Beberapa waktu lalu Gallup Worlwide (sebuah lembaga riset internasional) melakukan survei tentang Motivasi Kerja Karyawan terhadap 73 ribu responden dari 141 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Hasil riset Gallup itu menunjukkan hanya 8% karyawan di Indonesia yang benar-benar memiliki level engagement yang tinggi, komitmen dan motivasi kuat dengan pekerjaannya. Sisanya, atau 92 % hanya melakukan pekerjaannya dengan gitu-gitu saja : berangkat, tugas selesai, pulang, lalu terima gaji di akhir bulan.
Di dunia, hasilnya juga relatif sama, hanya sekitar 13% yang punya high engagement level dengan pekerjaannya.
Kenapa bisa begitu? Kenapa mayoritas karyawan di Indonesia dan dunia tidak memiliki motivasi yang begitu kuat terhadap pekerjaanya? Ada tiga faktor kunci yang bisa menjelaskan fakta kelam ini.
Sejatinya ada beragam faktor yang bisa menjelaskan kenapa seorang karyawan tidak begitu termotivasi dengan pekerjaannya. Disini kita akan melacak tiga diantaranya.
Bad Motivator # 1 : Your Salary is Suck. Hampir selalu faktor rendahnya gaji merupakan faktor yang membuat motivasi karyawan meleleh.
Beban kerjanya banyak. Berangkat kerja pagi, pulang petang, macet di jalanan. Sudah begitu, gajinya hanya pas-pasan untuk hidup. *Sakitnya tuh disini* *sambil tunjuk silit* 🙂
Saya juga sering melakukan survei kepuasan karyawan untuk berbagai klien, dan faktor salary ini selalu yang mendapatkan skor paling rendah.
Padahal studi-studi ilmiah tentang human capital telah menunjukkan, faktor salary yang kompetitif merupakan salah satu elemen kunci penentu kejayaan sebuah bisnis.
Berdasar temuan riset, siklusnya adalah seperti ini : gaji mak nyus > lalu mampu attract dan retain great employees > kemudian produktivitas kerja meningkat > lalu kinerja bisnis melambung > sehingga profit naik > akibatnya gaji makin mak nyus.
Siklus yang sebaliknya berwarna muram : gajinya ya gitu deh > motivasi kerja karyawan menurun > kreativitas dan produktivitas menurun > lalu kinerja bisnis nyungsep > lalu profit stagnan > akibatnya gaji ikut-ukutan stagnan > capek deh.
Disini kita mungkin layak mengenang kembali kalimat klasik yang bunyinya seperti ini : if you pay peanuts, you will only get monkeys. Dan monkeys tak akan pernah bisa membuat bisnismu berjaya.
Bad Motivator 2 # Your Job is Boring. Banyak karyawan yang mungkin motivasinya layu karena pekerjaannya monoton, repetitif, membosankan dan tidak ada tantangan lagi.
Padahal jiwamu hanya akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan pekerjaanmu. Saat pekerjaanmu mekar dan menawarkan beragam tantangan yang menarik, jiwamu akan ikut mekar.
Sebaliknya, jika pekerjaanmu monoton dan membosankan, pelan-pelan jiwamu akan ikut stagnan. Gairah pertumbuhan dirimu akan meredup.
Saat otaknya dipotret dengan alat MRI, karyawan yang pekerjaannya monoton dan repetitif maka sel sarafnya benar-benar terlihat seperti mati. Layu dalam makna yang sebenar-benarnya.
Itulah kenapa seseorang yang melakukan pekerjaan repetitif dan monoton, acap merasa otaknya menjadi mandul dan jumud. Mungkin memang karena sel-sel otaknya layu, tidak bisa mekar dan redup atau tidak fresh.
Bad Motivator # 3 : Your Career is Going Nowhere. Jalan karirmu sama seperti jalanan saat pulang kerja : macet dan padat merayap.
Sense of progress. Ini adalah kata kunci yang amat menetukan level motivasi seseorang. Hanya dengan sense of progress, orang masih tetap bisa memiliki harapan dan motivasi.
Sebaliknya, saat sense of progress itu lenyap, maka harapan seseorang juga pelan-pelan pudar. Dan saat harapan telah benar-benar hilang, sesungguhnya jalan ceritamu juga sudah usai. Tak ada motivasi lagi untuk melanjutkan sejarah kehidupan.
Itulah yang terjadi dengan kamandekan karir atau tidak adanya sistem dan jenjang karir yang jelas. Tak ada lagi sense of progress atau pergerakan karir yang melentingkan harapan dan motivasi.
