Ranking 15 Perusahaan Terbesar di Indonesia

Jakarta Night reSektor bisnis yang direpresentasikan oleh perusahaan-perusahan skala raksasa pada akhirnya memberikan dampak yang signifikan terhadap kemajuan ekonomi sebuah negara.

Perusahaan-perusahaan berikut ini tidak hanya menyumbang terhadap penciptaan lapangan kerja (sesuatu yang amat krusial), namun juga memberikan kontribusi pajak yang amat masif (sekedar catatan, tahun depan target penerimaan pajak adalah sekitar Rp 1500 triliun).

Siapa saja perusahaan raksasa yang layak dimasukkan sebagai 15 perusahaan terbesar di Indonesia?

Berikut adalah daftar peringkat atau ranking 15 perusahaan terbesar di Indonesia, dilihat dari aspek NET PROFIT (data laba bersih perusahaan adalah data tahun lalu).

1. BRI : net profit 24 TRILIUN
2. Bank Mandiri : 20 triliun
3. ASTRA : 19 triliun
4. Telkomsel : 19 triliun
5. Pertamina : 18 triliun
6. BCA : 16 triliun
7. Telkom : 14 triliun
8. BNI : 11 triliun
9. HM Sampoerna : 10 triliun
10. Perusahaan Gas Negara : 8 triliun
11. Unilever : 5 triliun
12. Gudang Garam : 5 triliun
13. Semen Indonesia : 5 triliun
14. Indocement : 5 triliun
15. Indofood : 4 TRILIUN

Ada 2 catatan yang layak diusung berkaitan dengan ranking 15 perusahaan terbesar di Indonesia ini.

Catatan # 1 : BUMN Story. Dari daftar diatas, ternyata BUMN cukup mendominasi peringkat perusahaan dengan laba tertinggi, diwakili 7 perusahaan, yakni : BRI, Telkom, Mandiri, Pertamina, BNI, PGN dan Semen Indonesia.

Klik gambar untuk akses free KPI software.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa BUMN memang punya peran signifikan dalam roda ekonomi nasional. Harapannya, semua BUMN bisa dikelola dengan profesional dan cemerlang seperti rata-rata manajemen bank BUMN.

Bank-bank BUMN memang relatif lebih bagus manajemennya dibanding BUMN sektor lain. Ini karena sejak awal mereka punya kompetisi yang ketat dengan dunia swasta (berbeda dengan BUMN lain yang kadang monopoli).

Kompetisi acap memaksa Anda untuk melakukan inovasi dan perbaikan tanpa henti.

Di sisi lain, kinerja cemerlang BRI, Mandiri dan BNI juga ditopang fakta bahwa industri perbankan di tanah air memang termasuk industri yang seksi dan prospektif (terutama setelah tragedi Krismon 1997).

BRI secara khusus merupakan primadona. Kinerja gemilang mereka selama bertahun-tahun mungkin juga bukti tentang kekuatan ekonomi skala kecil dan menengah, yang merupakan pasar utama nasabah BRI.

Tahun depan BRI juga akan meluncurkan satelit sendiri bernama BRISAT – membuat BRI sebagai satu-satunya bank di dunia yang punya satelit sendiri. Incredible.

Telkom mendapat laba 14 triliun lebih karena sumbangan dari laba Telkomsel (yang menembus 19 triliun tahun lalu). Mungkin laba Telkom itu, 90% disumbang oleh Telkomsel.

Kalau saja Telkomsel dilepas jadi perusahaan sendiri; maka laba Telkom pasti anjlok dan bahkan rugi. Aneh juga sih, anak perusahaan malah punya laba lebih tinggi daripada induknya.

Catatan #2 : Leading Economic Indicators. Jika mau melihat prospek ekonomi negeri ini, mungkin Anda hanya perlu melihat kinerja 4 perusahan diatas, yakni : BRI, Astra, Semen Indonesia dan Indocement.

Penyaluran kredit (BRI), penjualan mobil dan sepeda motor (Astra) dan penjualan semen adalah 3 indikator kunci untuk melacak arah ekonomi masa depan. Ini adalah 3 leading economic indicators yang layak dicermati jika kita ingin menebak arah masa depan ekonomi negeri ini.

Penjualan semen tak pelak merupakan salah satu indikator kunci untuk mengetahui sejauh mana progres pembangunan infrastruktur sebuah negeri. Di berbagai negara, data penjualan semen selalu dicermati dengan seksama untuk merasakan “denyut nadi” ekonomi sebuah negara.

Fakta bahwa dua perusahaan semen masuk dalam daftar perusahaan dengan laba tertinggi, menunjukkan bahwa laju pembangunan infrastruktur (dan juga perumahan serta properti) di negeri ini bergerak dengan cepat.

