5 Alasan Kenapa Anda Harus Mengalami Kegagalan dalam Karir, Bisnis dan Kehidupan

Goal-Oriented Note : Tulisan ini merupakan kontribusi dari guest blogger bernama Ivan Wijaya.

Saya gagal. Berulang kali. Kenyataannya, saya gagal berkali-kali sampai saya mulai berpikir bahwa mimpi untuk mendapatkan kebebasan finansial mungkin bukan untuk saya.

Saya tahu saya punya mimpi. Impian untuk mendapatkan rezeki yang berlimpah, dan kebebasan dalam mengatur waktu kerja. Tapi mencapai impian itu sangat sulit. Kegagalan saya harganya mahal. Sangat mahal.

Saya menghabiskan 5 sampai 6 tahun berjuang jatuh bangun membangun usaha saya sendiri. Namun pada akhirnya hanya untuk gagal dan kembali lagi ke garis awal.

Uang? Saya tidak memiliki uang. Karir? Karir apa? Saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang tepat; saya gagal waktu wawancara kerja karena saya tidak punya visi yang sama dengan mereka – dan juga sebaliknya. Continue reading

Kenapa Sarjana Grade Ori Lebih Suka Kerja di Perusahaan yang Bonafid?

TeamworkYa, kenapa pada akhirnya sarjana grade ori lebih banyak yang masuk bekerja di perusahaan yang bonafid? Dan kenapa perusahaan kelas menengah dan UKM yang so – so saja hanya menerima limpahan sarjana kelas KW2 atau bahkan KW3?

Sebelum menjawab pertanyaan magis seperti diatas, saya ingin mengenang kembali kalimat ini, First Who, then What. Inilah yang ditulis Jim Collins dalam masterpiece-nya, Good to Great. Pertama-tama selalu pikirkan siapa orangnya, siapa SDM Anda yang hebat; baru berpikir soal lain seperti strategi, product development, branding ataupun supply chain strategy.

Great people will always be the key driver of every great business. Pertanyaannya, lalu langkah kunci apa yang mesti dilakoni untuk memastikan bahwa great people selalu bisa terbangun, dan bukan sekedar karyawan atau pegawai kelas KW2 atau KW3? Continue reading

5 Alasan Kunci Kenapa 400.000 Lulusan Sarjana S1 Menganggur

Generation-Jobless-Title-copy reeeYa benar, data terkini menunjukkan sebanyak 400 ribu lulusan sarjana S1 menganggur. Setiap hari mereka berjibaku mengirim lamaran kerja, berdesakan di setiap acara Job Fair sekedar mengambil formulir pendaftaran. Dengan peluh di sekujur tubuh. Dengan wajah kusut dan rasa frustasi.

Tak ada yang lebih pedih daripada menjadi seorang pengagguran. Apalagi pengangguran terdidik. Masa kuliah 4 atau 5 tahun seperti terbuang sia-sia, juga biaya kuliah puluhan juta dari orang tua.

Harga diri seorang yang jobless juga bisa termehek-mehek. Apalagi kalo nanti pas lebaran ditanya, oh sudah lulus ya, sekarang kerja dimana. Masih pengangguran bude. Pedih. Galau.

Jadi kenapa 400 ribu lulusan Sarjana S1 jadi pengangguran? Continue reading

Kenapa Kekuatan 3 Intangible Assets ini Begitu Dramatis dan Powerful?

wallpaper-196613-8291008-4-2462005 reSimak data yang lumayan mencengangkan ini. Pada tahun 1975, sumbangan intangible asset terhadap kesuksesan sebuah bisnis hanya 17%. Pada tahun 2015 ini? Sudah tembus 84%.

Data itu dengan segera mendedahkan sebuah fakta : betapa kekuatan intangible asset itu makin penting dalam membuat kinerja sebuah organisasi bisnis menjadi cetar membahana.

Pertanyaannya : apa itu intangible assets sebenarnya? Dan yang lebih penting : jenis kekuatan intangible assets apa yang paling dramatis dan powerful dampaknya?

Mari kita nikmati jawabannya sambil menyeduh secangkir kopi atau teh hangat. Continue reading

Bonus 70M untuk Direksi Telkom : Kisah Kelam tentang Reward and Performance

Disengaged-Employees reBerita kecil ini membuat saya tercenung agak lama. RUPS Telkom memutuskan untuk memberikan total gaji + tunjangan + tantiem (bonus) sebesar Rp 8.8 milyar kepada SETIAP anggota direksinya. Karena anggota direksi Telkom ada 8 orang, maka total remunerasi yang diberikan 70M. Luar biasa.

Padahal 4 minggu lalu saya menulis kinerja Telkom yang biasa-biasa saja (Flexi gagal, Telkomvision dijual). Layanan andalan mereka Indihome juga masih jauh dari memuaskan. Sekarang tiba-tiba, anggota direksinya dapat total bonus + gaji sebesar 8.8 M per orang. #Makjleb.

Kisah pemberian bonus ini mungkin mendedahkan pelajaran kelam tentang reward and performance. Mari kita jelajahi dengan renyah di pagi yang cerah ini. Continue reading

3 Cara Dahsyat untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kinerja SDM

shutterstock_118475239Great companies are always built by great people. Kecemerlangan sebuah organisasi bisnis pada akhirnya memang dikibarkan oleh barisan SDM-nya yang bermutu unggul.

First who, then what. Begitu kata Jim Collins dalam buku terkenalnya, Good to Great. Untuk membangun bisnis yang legendaris, pertama-tama Anda harus memikirkan manusia-nya dulu (SDM). Baru kemudian berpikir “what” – strategi dan produknya.

Pertanyaannya : bagaimana cara mengukur dan meningkatkan kinerja diri Anda menuju kegemilangan? Kita akan lacak jawabannya di pagi yang cerah ini. Continue reading

Sekeping Kisah yang Amat Mengharukan tentang Daya Resiliensi dan Cinta yang Terluka

Sadness rePeristiwa menyedihkan dalam hidup kadang bisa berubah menjadi energi yang amat memotivasi. Para ahli perilaku menyebutnya sebagai the power of resiliency : mengubah luka hati menjadi energi positif yang powerful.

Mari kita lengkapi kisah resiliensi ini dengan storytelling yang sungguh menggetarkan tentang relasi dua anak muda yang tengah mencoba merajut cinta dan impian masa depan.

Sebelum lanjut, silakan dinikmati dulu teh atau kopi hangatnya, mas, mbak. Continue reading