Kejatuhan Tragis Yahoo dan Pelajaran Maut tentang Innovator’s Dilemma

yahoo-careers reMinggu lalu, sang pioner internet yang legendaris itu akhirnya menyerah dalam duka. Bisnis inti Yahoo akhirnya diakuisisi oleh Verizon, raksasa telekomunikasi dari Amerika.

Bagaimana mungkin raksasan Yahoo yang dulu pernah begitu digdaya itu bisa jatuh dalam kenestapaan, dan menjadi tidak lagi relevan dalam ledakan digital?

Pelajaran krusial apa yang layak kita petik dari drama kejatuhan Yahoo ini? Dan hikmah inovasi seperti apa yang layak dikenang?

Sekedar prolog. Sebagian kecil informasi dalam tulisan ini mungkin sudah Anda baca dalam artikel yang menjadi viral di Facebook dan ratusan grup WA.

Seperti biasa, kultuit orginal saya di Twitter kadang di-copas dan lalu di-share, dan tidak jarang malah menjadi viral di ratusan grup WA dan FB. Sayangnya, sumber penulis asli sering tidak disebut sama yang copas.

Maka suka muncul komen aneh bin lucu : artikel di blog Anda kok isinya copas dengan artikel yang menjadi viral ini. Copas gundulmu alus Le.

Artikel yang jadi viral itu ya aslinya saya yang nulis. Cuma dia ndak tahu karena sumber asli tidak disebut oleh yang pertama menyebarkan.

Itulah dark side of social media. Banyak yang suka copas tanpa sebut sumber asli. Yah, inilah risiko hidup di era social media. #AkuRapopo

Oke, kembali ke topik utama tentang Kejatuhan Yahoo.

Ya kita sudah tahu, minggu lalu bisnis inti Yahoo diakuisisi oleh Verizon dengan harga yang relatif murah, “hanya” sekitar Rp 65 triliun. Berapa valuasi Yahoo di tahun 2000 saat puncak kejayaannya? Rp 1300 triliun.

Sebuah kejatuhan yang teramat perih dan pahit : dari tadinya bernilai 1300 jatuh menjadi hanya 65.

Mengapa Yahoo jatuh begitu tragis? Sederhana mungkin : Yahoo benar-benar luput menangkap gelombang revolusi mobile smartphone dan ledakan social media.

Banyak analisa yang tertegun kenapa dulu yang menciptakan Facebook bukan para pioner dari Yahoo, padahal saat itu Yahoo punya segalanya.

Kita juga tertegun kenapa yang memunculkan Instagram bukan Flickr (milik Yahoo) yang saat itu adalah dewa dalam photo display.

Itulah penyakit yang lazim disebut dengan “innovator’s dilemma” : sejenis arogansi dan rabun inovasi yang mudah menjebak para market leader.

Innovators-Dilemma-Book1Saat sebuah bisnis sedang menjadi market leader, mereka mudah mengabaikan “disruptive innovation” dari pemain kecil, yang suka muncul dari arah yang tak terduga.

Ah, mereka hanya semut kecil merah. Begitu kata petinggi Nokia saat Android pertama kali lahir. Ah, mereka hanya tren sesaat anak-anak kampus yang suka pamer, begitu komentar Yahoo saat Facebook mulai muncul.

(Facebook memang pertama kali muncul dari jaringan pertemanan anak-anak kampus di Harvard dan Yale – sebelum menyebar).

Namun penyakit arogansi seperti itu sejatinya hanya merupakan kegalauan tipikal dari para market leaders. Kegalauan untuk memilih arah masa depan.

Maksudnya begini. Market leaders sebenarnya sadar akan pentingnya inovasi.

Namun mereka canggung untuk melangkah terlalu radikal, karena merasa “new areas” itu terlalu berisiko, sementara bisnis utama mereka saat ini masih gemuk dan menguntungkan. Ngapain mengejar hal baru yang tidak pasti?

Yahoo, Microsoft dan Intel terjebak penyakit itu. Mereka sudah menjadi dewa di era “desktop computing”. Saat era mobile computing mulai muncul, mereka ragu untuk melangkah dan menyongsong habis-habisan mobile computing.

Bisnis inti kita sekarang sudah sangat menguntungkan, ngapain buru-buru mengejar hal baru yang belum tentu sama menguntungkannya. Begitu alasan khas penguasa pasar.

Inilah persis penyakit “innovator’s dilemma” : dilema antara mempertahankan bisnis utama yang masih menguntungkan namun punya risiko menurun, atau habis-habisan mengejar area baru yang potensial namun belum pasti.