DEMIKIANLAH, 2 catatan yang layak didedahkan atas daftar 15 Perusahaan dengan Laba Tertinggi di Indonesia.

Mudah-mudahan suatu saat perusahaan atau kantor tempat Anda bekerja, juga bisa masuk menjadi perusahaan terbesar di Indonesia dari segi profit dan pendapatan.

Sebab jika perusahaan tempat kita bekerja terus tumbuh dengan pesat, maka prospek karir dan peningkatan gaji juga akan lebih terbuka lebar. Ujungnya kita bisa ikut mendapatkan limpahan kemakmuran. Amin.

Klik gambar untuk akses free KPI software !!

45 thoughts on “Ranking 15 Perusahaan Terbesar di Indonesia”

  1. Tulisan yang menarik Pak Yodhia..

    Bagi kita sebagai individual yang ingin “ikut menikmati kesuksesan” Perusahaan2 tersebut, salah satunya dengan Cara membeli saham2 mreka ( Bluechip ),

    buy and hold for long Investment. “Dijamin” saham2 mreka akan naik dalam jangka panjang.

    Jurnal Trading Online saya –>> http://www.sonytrade.com

  2. Fakta tentang rokok, sampai dengan saat ini masih laris manis.

    Larangan dan himbauan tidak mengurangi produksi dan kebutuhan rokok.

    Berbeda, walaupun tidak ada larangan, hanya sedikit himbauan, penggunaan minuman berenergi (yang industri iklannya juga memanen hasilnya), justru menurun (belum ada data). Karena masyarakat tahu (walaupun tidak ada sosialisasi) bahwa telah banyak makan korban kerusakan ginjal akibat minuman energi.

    Pak Yodhia, fenomena apakah ini?

    1. Karena memang konsumen rokok sudah terlanjur besar……dan biasanya sudah kecanduan….. ini agak susah diingatkan untuk berhenti merokok.

      Sbnrnya kampanye rokok (termasuk gambar bungkus rokok yang mengerikan itu) ditujukan untuk CALON PEROKOK – bukan untuk para perokok (kalau sudah kecanduan merokok relatif sulit mengubahnya).

      Jadi kampanye anti rokok lebih efektif ditujukan untuk kalangan remaja (calon perokok) – agar mereka kelak tidak telanjur jadi konsumen sampe tua.

      Minuman energi agak stagnan karena memang bahaya minuman ini jadi viral di internet.

      Dan mungkin mudah menghentikan kebiasaan minum energy drink (tidak ada efek kecanduan). Atau efek kecanduan tidak sefatal kebiasaan merokok.

      Ada zat dalam rokok yg membuat otak pemakainya jadi kecanduan (dan tidak mudah menghilangkan efek kecanduan ini).

  3. Gile BRI neh makin melesat saja…dulu pernah diceritakan dosen saya, justru pelayanan BRI yang “ndeso” membuat nasabah kecil dan menengah gak segan datang.. bermula darisanalah BRI berkembang..

    coba pelayanannya kaya bank lain yang wang-wangi bikin minder nasabahnya tuh..

    mungkin itu ya yang disebut mementingkan conversi bukan hanya sekedar penampilan

    Sarapan pagi yang maknyus memang 🙂

  4. Tks pak Yodhia utk komentarnya yg cukup pedas thd Sampoerna dan Gudang Garam.

    Cuma saya masih mau nambahin mengenai upaya mereka menebus “dosa” dgn bikin beasiswa, sponsor olahraga, penghargaan2, dll. itu ibaratnya : habis membunuh seseorang, terus di kubur baik2, keluarganya dikasih santunan.

    Kalo ada teman atau saudara yg kerja atau diterima kerja di perusahaan rokok pasti saya bully habis2an, spy mereka malu dan mau resign.

    Cari kerjaan di tempat lain yang lebih manusiawi.

    1. Benar, salah satu cara yang cukup efektif untuk menghambat laju bisnis destruktif industri rokok adalah dengan membuat orang2 hebat (manajer top) tidak nyaman bekerja di perusahaan rokok.

      Mungkin perlu diupayakan agar manajer2 andal menjadi malu kalau bekerja di perusahaan rokok (karena mereka ikut membuat masyarakat menjadi tidak sehat).

  5. BUMN mng keren, mnjdi prestige trsndiri klo sukses brkrir ddlmny.

    Salute utk BRI.. jamahanny hingga k dusun2, k pelosok2, kpasar2 membuktikan profit yg edan bg BRI.

    Smg k dpan, prusahaan asap dgntikn olh perushaan pangan, kesehatan, gizi, atau susu.

