Solusi Mujarab untuk Menghilangkan 3 Mentalitas Miskin yang Merusak

Minggu lalu, kita sudah mengulik tiga jenis mentalitas miskin yang sangat destruktif, dan bisa membuat hidup kita terus berkubang dalam kenestapaan yang kelam.

Dalam sajian di pagi yang cerah ini, kita akan melacak solusi mujarab untuk menghilangkan 3 penyakit mentalitas miskin yang kelam itu.

Solusi ini merupakan hal yang krusial sebab dengan itu, maka kita bisa menghindar dari jebakan masa depan yang suram dan stagnan.

Seperti yang sudah kita ulas minggu lalu, ada tiga jenis mentalitas miskin yang diam-diam suka membayangi pikiran kita. Tiga jenis mentalitas miskin ini adalah :

1) dengki dan nyinyir melihat kesuksesan orang lain
2) playing victim dan serba menyalahkan kondisi eksternal
3) manja dan tidak gigih menemukan jawaban secara mandiri

Lalu bagaimana solusi untuk menghilangkan mentalitas miskin semacam itu? Sikap dan pikiran semacam apa yang layak ditumbuhkan untuk menghilangkan mentalitas negatif tersebut?

Dalam bagian berikut kita akan menjelajah 3 solusi untuk menaklukkan ancaman 3 mentalitas miskin tersebut. Mari kita bedah satu demi satu sambil ditemani secangkir kopi susu dari Kopi Kenangan.

Solusi Mujarab #1 : Menghilangkan Sikap Dengki dan Nyinyir atas Sukses Orang Lain

Pada akhirnya, setiap orang sudah punya jalan rezekinya masing-masing yang telah digariskan. Ini adalah prinsip dasar yang selalu layak kita kenang.

Dengki dan nyinyir pada kesuksesan orang lain sejatinya merupakan pengingkaran pada prinsip dasar itu, dan sama sekali tidak ada manfaatnya.

Bahkan, sikap dengki (sense of bitterness) hanya akan membuat emosi jiwa kita makin sakit. Pada gilirannya jiwa yang sakit ini akan melumpuhkan optimisme dan daya juang dalam diri kita sendiri.

Saat melihat pencapaian sukses orang lain, selayaknya kita bisa lebih memberikan apresiasi dan bahkan mensyukurinya (sebab itu pertanda bahwa Tuhan Maha Pemurah dalam memberikan rezeki yang barokah kepada hamba yang dipilihNYA).

Jika pencapaian sukses itu dialami oleh orang-orang yang kita kenal, berikan apresiasi dan kalimat positif yang supportif (dan bukan malah ngedumel nyinyir dalam hati atau bahkan berkomentar miring di belakangnya).

Memberikan apresiasi positif, bukan saja akan bisa terus menyemangati mereka (dan ini akan terus mereka ingat), namun kalimat positif itu juga akan membuat diri kita sendiri menjadi lebih terbuka mindset-nya.

Dan studi-studi empirik menunjukkan, saat mindset Anda bisa terus terbuka dan tumbuh (growth mindset), maka ketekunan dan daya juang Anda akan makin bertambah.

Sikap lain yang layak ditumbuhkan saat menyaksikan sukses epik orang lain adalah ini : jadikan PROSES mereka meraih sukses sebagai bahan pelajaran. Selalu ada proses krusial dibalik sukses yang mereka raih, dan kita bisa belajar banyak dari proses dan tahapan ini.

Atau bisa juga jadikan sukses epik mereka sebagai semacam pemicu semangat. Kalau orang itu bisa meraih pencapaian hebat semacam itu, maka mestinya saya juga bisa.

Tumbuhkan respek dan apresiasi positif pada pencapaian epik dari orang yang Anda kagumi. Jadikan rasa respek ini untuk memotivasi Anda agar juga bisa melakukan pencapaian yang hebat dalam bidang yang Anda tekuni. Be the best version of youself.

Solusi Mujarab #2 : Menaklukkan Mentalitas Playing Victim

Dalam film legendaris tentang Nelson Mandela (yang diperankan oleh aktor Morgan Freeman) ada sebuah quote menarik yang layak kita selalu renungkan. Bunyinya seperti ini :

I am the master of my fate
I am the captain of my soul

Makna kalimat puitis itu jelas : kita sendirilah yang paling bertanggungjawab atas perjalanan masa hidup yang akan kita lalui.

Kita sendiri yang akan menentukan lukisan nasib masa depan kita. Bukan orang lain. Bukan orang tua, mertua, tetangga atau Ketua RW. Bukan pula atasan, rekan kerja, mantan, atau siapapun orang lain ini.

You. You define your own destiny. You write your own storyline.

Menyalahkan keadaan atas stagnasi nasib yang kita alami adalah bentuk pelarian dari tanggung jawab utama untuk mengubah nasib diri sendiri.

Mengeluh dan komplain terhadap pihak eksternal atas kesulitan yang kita hadapi adalah tanda bahwa kreativitas dan daya juang dalam diri kita telah lenyap dalam fatamorgana.

Saya suka dengan anekdot yang disampaikan oleh mendiang Bob Sadino. Dia cerita pernah ada anak muda yang mengeluh padanya : pak, saya pengin memulai bisnis tapi sayangnya saya nggak punya modal.

Lalu Bob Sadino balik bertanya : coba saya beli otakmu dan lalu saya ambil dari kepalamu, dengan harga satu triliun. Mau nggak?

Anak muda itu langsung bilang, ya nggak mau lah pak.

Bob Sadino membalas : nah, itu artinya kamu sudah punya modal dengan harga lebih sari satu triliun. Buktinya, tadi saya tawar otakmu dengan harga satu triliun, kamu nggak mau.