Nokia, Yahoo dan Intel masuk dalam perangkap dilema itu.

Mereka lamban menyongsong paradigma baru, dan saat benar-benar terjadi “paradigm shift” (dalam hal ini perubahan radikal dari era desktop ke era mobile computing), mereka terlambat. Tertinggal dari new players yang masuk ke area baru tanpa beban.

Android dan Facebook adalah new players yang tanpa beban. Mereka tidak dibebani “legacy business” yang membuat mereka ragu untuk melangkah.

Itulah innovation advantage dari small and new players : karena tidak terpaku dengan “beban sejarah” mereka justru menjadi lincah dan nothing to lose. Dan sikap semacam ini ternyata punyak impak masif dalam memenangkan disruptive innovation.

Yahoo mungkin terlalu mencintai produk utamanya saat itu, dan enggan masuk ke ranah social media yang masih belum jelas masa depannya.

Mereka terlalu sayang dengan bisnis portal dan media-nya yang masih sangat menguntungkan. Dan karena itu agak enggan melangkah terlalu radikal dengan new areas of social media.

Dan saat paradigm shift terjadi (saat ledakan mobile dan social media terjadi), Yahoo menjadi sangat terlambat dalam memberikan respon. Dan lalu pelan-pelan menjadi tidak rlevan.

Pola kejatuhan Yahoo mungkin sama persis dengan pola kematian Kodak dan Nokia. Mereka terlalu mencintai produk unggulannya dan enggan merambah ke area baru secara cepat dan radikal.

Beban sejarah kebesaran masa silam membuat mereka ragu meluncurkan inovasi yang terlalu radikal. Mereka takut hal itu justru akan membuat keunggulan sejarah mereka hilang.

Namun mereka lupa : para new players yang tak punya beban sejarah terus melangkah dengan cepat. Dan saat paradigm shift terjadi, new players ini mendadak melesat terbang. Meninggalkan jauh old and big players, yang hanya bisa tertegun dan melongo.

Maka pelajaran yang layak dibungkus adalah ini : Too much love your product will kill you.

Kadang Anda perlu melakukan creative destruction. Anda harus rela membunuh produk utama Anda, sebelum para rival melibasnya tanpa ampun.

Kodak, Nokia dan Yahoo kini hanya bisa mengenang kalimat itu dengan perasaan duka.

Dalam sunyi kematian di taman kuburan, semerbak bau bunga Kamboja terus mencari mangsa.

48 thoughts on “Kejatuhan Tragis Yahoo dan Pelajaran Maut tentang Innovator’s Dilemma”

  1. Kreativitas dan inovasi yang selalu di-asah adalah salah satu modal yang powerful di dunia bisnis saat ini.

    Apalagi menyangkut bisnis digital yang perkembangannya sangat cepat.

    Siapapun yang bisa men-drive kreativitas dan inovasi yang lebih baik dari yang lain, dialah yang akan menjadi pioner-nya.

    Namun perlu diingat segala sesuatu di alam ini ada hukum kelahiran dan kematian. Ia dilahirkan-dewasa-mati.

    Silih berganti…..

    Artikel yang sangat bagus dan inspiratif Kang.

    Terima kasih
    https://manajemenkeuangan.net/
    Blog Referensi Manajemen Keuangan dan Akuntansi

  2. Kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa tak ada yg tak mungkin di dunia bisnis sekarang.

    Mungkin bisnis kita saat ini masih skala kecil, namun bukan tidak mungkin suatu hari nanti akan menjungkalkan para raksasa.

    Again, tulisan yang menggugah pak Yod..

    Salam

    https://rumahsyariahberkah.com
    Blog Rumah Syariah penuh Keberkahan

  3. ketika om membahas tentang kejatuhan perusahaan raksasa dengan skala bisnis dinamis macam elektronik, sosial media , internet , dan sebagainya memang seru.

    pertama wajar bangkrut karena memang harga jual barang tersebut hancur ketika jadi barang second. kedua tahun 2000 valuasi ribuan trilliun itu lebih pada nilai market bukan aset nyata (setuju pendapat mark Z)

    ketiga yahoo kurang peka sama facebook yang justru membeli WA dan Instagram.

    mungkin kesimpulannya: jika anda main di bisnis yang fundamentalnya kurang, terus invest pada pemain baru yg 1/2 matang . dan panen setelah matang

  4. Tulisannya yang bagus sekali. Mengadakan kembali pentingnya berbenah secara terus menerus.
    .
    “Jangan sekali-kali merasa nyaman disuatu tempat/posisi hingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar.”