  6. Setuju banget dengan pandangan Bapak soal rokok. Saya percaya dengan dinamika dan fleksibilitas dunia ekonomi sehingga seandainya kehilangan industri rokok sekali pun, tidak akan membuat Indonesia terpuruk. Kita sudah biasa menyesuaikan diri…

  7. Yup, pencapaian industri semen di suatu negara memang jadi salah satu indikator pembangunan yang pada ujungnya juga jadi indikator perekonomian.

    Tahun depan Indonesia akan oversupply semen, ketika banyak pabrik semen baru mulai operasi.

    Kelebihan produksi ini memang bisa dialokasikan untuk ekspor, yang menunjang devisa. Tapi yang mengkhawatirkan, kelebihan produksi ini siapa yang akan menikmati?

    Just info, tahun 2015 separuh lebih kapasitas produksi semen di Indonesia dihasilkan oleh perusahaan semen asing.

    Jadi pertanyaannya, siapa sebenarnya yang menikmati pertumbuhan semen ini?

  8. Pak Yodh.
    Tentulah profit2 itu tidak datang serta merta dgn sendirinya, past ada hal2 yg menjadi faktor datangnya profit.

    Mungkin ada yg bisa di share dr sekilas yg pak Yodh tau apa yg membuta BRI begitu menempati posisi tertinggi dari net profit dari list perusahaan yg ada.

    Dari segi publishitas kelihatannya BRI jauh ada di bawah bank2 plat merah lainnya, terutama di media Tv nasional misalnya, di kota2 besar seperti jakarta juga gerai2 BRI yg tampak tak sebanyak gerai2 Bank BUMN lainnya 🙂

    Salam dr PSHR Bandung
    http://www.purisetiabudhi.com

  9. kereeen tulisannya. BRI memang semakin berkembang sejak mereka mengembangkan bisnis bukan hanya UMKM tapi wil perkotaan juga. Tetap semangat

  10. bukan mau sok suci om yod, cuman dari 15 itu 4 diantaranya sektor riba yakni bank (bunga, kredit bunga tinggi) dan 2 adalah rokok .

    serta yg hasilnya dari SDA cuman ada semen sama gas padahal potnsi kita besar disitu dan juga yang sifatnya sdm misalkan dari ekonomi kreatif.

    saya pribadi tidak bangga dengan hal ini.

      1. Kalau dari sistemnya mungkin iya, cuman kalau dari niatnya kan enggak. Jadi saya gak salahkan nasabahnya. Namun memang sekarang kita sudah tidak ada pilihan dalam urusan perbankan

    1. Saya penganut aliran : positive mindset dan lebih baik mensyukuri apa yang sudah baik.

      Mungkin karena saya banyak baca riset2 ilmiah tentang kekuatan “prasangka baik” daripada sibuk mencari “yang negative”.

      Sibuk melihat2 kejelekan hanya akan membuat hati kita pesimis dan tidak bahagia.

      Dan itu bisa fatal : jiwa yang tidak bahagia akan sering gagal dalam hidupnya.

    2. Kalau soal riba, saya bukan ahlinya sih. Ini dilematis juga.

      Namun kalau mau jauh dari riba, ya sebaiknya jangan pakai rupiah juga.

      Sebab rupiah yng kita pegang dalam dompet itu hasil riba juga (dikelola oleh BAnk Indonesia dengan suku bunga juga sih).

      Pakainya dirham kalo mau konsisten.

      Kalau berkisah banyak tentang riba namun sehari-hari masih pakai rupiah, yah ya jaka sembung naik ojek dong….ndak nyambung jek…..

      1. tidaklah mengapa menyimpan uang di bank, sebatas untuk penyimpanan dan transaksi (transfer) saja tanpa memanfaatkan bunganya.

        Masalah bunga bisa disedekahkan buat kemaslahatan umat, misal perbaikan jalan, selokan, poskamling.

        Bunga jangan dimanfaatkan secara pribadi…

        Kalau pinjaman, kredit, deposito…janganlah, itu riba.

        Kalo belum mampu, ya nabung dulu…

      2. Kalau masalah pesimis justru saya optimis karena bank nasional bisa jadi tuan rumah dinegeri sendiri. Cuman saya hanya kurang bangga . Dari 20 perusahaan dengan profit terbesar di Asean pun mayoritas perbankan (sumber: economic challenge metrotv) . Tapi menurut saya lebih baik kalau yang kuat disektor real nya bukan yang sifatnya keuangan.

        Masalah riba dengan kondisi sekarang memang sudah mencakup aktifitas sehari-hari. Namun kembali sadar kan penting. Toh sudah ada sumbernya dari sang pencipta dan terbukti tahan krisis

  11. BUMN oh BUMN, ceritamu selalu menarik.

    Kalau lihat artikel mas Yodhia hari ini, rasanya kita jadi setuju tuh usulan pemerintah menyerahkan BUMN yang dikomandoi Bu Menteri Rini untuk mengerjakan proyek “fantastis” kereta cepat Jakarta – Bandung.

