Kini ada tren : demi mendapatkan penghasilan yang lebih besar, banyak karyawan yang pindah kuadran merintis usaha sendiri. Demi impian untuk mendapatkan financial freedom dan time flexibility.
Sayangnya, banyak yang melakukannya hanya semata karena nafsu, dan bosan dengan pekerjaannya (plus gaji yang tak seberapa).
Akibatnya : tak sedikit yang gagal, dan malahan dikejar-kejar debt collector. Tempo hari bahkan ada yang sampai jual motor demi membayar hutang karena bisnisnya gagal. Oh jadi ini yang namanya financial freedom? Financial freedom mbahmu le.
Tentu saja tidak salah jika ada banyak orang yang melakukan proses pindah kuadran. Namanya juga usaha.
Namun agar probabilitas keberhasilan proses pindah kuadran ini membesar, setidaknya ada sejumlah hal yang layak dilakoni.
Berdasar pengalaman pribadi dan observasi personal, saya melihat ada dua elemen kunci yang akan meningkatkan peluang sukses saat Anda mau pindah kuadran : dari kelas karyawan menjadi kelas juragan.
Mari kita lacak dua faktor itu, sambil menikmati secangkir teh hijau hangat di meja.
Klik gambar untuk akses free KPI software.
Penentu Sukses Pindah Kuadran # 1 : Berbisnis pada Area yang Sama/Dekat dengan Pengalaman Kerja. Saya melihat ada banyak kasus dimana seseorang sukses pindah kuadran, karena ia menekuni bisnis yang sama dengan saat ia bekerja sebagai karyawan/manajer.
Begitulah kita melihat, ada mantan manajer kios KFC yang kini sukses besar menjalani usaha jualan fried chicken lokal. Tempo hari ada teman yang dulunya bekerja sebagai manajer di bidang pemasaran digital (digital marketing), sukses saat ia membangun sendiri bisnis di bidang yang sama – jualan jasa konsultasi digital marketing.
Pengalaman saya sendiri seperti itu. Genap 10 tahun lalu saya resign, untuk memulai membangun usaha sendiri. Di bidang apa? Tentu, saya memilih dalam bidang usaha yang memang saya geluti selama saya menjadi karyawan – yakni di bidang konsultan manajemen SDM.
(Sebelum resign saya dulu bekerja sebagai konsultan manajemen SDM di dua perusahan yang berbeda yakni Ernst and Young dan GML Performance Consulting).
Menekuni usaha dimana kita sudah memiliki pengalaman, memberikan keuntungan berupa : tahu peta bisnisnya, paham jalur pemasarannya, dan mungkin juga jaringan supplier yang ada di dalamnya.
Penentu Sukses Pindah Kuadran # 2 : Coba Dulu, Kalau Sukses, Baru Resign dan Teruskan.
Cara kedua ini artinya, bahkan usaha yang mau dirintis itu sudah coba dijalani dulu saat Anda masih menjadi karyawan. Istilahnya menjadi “amphibi” – double kuadran. Bahasa lainnya : moonlighting atau ngobyek.
Cara ini saya kira salah satu pilihan untuk meminimalkan risiko. Di sela-sela kesibukan kerja, kita mungkin bisa mengajak partner untuk mencoba menjalani bisnis yang akan kita tekuni. Jika ada tanda-tanda sukses, kita bisa resign, lalu fokus membesarkan bisnis itu.
Jika gejalanya menunjukkan arah kegagalan, setidaknya kita masih punya penghasilan dari gaji karyawan (tidak sampai harus jual motor demi uang makan buat anak istri).
Tempo hari saya ngobrol dengan seorang kawan. Ia sudah menjadi manajer senior di sebuah perusahaan multinasional. Karirnya mapan dengan gaji yang menjulang. Namun ia bilang akhir tahun ini mau resign.
Kenapa ia akhirnya memutuskan resign? Ternyata teman saya itu selama ini sudah melakukan proses “moonlighting” – memanfaatkan hari Sabtu yang libur untuk memulai bisnisnya – yakni di bidang pelatihan untuk topik yang amat dia kuasai.
