh lebih berwibawa dan disegani di mata dunia. Impian agar Indonesia menjadi Raksasa Dunia pelan-pelan akan terwujud.

Namun itu hanya bisa terjadi jika penghasilan kita (saya dan Anda semua) minimal tembus Rp 15 juta per bulan atau bahkan lebih.

Karena itu bagi saya : perjuangan menjadi kaya bukan hanya sekedar soal individual, namun ini juga sebuah perjuangan nasonalisme yang sangat heroik.

Perjuangan menjadi kaya adalah perjuangan mulia demi nama dan martabat bangsa. Perjuangan kita menjadi milioner adalah agar Indonesia juga menjadi raksasa ekonomi dunia yang disegani.

Akhir kata, selamat berjuang, rekan-rekan sebangsa.
Mari kita semua berikhtiar menjadi KAYA demi Kemakmuran Tanah Air Tercinta : tanah air INDONESIA.

Klik gambar di bawah untuk dapatkan GRATIS 7 buku yang amazing !!

48 comments on “Fakta Mengejutkan tentang Penghasilan Rata-Rata Orang Indonesia Sekarang
  1. Ledakan kelas menengah berada dalam trend positif.. semoga target income 15 juta tercapai oleh sebagian besar penduduk negeri ini.

    Prinsip pareto mngkin bsa dibalik, 80% yg menguasai.. saking banyaknya org tajir.

    Salam Sukses

    Kasamago.com

  2. Di Era digital & internet saat ini saya sangat optimis akan makin banyak penduduk Indonesia yang minimal tembus pendapatan Rp 15 juta per bulan atau bahkan lebih.

    Dengan catatan mindset zero resourcefulness perlu dikikis jauh2.

    Salam Action
    https://divinandarmesta.com
    “Money Making Online Store System In A Box”

  3. Setuju sekali Pak. Mind set Pemenang itu yang harusnya terus dipupuk, terlepas dari hasil yang dialami kita sekarang ini. Karena mindset pemenang akan membuat kita selalu optimis, semenyesakkan apapun kondisinya.

    Keep fast learning kuncinya. Karena digital era ini membuat peluang maju yang semakin besar untuk kita. Kalau dulu agak sulit membayangkan seseorang bisa bersaing head to head dengan perusahaan besar.

    Tapi sekarang, mas Nadiem Makarim yang baru lulus kuliah sudah mengacak-acak bisnis transportasi nasional yang sudah mapan, sampai menteri-menteri harus turun tangan.

    Gara-gara Facebook, dengan algoritma dan database penggunanya yang luar biasa besar dan detail, kini seseorang bisa dengan mudah menyasar pasar luar negeri dengan mudah dan murah, untuk bertarung dengan korporasi besar untuk menjual produknya. Dan peluang besarnya pun besar.

    Itu era inovasi disruptif yang memaksa semua pihak harus mengubah cara pandangnya.

    Sedikit lebih luas pembicaraan tentang inovasi disruptif ini bisa disimak di sini.

    https://humancapital-management.net/2016/06/24/kita-butuh-pemimpin-bengis-untuk-hadapi-disruptive-change/

  4. Pak Yodhia menyuguhkan sudut pandang lain perihal kekayaan. Tidak hanya untuk keaejahteraan pribadi. Namun juga demi menjaga martabat bangsa Indonesia.

    Seandainya memang kita semua berpendapatan 15 juta per bulan tentu nasib bangsa kita akan jauh lebih baik.

    Mengusahakan kekayaan bagi pribadi yg berakibat kepada kekayaan negara sungguh menjadi pendekatan yg massif dan heroik.

    Salute for this inspirational blog.

  5. pak yodhia, kalau anda tidak pernah nonton tv, lalu utk hiburan nonton apa pak? saya juga pengen move on dari tv,,,tp belum bisa

  6. Sangat mencengangkan, mengingat UMK Surabaya Rp. 3.045jt, sudah cukup tinggi, dan byk perusahaan terengah2 memenuhi UMK. Ternyata masih jauh di bawah rata-rata penghasilan nasional.

    Meskipun, faktanya kesenjangan masih menganga lebar di negeri kita…

    Sangat inspiratif!!

  7. Untuk warga 20%, mungkin bukan takabur kalau dibilang ‘sangat mudah menaikkan’ kekayaannya.
    Namun perjuangan besar diperlukan agar yang 20% tsb membantu 80% agar ‘bangkit’.. Kan gak enak kalau kaya sendiri, sementara disekitar kita masih banyak yg belum..

  8. Benar juga ya kalo di pukul rata 3,5 juta. itu gaji saya dulu ketika masih di BUMN terakhir desember 2013.

    artinya kalo skr udh bs dibilang meningkat tajam donk Mas Yod?

    pertahun 2014 100jt, th 2015 120jt, 2016 (6 bulan) hasil evaluasi sudah Rp 80jt.

    jd ga nyesel kn resign? makanya itu yg belom resign cepet resign gih hahaha

    *edisiKompor

    • Kalau gaji terakhirmu saat kerja di BUMN “hanya” 3.5 juta, mungkin – maaf – levelnya baru staf atau low level ya….

      Nah sekarang income Anda sudah tembus 80 juta dlm 6 bulan, atau sekitar 13 juta/bulan. Alhamdulilah. Selamat.

      Upayakan agar tahun depan jadi 15 juta per bulan. Syukur bisa 20 juta/bulan. Amin.

      Kalau lihat trend peningkatan income kamu dari 2014, kelihatannya bisa.

      Selamat Berjuang….

