Dua Cara Kuno yang Amazing untuk Menaklukkan Tantangan Dunia Modern

Bagaimana cara sukses dan survive di era yang katanya serba modern ini? Ternyata ada dua cara kuno yang usianya ribuan tahun, dan efektif untuk menaklukkan tantangan kehidupan digital di era modern ini. Apa saja dua cara klasik yang powerful ini? Mari kita telisik dalam sajian pagi ini, sambil ditemani sarapan nasi uduk.

Pertama-tama harus dipahami : agar sukses di era modern ini, kita kudu memiliki kekuatan fokus dan rentang atensi yang panjang. Rentang atensi maksudnya adalah kita punya kemampuan untuk menekuni sebuah action secara mendalam dan atensi yang panjang. Tanpa kekuatan fokus dan attention span yang panjang, maka kita akan mudah menyerah dalam perjuangan melakukan action. Tanpa kemampuan attention span yang prima, kita akan gagal melakukan action secara KONSISTEN.

Lalu bagaimana cara menumbuhkan kekuatan fokus dan rentang atensi kita, agar mampu membantu kita menjalani sesuatu dengan tekun dan konsisten? Kita bisa menumbuhkannya dengan latihan menguatkan otot fokus dan rentang atensi kita (attention muscle).

Seperti halnya kerja otot manusia, fokus dan rentang atensi itu ternyata punya pola kerja yang mirip. Jika tidak pernah dilatih maka otomatis fungsinya akan makin melemah. Sialnya, selama ini otot fokus dan rentang atensi kita malah dilatih oleh layar smartphone untuk hanya fokus pada hal-hal yang super pendek dan dangkal. Otomatis kekuatan otot fokus dan rentang atensi kita juga akan makin pendek dan melemah.

Continue reading

Kenapa Jepang dan Korea akan Kehilangan 50% Penduduknya?

Ya benar, dalam beberapa dekade mendatang, Jepang dan Korea Selatan akan kehilangan 50% penduduknya. Jumlah penduduk mereka akan anjlok hingga 50%. Lenyap dan tak tergantikan.

Krisis demografi seperti itu benar-benar akan memberikan dampak kelam bagi ekonomi mereka. Alasannya simple : saat sebuah bangsa kehilangan 50% penduduknya, maka omzet ekonomi mereka juga akan kolaps pada angka yang relatif sama. Pangsa pasar mereka akan anjlok 50%. Dan output ekonomi mereka juga akan mengalami kejatuhan yang signifikan. Siapa lagi yang akan memproduksi dan membeli produk mereka saat 50% penduduknya hilang tak berbekas.

Saat ini krisis demografi kelam seperti itu telah pelan-pelan menggerogoti kekuatan ekonomi Jepang. Menggerus pelan-pelan tapi dampaknya amat brutal. Misal : di pinggiran kota Jepang, kini banyak desa dan kecamatan yang menjelma menjadi desa hantu. Sebab literally, semua penduduknya punah. Ada ribuan rumah yang ditinggal kosong, sebab penghuninya wafat dan tak ada lagi generasi penerusnya. Kota-kota yang mati semacam ini pelan-pelan akan menyergap beragam kota di Jepang dan Korea.

Continue reading

Anda Gagal Menjadi Kaya secara Pelan-pelan Karena Attention Span Anda Makin Hancur

Salah satu bekal kunci dalam perjalanan panjang menjadi kaya secara pelan-pelan adalah kemampuan untuk membangun long and deep attention span atau kecakapan menumbuhkan rentang atensi yang panjang dan mendalam pada sebuah proses, sebuah usaha, atau sebuah topik tertentu yang ingin dipelajari.

Sayangnya, kecakapan yang amat krusial ini justru makin rapuh digilas oleh budaya smartphone yang makin memendekkan rentang atensi dengan serbuan konten yang dangkal, serba pendek, serba-permukaan dan kurang mendalam, dan terus menyerbu ke sel saraf pemirsanya setiap hari, diulang terus-menerus.

Contoh makin rapuhnya attention span ini sering terjadi. Misal, sering sekali seseorang bertanya tentang informasi sesuatu (misal tentang harga, kapan acaranya, atau bagaimana cara ordernya), padahal semua informasi ini sudah JELAS tertulis dalam poster iklan yang disajikan dalam layar HP mereka. Orang ini masih saja bertanya mengenai informasi yang sudah jelas terpampang, karena rentang atensinya amat pendek. Bahkan, untuk membaca informasi dengan tuntas saja ia enggan melakukannya.

Contoh lain lagi adalah kebiasaan untuk hanya membaca judul sebuah berita (yang juga cenderung click-bait) dan kemudian langsung mengambil kesimpulan tanpa mau bersusah-susah membaca isinya. Ini contoh buruknya attention span.