Demikianlah tiga faktor kunci yang mungkin bisa menjelaskan kenapa mayoritas karyawan Indonesia kurang begitu bagus motivasi kerjanya.
Saya hanya berharap, Anda semua masuk yang kategori 8% : yang memiliki komitmen dan motivasi tinggi dengan pekerjaannya. Dan bukan masuk yang kategori 92% (kalau begini, saya akan ikut merasa sedih 🙁 ).
Namun kalaupun gaji Anda masih rendah atau karir Anda mentok, jangan pernah mengeluh. Sebab mengeluh tidak akan pernah memberimu jalan keluar. Mengeluh hanya akan membuatmu makin tenggelam dalam lorong ketidakberdayaan.
Gunakan KREATIVITAS-mu untuk mencari solusi. Dan kenanglah selalu kalimat ini :
You create your own destiny. Bukan bos, atasan, pejabat, tetangga, mertua atau gebetanmu. Bukan. But YOU. You define your own storyline.
Photo credit by : StaffingStream
Selamat bekerja teman-teman semua.
Semangat pagi !!
aahaa!! pagipagi dibikin cengingisan baca tulisan Pak Yod ini. Sangat nampar dan kok kebetulan lagi pas dg kenyataan 🙁
semoga kita semua bisa segera mulai “define our own storyline”
Selamat Pagi..
habis baca, langsung kinclong lagi dah nih semangat
Saya ragu dg angka statistiknya, 92% pekerja bermasalah terlalu besar. Mungkin yg ditanya buruh pabrik atau lagi pas tanggal tua…:). Hanya esensi nya benar…memang jangan sampai masuk ke comfort zone dan otak layu krn bosan dgn pekerjaan yang itu2 saja.
Saya bekerja sdh 20 tahun dgn banyak posisi di bbrp perusahaan berbeda. Hal tsb karena sy tidak bisa dg pekerjaan yg repetitif dan selalu ingin lebih baik lagi dari sisi kemampuan dan gaji.
Sekarang sy sudah diposisi Direktur sebuah perusahaan cukup besar, selanjutnya sy sedang merintis usaha sendiri. Keep move on, terus belajar dan jgn mengeluh saja…
Semangat pagi pak Yodh
Kebetulan saya adalah karyawan sekaligus memiliki usaha sampingan dirumah yg dikelola istri dan team. Membaca tulisan bapak membuat saya selalu bersemangat untuk selalu do te best buat pekerjaan saya dikantor dan juga membesarkan usaha istri… trims pak Yodh… salam jederrr always selalu 🙂
Pada poin 1 : Your Salary is Suck
Gajinya itu suck bkn karena salah perusahaan, tp krn takdir.
Takdir bgmn?
Takdir bhwa karyawan MUSTAHIL bs mjd kaya. 😛
Jika ingin kaya, jadilah pengusaha.
Silahkan baca komen saya d postingan Bang Yodh sebelumnya :
https://www.strategimanajemen.net/2015/01/26/kenapa-gaji-lurah-dan-camat-di-dki-jakarta-tahun-ini-menjadi-rp-33-juta-dan-rp-45-juta-per-bulan
When you working for others, your bos creates your destiny.
heheheh ngena sekali 🙂
Semangat pagi Pak Yodhia dan rekan2..tetap semangat…baik yg pengusaha maupun yg saat ini masih bergaji.
Mantap! Kalimat di ujung tulisan.
Kalau sudah bosan, tidak bersemangat, mandek, macet dengan kondisi yang ada, ya tinggalkan saja, cari tempat lain….
bila cari tempat lain tidak dapat-dapat, ya bangun usaha sendiri 🙂
Mungkin utk terus termotivasi dg pekerjaan carilah pekerjaan yg sesuai dgn ‘passion’ kita. So, love your job and you won’t feel working at all. Cheers
Thank you pak Yodh
di tempat kerja sehari-hari memang boring, karena tidak ada career path dan perusahaan tidak mau mengganti orang ini karena keahliannya.
Melihat kehidupan dari sisi muram juga merupakan faktor yang pelan-pelan membunuh semangat kerja.
Atau pola pikir yang meyakini bahwa jalan rezeki itu hanya satu (yakni dari tempat kita bekerja).
Padahal ketika seseorang meyakini bahwa rezeki senantiasa melimpah, tidak ada kesempatan bagi jiwa untuk mengizinkan semangatnya surut ke belakang.