  5. sudah gak heran bila Yahoo akhirnya tumbang.. ditengah ledakan digital mobile saat ini, masyarakat lebih banyak heboh di sosial media dan portal2 baru yg bertebaran bak jamur musim hujan.

    Sedangkan Yahoo adem ayem tanpa gebrakan apapun, mungkin memang telah lama “capek” sehingga memutuskan pengibaran bendera putihnya.

    Kisah Yahoo menjadi renungan kita semua, Zona Nyaman memang mengerikan. Bak Penjara berbentuk Surga. sm seperti kisah Raja Nicolas V yang terlalu bangga dengan benteng Konstantinopel sebelum takdir akhirnya meruntuhkannya hingga ke akar.

    https://kasamago.com/bertravel-usaha-belajar-menjadi-seorang-startupreneur/

  6. Master Yodhia,

    inovasi adalah inti dari suatu perusahaan,

    please kedepannya share dong tips tentang how to be the out of the box innovator,

    because innovator is not born, it’s forged

    thanks
    ck

  7. Raksasa digital Goog memberikan dana pada karyawan utk start-up maka lahirlah Pokemon GO.

    Salah satu cara menampik Innovator’s Dilemma ditengah cepatnya perubahan dan inovasi digital…

    TortueYoga – Sticky Yogamat from German – https://tortueyoga.com

  8. Jebakan inovasi memang mengerikan. Kebanyakan pemain besar itu takut inovasi yang radikal menghancurkan bisnis yang sedang jaya. Mereka tahu tapi tidak mau.

    Memang keberhasilan inovasi banyak bergantung pada barrier to entry pada bisnis.

    Kalau saja bisnis mobil itu inovasinya semurah bisnis telco, untuk bikin 1 ponsel cuma butuh biaya produksi kurang dari sejuta misalnya, mungkin toy*ta atauHon*a sudah dilibas oleh inovator2 mobil listrik.

    Bisnis telco atau internet, biaya produksinya relatif murah. Yang mahal buangeet adalah mendapatkan ide-ide yang brilian dan kemampuan mewujudkan ide tersebut.

    Sayangnya, semua orang punya potensi menghasilkan ide brilian tersebut dan banyak investor ventura yang bersedia membiayainya. Jadi barrier to entry di bisnis ini relatif rendah.

    Kalau berkaca pada kurva S, dalam kondisi perubahan seperti ini, tidak mungkin pencarian kurva S berikutnya menunggu kurva S pertama melandai (saya membahasnya cukup panjang di sini https://wp.me/p7rPNm-4g).

    Justru ketika sedang jaya kita cari peluang bisnis baru. Biaya eksperimennya tidak susah kita peroleh.

    Kalau ditarik ke kehidupan kita, ketika masih kerja di tempat yang enak, cari peluang-peluang baru.

    Kita bisa leluasa bereksperimen. Kalaupun gagal, kita hanya kehilangan uang, namun isi otak kita bertambah. Anggap saja sebagai biaya kursus.

    Beda ketika kalau sudah jelang pensiun baru cari-cari peluang. Otot kita sudah melemah.

    Ketika menghadapi tantangan sedikit saja sudah gemetaran.
    So, jebakan inovasi ini bukan hanya untuk korporasi. Kita pun bisa kena jebakan itu.

    Masuk zona nyaman, lantas tidak mau bergerak atau belajar. Ketika situasi tidak menentu, otot kita tidak terlatih bergerak.

    Maka, samalah nasib kita seperti Yahoo dan kawan-kawannya.

  9. mengenai tulisan yang jadi viral pekan lalu, saya sih tetap mengenal itu tulisan Pak Yodhia karena gaya penulisannya yang KHAS! tenang saja pak! haha #akurapopo

  10. suka dengan intro-nya mas, ahahay..
    …. gundulmu, bla..bla…
    hehe…

    artikelnya selalu mantab, mudah dicerna.
    paling suka jika bahas seperti ini, para raksasa bisnis yang satu per satu mulai tumbang.

    kalau bisa yang di indonesia lagi mas, kayak pas bahas telkom dulu,
    analisa-nya tokcer, soalnya saya sering liat di pinggir2 jalan, pegawai telkom bahkan yang sudah ber-usia seolah “dipaksa” jd sales, miris., sakno liat e, hehe.. (just my analysis)

  11. Ah, kadang ini yang bikin tertegun dan melongo. Bukan cuma pada yahoo, nokia, intel atau microsoft, keadaan ini juga terjadi didunia nyata terlebih pada ranah dunia kerja.