Continue reading

Menjadi Kaya secara Pelan-pelan Melalui Kekuatan Delayed Gratification Skills

Profesor Angela Duwckworth dalam karyanya yang berjudul GRIT (Duckworth, 2016) menulis : kecakapan mempraktekkan delayed gratification skills merupakan salah satu kecakapan kunci untuk meraih sukses masa depan, termasuk sukses finansial. Beragam studi empirik yang telah dilakukam juga menjukkan kesimpulan serupa : para responden yang mampu menunjukkan delayed gratification skills yang tangguh, beberapa tahun kemudian memang terbukti akan lebih sukses menjalani hidupnya, dibanding mereka yang gagal mempraktekkan delayed gratification skills (Mischel, 2014).

Delayed gratification skills intinya adalah kecakapan untuk mau menunda kesenangan hari ini, demi sukses hari esok. Dengan kata lain, kecakapan ini adalah kesediaan seseorang untuk berjibaku menjalani proses yang sulit, membutuhkan durasi lama dan acapkali amat membosankan, serta penuh dengan aneka hambatan yang tidak mudah diatasi, demi meraih hasil akhir yang diharapkan.

Tak banyak orang yang bisa menjalani delayed gratification skills ini dengan baik. Sebaliknya, seperti yang telah diuraikan dalam artikel sebelumnya, banyak orang yang justru kini makin terjebak dalam budaya instant gratification – atau ingin mendapatkan semuanya dengan serba cepat.

Continue reading

Kenapa Harus Menjadi Kaya secara Pelan-pelan (Get Rich Slowly)?

Kenapa harus menjadi kaya secara pelan-pelan, atau get rich slowly? Jawabannya lugas : sebab meraih sukses finansial itu memang membutuhkan proses yang acapkali panjang dan amat melelahkan.

Sebuah hasil akhir yang epik selalu dibangun melalui serangkaian proses yang panjang, konsisten, penuh dengan problem dan kendala di tengah-tengahnya, dan lalu mencoba mencari solusi untuk mengatasi kendala itu, lalu mentok karena solusinya gagal meraih hasil yang diharapkan, kemudian kembali berjibaku menemukan jalan keluar lain yang lebih efektif, untuk kemudian pelan-pelan mulai mendapatkan hasil akhir yang diharapkan, dan terus tekun menjalaninya hingga akhirnya meraih hasil epik yang layak dikibarkan…….

Proses perjalanan yang panjang, dan acap penuh kegagalan dan puluhan problem yang terus menghadang, adalah sebuah jembatan yang mesti ditapaki dengan segenap ketekunan dan daya resiliensi yang tinggi, demi meraih sukses finansial yang mengesankan.

Sebab memang tak pernah ada hasil akhir yang menggetarkan, yang dicapai tanpa perjuangan yang konsisten dan penuh ketekunan. Tak pernah ada sukses akhir finansial yang bisa direnggut secara instan, dan seketika, atau mendadak turun dari langit.

Continue reading

Bagaimana Cara Membuat Otak Tak Lemot Gegara Terlalu Sering Scroll-scroll Layar Hape?

Dalam artikel sebelumnya, kita telah mengulas dampak kelam dari terlalu sering scroll-scroll layar hape. Aktivitas yang acap sering kita lakukan ini ternyata sukses membuat otak kita makin lemot dan tulalit.

Lalu apa solusinya? Apa yang kudu kita lakoni agar kita tidak terlalu sering scroll-scroll layar hape hingga kadang lupa waktu?

Disini ada tiga langkah praktikal yang bisa dilakukan untuk menghindari dari smaetphone culture yang begitu hegemonik merasuk dalam beragam sendi kehidupan kita.

Tiga langkah praktikal ini bisa disingkat dengan sebutan 3R atau akronim dari Reduce, Replace dan Reinvent. Mari kita jelajahi satu demi satu tiga kata kunci ini.

Continue reading

Kenapa Otak Kita Makin Lemot Saat Terlalu Sering Scroll-scroll Layar Hape?

Apa hubungannya kekuatan otak kita dengan smartphone addiction? Ternyata hubungannya sangat erat. 

Beragam studi ilmiah menunjukkan cara ampuh untuk mengasah kekuatan otak kita itu adalah ketekunan untuk menjalani sesuatu secara mendalam dan dalam durasi yang cukup lama. Di dalam proses itu dibutuhkan kekuatan konsentrasi dan fokus perhatian yang mendalam pada apa yang dikerjakannya (Duckworth, 2017). Otak kita akan mengembang secara positif saat kita melakukan proses ini.

Selain itu, kekuatan mental dan pikiran kita akan makin tangguh saat kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai “delayed gratification” (Mischel, 2006).  Atau kecakapan untuk menunda kesenangan seketika atau reward yang bersifat instan.

Delayed gratification adalah kemampuan untuk mau menekuni proses yang panjang dan melelahkan, mau menundak kesenangan seketika, demi tercapainya tujuan di kemudian hari. Pendeknya delayed gratification adalah kemampuan untuk berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian, atau bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian.

Continue reading