Super sekali kawan 🙂
Hi Kakak…Menarik sekali artikelnya..? Diantara ke 3 faktor kunci tersebut….kalau saya boleh pilih, saya pilih no.1. Kalau kata Penyanyi Cantik itu… eh Citata. Lagunya hit buanget ‘Sakitnya tuh disini…!. Terima kasih Kakak.
Motivasi di senin pagi yang sangat mencerahkan bagi saya. Terima Kasih Pak Yodhia Antariksa 😉
Hem…, sampai ada scan otak juga ya pak. ngeri juga ngelihat otak jadi layu
inspiratif n menarik, ketiga faktor ini hingga skrg seolah pilar kokoh yg terus ada dlm setiap pekerjaan sy.. yg jlas sperti paragraft terakhir.. trus berjuang.
Love what you do, Do what you love..
Benar juga sih haha mengena banget 🙂
Kerja kalo diniatkan selain cari rizki yaitu ibadah (mengharap keridhoanNya) maka akan slalu semangat
Alangkah baiknya jika bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai minat dan keterampilan tetapi sayangnya makin sempit 😀 hehe
lalu apakah menaikkan gaji adalah solusinya? bagaimana agar karyawan memiliki sense of belonging yg tinggi terhadap perusahaan?apalagi jika perusahaan itu adalah perusahaan yang masih rintisan
3 Faktor yang benar-benar terjadi. Terjadi pada sebagian besar karyawan, saya pun sedikit merasakannya. Angka 92% sepertinya memang benar.. 😀
Memang bekerja itu harus sesuai dengan minat dan hobi.
Semangat kerja terhebat adalah bekerjauntuk ibadah dan dipersembahkan untuk orang orang yang kita cintai….
tank you Pak Yodhia,kau selalu menjadi inspirasi yang menyemangati setiap waktu…..salam sukses. Meski saya berkarier di Generali Insurance saya tetap semangat……karena selalu membaca motivasi yang anda berikan…
Semangat pagi bung Yod,
Sebenarnya untuk tidak membuat kejenuhan bagi karyawan ada solusinya, manager seharusnya mendata kembali karyawan dalam setiap bidang pekerjaan, sudah berapa lama karyawan tersebut dibidang itu minimal 2 tahun sudah harus dirolling ke pekerjaan yang lain begitu seterusnya sehingga karyawan tidak boring. Coba bayangkan berapa banyak karyawan lama yang sering disalahkan tidak produktiflah dsbnya. sementara banyak karyawan baru diterima….yang penting move on lah
Salam Bung Yod,
Rutinitas akan membunuh kreatifvitas
itulah yang saya alami kerja 9 tahun di kantor, sebaik apapun kita, secemerlang apapun ide kita dan segiat apapun kita bekera
so kita akan terpasung di dalam kotak.
Manusia perlu tantangan agar eksis
maka saya sarankan tabung dulu selama kerja, setelah terkumpul coba berwirausaha
Insya Allah asal niat benar dan kemauan kuat.
Karena kerja di perusahaan manapun kita akan stuck.
kadangkala gaji yang menggiurkan tetap menjadi pilihan untuk di comfort zone :))
Salam mas Yodhia, Perkenalkan saya pelanggan baru blog ini *infopenting
Oh ya, mas. bgmn dgn faktor penyesuaian jenis pekerjaan/karir dgn personality.
Saya percaya bahwa kita diciptakan berbeda2 karakter, otomatis ada jenis karir tertentu yg cocok dgn karakter kita.
Ada org2 yg menyenangi clerical job, tapi ada juga yg lbh cocok bekerja di project2 yg berbatas waktu.
Belum lg kecocokan urusan bidang pekerjaan: pilihan marketing atau teknik misalnya.
Nampaknya byk perusahaan yg malas melakukan personality test utk penempatan posisi karyawannya di bidang pekerjaan yg lbh cocok.
Walhasil, biji mangga dipaksa kerja keras spy bisa berbuah rambutan. Depresi-lah dia.
Satu kali pernah nyoba 16 personalities test yg bertebaran di berbagai web, takjublah saya, betapa test itu lebih mengenal diri saya dibanding diri saya sendiri.
Patut dicoba! You didn’t choose your passion, your passion choose you *nitip quote
saya setuju pak, gaji memang menjadi kendala utama..aplgi ditambah kondisi yang bisa dibilang ironis..kerja pagi pulng malam..pagi krja lagi -_-
Wah, menarik bang Yod . Meskipun telat baca. Terkadang, sudah gaji tdk besar, monoton serta kecil sekali career pathnya.
Pilihanya satu, cari atau ya iklas
*Vinio J : 16 personality test, dimana tuh ma’s??