Kenapa kamu tadi bilang nggak punya modal? Bilang kamu gak punya modal sama dengan menganggap harga otak kamu nol atau zero. Mau kamu dibilang kalau harga otakmu kosong atau nol besar?

(Saya tidak tahu bagaimana wajah anak muda tersebut saat diberi “wejangan” seperti itu).

Pesan moralnya : jangan pernah remehkan kekuatan yang menempel dalam sekujur ragamu.

Playing victim dan serba menyalahkan pihak lain akan nasib buruk, sama dengan menganggap bahwa nilai diri kita (termasuk nilai kreativitas yanga ada dibalik otak kita) sama dengan nol. Zero.

Solusi Mujarab #3 : Menaklukkan Sikap Manja dan Tidak Gigih Menemukan Jawaban secara Mandiri

Mentalitas miskin yang ketiga ini wujudnya adalah semacam sikap manja dan suka bertanya pada hal-hal remeh yang sebenarnya mudah ditemukan jawabannya secara mandiri (apalagi di era internet seperti ini).

Namun karena enggan dan malas melakukan eksplorasi secara mandiri, tetap saja dia mengajukan pertanyaan itu, sambil juga ingin diberi jawaban bak lampu aladin yang akan bisa bikin dia jadi kaya mendadak.

Solusi alternatif atas sikap manja dan malas menemukan jawaban secara mandiri itu adalah penciptaan self-learning skills (atau sikap yang gigih belajar dan praktek secara otodidak hingga tuntas, demi menemukan jawaban dan solusi secara mandiri).

Sesungguhnya salah satu soft skills yang paling berharga di zaman ledakan informasi digital seperti saat ini, adalah menumbuhkan kecakapan self-learning.

See. Saat ini sudah ada kampus dan akademi terlengkap di dunia bernama Google University dan Youtube Academy. Mau tau dan belajar apa saja ada, semua materinya tersedia di dua kampus ini.

Lalu ribuan buku panduan dengan topik apa saja dijual di Tokopedia, Shoppe dan Bukalapak, dan ratusan olshop lainnya. Dan semua mudah diorder dan didapatkan.

Kalau Anda punya SELF LEARNING SKILLS yang solid, maka dengan bekal informasi yang melimpah tersebut, Anda bisa belajar dan praktek apa saja yang Anda ingin kuasai.

Namun sayangnya, kecakapan self learning itu jarang muncul. Yang ada sikap manja.

Atau nanya hal-hal remeh seperti : mas, beli bukunya dimana? YAH YA DI TOKU BUKU-lah. MASAK DI APOTEK.

(pertanyaan elementer seperti itu tanda manja, padahal dengan hanya sedikit eksplorasi, dia pasti akan bisa menemukan di mana buku tersebut dijual. Atau orang ini memang malas jalan-jalan ke ratusan toko buku yanga ada di marketplace, dan lebih asyik nonton IG Story yang kadang isinya sampah).

Poinnya adalah : Anda tidak akan pernah jadi kaya kalau punya mentalitas manja dan malas. Ganti sikap ini dengan self-learning skills yang solid.

Langkahnya : tetapkan bidang keahlian apa yang ingin Anda tekuni. Lalu eksplorasi di internet semua bahan yang relevan. Simpan semua bahan secara offline untuk dipelajari nantinya. Kalau perlu, beli buku-buku yang juga penting bagi keahalian tersebut.

Lalu fokus dan pelajari semua informasi yang sudah didapatkan. Matikan notifikasi WA Group dan koneksi wifi. Jangan biarkan distraksi hape merusak konsentrasi dan fokusmu. Lalu lakukan “deep reading” dan “deep learning”. Kemudian praktekkan semua materi yang sudah dipelajari. Repeat and enjoy the process.

Itulah cara benar untuk pintar dan sukses. Bukan dengan cara manja dan malas menemukan jawaban secara mandiri.

DEMIKIANLAH, tiga solusi mujarab untuk menaklukkan tiga mentalitas miskin.

Tiga solusi ini adalah :

1. Sadari : jalan rezeki tiap orang pasti berbeda. Jangan suka nyinyir. Berikan apresiasi atas sukses orang lain dan pelajari prosesnya. Jadikan pencapaian epik mereka sebagai pemicu agar diri sendiri juga bisa ciptakan karya hebat.

2. Hayati selalu kalimat ini : you define your own destiny. Your are the captain of your future.

3. Tumbukan self learning skills yang cetar membahana.

See you at the top.

Silakan diminum dulu kopi susunya. Nanti keburu dingin.

11 thoughts on “Solusi Mujarab untuk Menghilangkan 3 Mentalitas Miskin yang Merusak”

  1. Wow, bisa musnah ditelan kensunyian nih mentalitas miskinnya bila mau membaca dan mengikuti saran mujarab dari Pak Yodh ini.

    Pilihan ada pada diri kita, mau miskin dan nyaman dengan kemiskinannya,
    atau
    Kaya, bahagia, meninggal masuk surga….

    Apa pun pilihannya, sadari dan kita tahu risikonya.
    so, kalau ada apa-apa dengan konsekuensi pilihan kita “ojo ngeluh” ya kawan.

    Salam sukses penuh keberkahan.
    Salam

  2. Waah mantap sekali mas tulisannya pagi ini, membuat semangat saya hari ini kian meledak untuk terus fokus meningkatkan skill digital marketing.

    Panjang umur sehat selalu mas Yodhia 🙂

  3. Bolehkah kita bersikap dengki dan nyinyir atas sukses orang yang korupsi atau tidak bertindak adil?

  4. Terima kasih banyak mas yodhia buat wejangannya yang sangat bermanfaat.
    Setuju dengan 3 hal di atas. Mungkin kalau saya pribadi, bisa ditambahkan juga semua impelementasi dilakukan

Comments are closed.