Beberapa kali ia menjual training publik di hari Sabtu, dan pesertanya selalu padat. Tiap kali itu pula, ia bisa mendapat keuntungan bersih yang amat memadai. Ia melihat market untuk jasa trainingnya lumayan besar, dan ia terbukti sudah bisa mendapatkannya. Proven business.
Maka, ia memutuskan untuk menekuni usaha di bidang training itu. Karena setelah di uji coba selama beberapa kali, ada tanda-tanda kesuksesan. Apalagi jika ia fokus total mencurahkan waktu untuk membesarkan bisnisnya itu.
DEMIKIANLAH, dua faktor kunci yang bisa membuat peluang sukses pindah kuadran menjadi lebih tinggi. Tekuni bisnis yang sama dengan pengalaman kerja kita. Lalu uji coba dulu, jika ada tanda sukses, LANJUTKAN (maksudnya, resign dan besarkan bisnisnya).
Oh gitu ya mas..
Kalau untuk yang belum punya pengalaman kerja gimana ?? seperti masih Mahasiswa 😀
iya bener. gimana kalau masih mahasiswa. pengalaman kerja kan masih nol besar
Kalau kelak lulus, ya sebaiknya mungkin kerja dulu. 2 – 3 tahun untuk menimba pengalaman.
Setelah itu bisa mulai merintis usaha sendiri yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang pernah ditekuni.
kalo gitu saya juga mau belajar pindah kuadran mas.. ..
adakah statistik yang menunjukkan bahwa orang resign dari pekerjaannya malah tidak mendapatkan finansial freedom?
Betul sekali Mas Yodhia, saya juga mengalami hal yang sama. Tahun 2007 mulai bekerja di dua kaki, alhamdulillah 2010 usaha yang saya rintis sudah tumbuh baik sehingga saya resain dari perusahaan dengan mantap.
Yang paling penting adalah keberanian, berani belajar, berani bekerja keras dan berani menunda kemewahan untuk masa depan yang lebih baik.
Ingat bahwa usaha baru, ibarat pohon yang baru ditanam, butuh pemupukan, pengairan, perawatan sampai berbuah.
untuk anak kuliahan gimana pak. saya belum punya pengalaman bekerja sebelumnya. berarti mesti bekerja dulu ya dgn orang jadi karyawan ya pak.
saya anak jurusan Komputer. kalau lulus ngga dapat PNS. kerja dimana ya pak saya.
Be a Moonlighter….! Itu yang sedang saya kerjakan. Alloh yang akan membisikan kapan saya harus berhenti sebagai manajer…! Terimakasih Pak Yodh…!
Hidup memang bukan untuk ditaruhkan. Allah menyertakan otak dalam tubuh manusia untuk berfikir bagaimana dan apa yang akan dilakukan besok. so, buat planning yang matang.
setuju dengan pemaparan diatas. seharusnya lebih banyak artikel seperti ini di media, agar banyak yg sadar. pindah kuadran tidak segampang pindah rumah
Bahasan yg menarik dan benar. Berdasarkan pengalaman saya yg belum bekerja atau masih kuliah cari kerja di perusahaan yg baik/asing dgn sistematis yg bagus. Belajar sebanyak banyaknya dan 3-4 tahun baru pindah quadran. Kesempatan utk berhasil akan lebih besar….
betul sekali mas yodhia, saya memutuskan menekuni usaha konveksi seragam ini karena mertua saya sdh menekuni sebelumnya, walau jaringan dan resourches tidak banyak, tapi sangat membantu di awal usaha,
Masih terus berusaha kerja siang malam mas dan selalu mengikuti sajian renyah mas Yodia 🙂
mohon maaf, saya masih belum jadi manager, jadi jalan masih panjang. walaupun konsep usaha sudah saya rencanakan…
insyallah dalam waktu dekat ini sudah bisa saya jalankan.hehehehehe. nunggu taiming yang tepat. tidak boleh grusa grusu….
Mantappp …
konsep ATM bisa mengakibatkan percepatan bisnis.