    Tapi kok masih rame pro-kontranya ya? Lihat saja artikel Pak Renald Kasali ini (https://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/12/053000726/Menyoal.Ribut-ribut.Kereta.Cepat.Jakarta-Bandung.bagian.1.)

    Menurut pendapat Mas Yodhia gimana ya?

    Terima kasih untuk info maknyusnya mas…

  12. Wah saya kurang paham ya….

    Namun kalau soal kereta api cepat jakarta- bandung, rasanya kurang pas. Jauh lebih baik yang dibangun jalur jakarta – surabaya.

    Lebih bagus lagi uangnya digunakan untuk pembangunan rel KA lintas sumatra atau linta kalimantan.

    Projek KA Cepat Jakarta – Bandung akan membuat pembangunan semakin Java Centris. Dan impaknya mungkin kurang mak nyus. Kan sudah ada jalan tol Cipularang.

  13. sembari baca artikel mas yodhia, menarik juga scroll komen dan tanggapannya.

    “Kalau berkisah banyak tentang riba namun sehari-hari masih pakai rupiah, yah ya jaka sembung naik ojek dong….ndak nyambung jek”

    katanya anti barat tapi gadget dari sono, katanya anti atheis tapi pake mobil buatan jepang (yg katanya ga bertuhan) dsb dsb…mending kemana mana naek sapi sama bawa dirham

  14. Saya kadang kecewa dengan pelayanan BRI, meskipun begitu kita harus ucapkan terima kasih atas sumbangsih pajak yang masif dari BRI.

    Didonimasi oleh sektor perbankan, rasanya tidak salah jika tulang punggung perekonomian bersandar pada sektor perbankan dan keuangan.

    Untuk BUMN, mungkin akhir-akhir ini kita harus mengucapkan terima kasih.

    Kecuali PLN yang nggak masuk dan selalu merugi ‘katanya’

  15. 15 Perusahaan terbesar yang disajikan dalam artikel ini akan sangat berguna bagi negri. Thank you

    Kak Yodhia,, bisa tanya,, kalau mau bikin e-book itu menggunakan app atau apa ? mohon di jawab,,

  16. Dari mana ya Pertamina 18 trilyun net profit ? Di antaranews, profit semester satu 2015 sekitar 7 trilyunan..

  17. Pak Yodhia untuk Telkom memang hebat untuk keputusan membentuk anak perusahaan Telkomsel karena bisa menyelamatkan Telkom.

    Ini merupakan keputusan yang jenius diambil oleh pimpinan Telkom pada waktu itu.

    Sedangkan untuk perusahaan rokok yang menyedihkan adalah selain merusak juga sebagian besar konsumen mereka adalah kelompok bawah, lebih memilih tidak makan daripada tidak merokok.

    Mereka miskin tetapi memperkaya perusahaan Rokok dan tentu saja menjadikan pemilik perusahaan rokok menjadi orang terkaya di Indonesia.

    Sangat penting bagi pemerintah untuk semakin memperkecil ruang gerak perusahaan rokok untuk berkembang.

  18. Saya jadi heran kenapa BCA dan bank Mandiri kok kalah ya sama BRI. Sedangkan kepopuleran BCA dan Mandiri tentunya lebih tinggi dari pada BRI.
    Terima kasih

  19. saya hidup di desa terpencil…n satu2nya bank yg ada adalah BRI

    satu2nya sinyal yg ada adalah sinyal telkomsel ..

    mknan jg kbnyakan produk indofood, nah klo rokok justru djarum gak ada d daftar!

  20. Trimakasih infonya sangat bermanfaat.. Ada paman saya yg pernah jadi manajer di astra yg sering memberi motivasi saya, kemaren dapet cerita juga dari dosen dan sekarang saya tahu bahwa astra adalah salah satu perusahaan yg benar2 bonafit dan prospektif.. Semoga perusahaan2 diatas kelak bisa menjadikan indonesia sebagai negara ekonomi terkuat dunia

  21. Data2 ini (data laba bersih perusahaan tahun 2014) sumber nya dari mana ya? Kenapa tidak dicantumkan untuk per perusahaan?

  22. maaf,mungkin di sini sya paling muda, di desa saya ada bank, BNI, BCA, BRI, MANDIRI DLL.

    namun hanya BRI lah yang mampu membuat bank tiap perkecamatan di desa saya…

    BRI mampu mendapatkan laba, karna mereka tau mana yg harus di bidik dan hasil nya sempurna

Comments are closed.