      • Iya, saya masih staf kala itu & skr usia saya baru menginjak 27th.

        targetnya sbnrnya ga muluk2 sih, ” pengen nikah ” hehehe

        dan itu pst butuh biaya.

        saya rasa motivasinya ” nyari duit buat biaya nikah ” 😀

  9. satu lagi pak——>

    Sebab kita semua percaya : kunci kekayaan itu ada dalam kegigihan dan daya juang kita sendiri. Bukan pada belas kasihan negara, atau kebijakan nasional dan kebijakan kantor dan blah blah blah

  10. Menjadi KAYA yang Penuh BERKAH sangat mulia, sahabat Nabi juga banyak yang kaya. Dalam islam kaya juga penting, asalkan digunakan untuk berjuang di jalan Allah. Dan ingat, Raihlah kekayaan dengan cara yang Halal & Jauhi RIBA!

  11. Sekali-kali komen sebagai orang mentalitas miskin ah gpp ntar dikritik. Indeks pdb memang suatu tolak ukur namun indeks kesenjangan juga harus jadi evaluasi.

    Kita yang dibiasakan menjadi obyek dalam suatu perputaran ekonomi besar dipaksa mendapatkan yang kecil. Kelas menengah selalu menjadi alasan .

    Fakta bahwa tanda keuangan saat ini hampir tidak mungkin merata hampir bisa dilihat kok dari indikator sederhana yg dibuat kompleks. Seperti kompetisi persaingan usaha dimana penekanan harga & oligopoli mau tidak mau membuat masyarakat tidak berkutik. Kemudian investasi asing yang mempermudah nyatanya hanya memberikan kita sedikit pilihan (upah murah dan infrastruktur yang menjadi milik asing)

    Intinya yaitu ada benarnya kompetensi dan skill kita baik maka kesejahteraan diraih. Tapi siklus perputaran akan terus terjadi. Jika nantinya perkapita tembus 100 juta maka akan terlihat tidak jauh berbeda. Kesejahteraan jadi milik minoritas

  12. Selalu ada yang baru dari blog ini, itu salah satu yang unik dari blog ini.

    Kalau seseorang bisa kaya, maka itu adalah bukti bahwa setiap orang bisa sukses dan kaya, maka ketika kita sukses gak usah sombong dan tetap menunduk 🙂

  13. Terima kasih Pak Yodhia artikel yg menggugah semangat. Tapi
    caranya bagaimana Pak Meraihnya bagi yang nggak punya punya ijazah dan modal buat buka usaha…? Karna buat hidup aja pas-pas an .

  14. Terima kasih untuk artikel yang bagus ini, Pak Antariksa. Saya memang selain marketing Apartemen Bassura, juga mendapati adanya peningkatan pendapatan, sekalipun memang belum merata.

    Semoga saya tetap semangat agar bisa mencapai hasil terbaik dan berbagi dengans sesama.

    Salam hormat saya 🙂

  15. miskin mental itu akan jadi momok bangsa…menurut saya saat ini banyak rakyat negara kita yang miskin secara mental beda sama negara maju.. jepang misalnya..

  16. Waah..Pak Yodhia, selain ahli memotivasi kesejateraan juga ahli memotivasi kebangsaan…saluuutt..

    Bagusnya tema seperti ini disampaikan juga kembali pada Bulan Agustus menjelang peringatan 17 Agustusan…

    Semoga menjadi amal jariyah yang diridhoi Allat SWT..Amien…

  17. Ulasan yang sangat menarik dan jarang sekali didapat waktu kuliah yang sebagian besar teori dan retorika.

    Disini lebih nyata dan lebih berasa banget bumbunya, belum lagi soal kemiskinan mental yang makin menyebar.

    Untunglah sekarang ada mahluk halus bernama internet jd setiap insan di bangsa ini harus sanggup mengkonversinya sebagai lahan untuk memperjuangkan kekayaan.

    demi bangsa ku, bukan demi bank saku

  18. ini kalimat yg sangat menarik “perjuangan menjadi kaya bukan hanya sekedar soal individual, namun ini juga sebuah perjuangan nasonalisme yang sangat heroik” keren mas

  19. ya itu sih kalangan pns, orang-orang yang kerja di instansi pemerintah, akan tetapi jika yang non-pns pasti tak akan samapi segitu, mereka rata-rata para buruh hanya bisa menghasilkan 1-2 juta per bulannya

  20. Pak, Yodhia,

    Kalau boleh saya koreksi, apabila rata-rata 3,75 per bulan/per kapita berarti seharusnya gaji minimal untuk 1 KK dengan 4 Anggota Keluarga adalah sebesar 3,75 x 4 kurang lebih 15 juta per bulan.

    Penghasilan sejumlah itu baru masuk rata-rata penghasilan Penduduk Indonesia.

    https://www.ygautomo.com

  21. Untuk mentalitas miskin, saya sependapat pak
    mental kita kebanyakan lebih sering mempertanyakan mengapa, kok bisa, dan pola pikir negatif.
    Tidak dibangun dengan pola pikir pertanyaan bagaimana agar saya bisa?

    Mungkin bisa mengunjungi https://www.prospektif.xyz

  22. Note nomor 2 menarik sekali. Kalau hitungan tsb akurat, harusnya lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang tau dan berusaha mencapai titik tsb.

  23. Saya 33 Tahun, agak telat sih sy “TERJERUMUS” masuk buka blog ini 😀 hehe, coba pas saya masih kuliah!

    Btw, Alhamdulillah diberi jawaban doa saya selama ramdhan ini

    smg mas Yodhia dapat ganti lebih baik dgn berbagi ilmunya. Amiin

    thanks artikelnya mas …

Comments are closed.