Saya sangat setuju sekali dengan artikel di atas karena saya mengalaminya sendiri…. 3 tahun bergelut di bidang lingkungan sekarang membuka sendiri konsultan lingkungan,, bidang yang saya geluti sebelumnya.
Terkadang orang resign dr tempat dia bekerja hanya untuk membuka usaha yang lagi trend tanpa tahu mereka benar2 menguasai atau tidak bidang tersebut…
Semangat pagi buat semuanya…. 😀
makasih infonya. sesuai banget dengan kenyataan di lingkungan saya.
Sepertinya Memang Dua Hal Itu, mak Nyoss
Saya udh menjalani, meski belum sukses besar, tetapi saya sekarang sudah action, dan hanya push diri sendiri buat dapat uang lebih, bukan lagi maksa bos naikin gaji yg sudah mentok..
Saya dulu kerja di Retailer Mainan Koleksi, well saya lakukan test and sampai finally sekarang udah pindah Usaha sendiri dibidang saya pernah kerja, meski Belum Sebesar P.T atau CV gitu 😀
hu … hu .. hu
tinggal saya saja nih aksinya bagaimana.
#nasib karyawan
#balada karyawan
Financialnya mungkin dapet. Freedomnya itu lho yg susah.. hehe
tetapi bukan berarti yang pilihan usahanya jauh dari jenis pekerjaannya sekarang menjadi surut langkah.
setidaknya kita bisa menjadi amphibi dulu sampai kondisi usaha bisa dijadikan pegangan. ada kalimat bagus ‘pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar’
pada intinya, harus ada business planning yang baik. bedanya enterpreneur dan yang tidak memang masalah eksekusi, akan tetapi bertindak tanpa merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan.
manajemen resiko, intinya.
Keberanian dalam enterpreneurship memang esensial, akan tetapi keberanian saja tidak cukup. Bedanya berani dengan ceroboh itu tipis.
Bisa juga cara “Sell It Before You Build It”. Cari dulu ordernya. Kalau order sudah dapat, baru produksi. Untuk awal, produksi dilimpahkan pihak lain, tapi pakai merk kita sendiri. Kalau order sudah rutin, baru deh bangun produksi sendiri.
Bagaimana dapat order padahal kita tidak punya bisnisnya? Bagaimana orang mau percaya? Mudah saja. Jual ke orang yang sudah trust ke kita. Misal: keluarga, teman, relasi, komunitas, dll.
“Sell it before you build” itu salah satunya bisa juga dengan menjadi dropshipper.
Ini seperti aku banget, meski usaha yang aku jalani saat ini belum begitu besar.
Yang penting aku yakin dan fokus ini akan menjadi besar. Thank’s.
Artikel di blog ini selalu saja menjadi sumber inspirasi bagiku…
Thanks info-nya Mas.
Tema tentang financial freedom memang selalu menarik dan tidak pernah basi, karena setiap manusia menginginkan kemakmuran.
Hidup memang harus diperjuangkan!
Gila! Jadi pengen pindah kuadran dari pelajar jadi pengusaha *ehh
Emang boleh ya ? hehe
Sangat bagus artikelnya..saya ingin pindah kuadran dengan cara memilih dan menjalankan cara yang kedua..
Kalo profesi guru honorer pindah kuadrannya ke mana pa? Saat ini sy sedang mencoba jadi agen asuransi dan jualan saya lewat blog
baru jalan 3 bln blm ada tanda2 ke arah sukses,masih terus jalan, mohon pencerahaannya pa.
Tks a lot
Ya lakukan saja terus dengan tekun….isi blog dengan konsisten; dan cari back links supaya bagus dimata SEO Google….
Jangan lelah belajar cara meningkatkan trafik blog….Ini kunci. Mau jualan apa saja, pengunjung blog harus banyak….minimal 1000 per hari….baru ada hasil….
Di blog mu aku lihat, banner promosi produk yang kamu jual kurang sekali, malah ndak ada. Sebaiknya di setiap artikel, diberi banner atau logo produk yang kamu jual lengkap dengan no kontak……
Sep lagi dicoba dulu hehe…
https://www.ubicilembu.id/