    Mereka yang katanya senior sulit menerima inovasi sehingga mengandalkan kekuatan senioritas. Yang junior justru habis-habisan tanpa ampun melibas segala yang menghalangi. Sungguh ironi

    Trims atas pelajarannya, semoga semakin melek dan sanggup berpikir dan bertindak positif.

  12. tewas karena kurang inovasi dan takut keluar dari zona nyaman.. gila jatuhnya, Rp1.300 T menjadi hanya Rp 65T.. 200 kali lipat

  13. Anehnya berita tentang kejatuhan Yahoo dan diakuisisi Verizon ini sudah saya dengar sebelumnya. Dan tulisannya khas tulisan di blog ini.

    Apakah mereka mencontek isi tulisan yg belum di-publish?

    Saking khasnya, saya bisa bedakan tulisan itu berasal dari blog ini apa bukan?

    Just another inspirative article from this blog.

    http://www.MengajiMakna.com I Blog solusi, inspirasi dan motivasi

    1. Iya, artikel yang jadi viral itu tulisan saya juga.

      Namun pertama kali saya publish di Twitter…..bukan di blog ini.

      Kadang saya memang membuat draft artikel via Twitter terlebih dulu, sebelum publish di blog ini.

      Kalau respon follower di Twitter bagus, lalu saya buat artikel dengan lebih lengkap, dan kemudian baru publish di blog.

      Jadi saya menggunakan Twitter seperti oret-oretan ide. Lalu saya matangkan, dan kemudian saya publish di blog ini.

  14. Loh 4hari yg lalu artikel ini saya baca di status teman. kok mirip banget ya?. cuma nyantumin credit by bisnis.com

    Btw, memang saat ini eranya digital terlebih di wadah social media & toolsnya pake smartphone.

    sony, nokia, kodak, yahoo, gak bisa berinovasi layaknya Google. pdhl dulu Yahoo sempat di tawari akuisisi Google. tp gak mau.

    jauh sblm Google Search ada, Altavista sudah populer duluan dibawah bendera Yahoo!.

    tp lagi2 krna ga bisa inovasi akhirnya altavista mati.

    geocities, koprol, yahoo chat room, myblog log, dsb. pelan-pelan di matiin. skr perusahaannya yg di jual :v

  15. Tidak ada yang abadi di dunia ini , yang besar dan Jaya belum tentu bisa selamanya berada diatas bisa juga terjatuh dan tersungkur .

  16. Superrr sekali om Yodhia.

    manusia mempunyai batas, bahkan mimpi manusia pun mempunyai batasan.
    satu orang tidak akan mampu mewujudkan semua mimpi (terlebih itu adalah mimpi org lain).

    saat kita telah mencapai sesuatu mimpi nya(kesuksesan), manusia cenderung akan berhenti dan menikmati pencapaian tsb(bila kita tidak menikmati apa yang telah kita capai…lantas apa yg akan kita nikmati??)

    Jadi saat senior dikalahkan dengan junior nya itu adalah hal yang wajar menurut gw. apakah orang2 pendiri2 dari nokia pernah memimpikan alat komunikasi yang terintegrasi dengan mobil,rumah bahkan dengan badan manusia? mungkin itu bukan mimpi mereka tapi mimpi junior mereka.

    jadi menurut gw salah satu faktor yang membuat mereka jatuh bukan mereka tidak bisa berinovasi (mungkin memang mimpi mereka hanya sampai disitu) tapi keserakahan & ketamakan mereka tidak memberikan kemudi perusahaan itu kepada junior2 mereka yang mempunyai mimpi2 berikutnya.

    salam

  17. Akhirnya muncul juga bahasan lengkapnya Pak. Lucu juga banyak yang share tulisan Pak Yodh dengan sumber yang bermacam-macam.

    Saran saya, di kultwitnya tambahin penutup: Kultwit ini disampaikan oleh Nama Bapak untuk Akun Twitter Pak Yodh.

    Sukses Terus Pak!

    Salam,
    https://siuntung.com

  18. Atau memang takdirnya begitu? Dipikir2 para pemain lama akan selalu punya beban sejarah. Jadi mau tidak mau pasti akan tertinggal dari pemain baru tanpa beban sejarah.

  19. Saya sih memang bukan pakar dunia teknologi atau marketing, tapi sepertinya setiap produk ada siklus hidupnya, terlebih teknologi yang terus berkembang.

    Sepertinya kalau sebuah perusahaan ingin terus menjadi market leader, dia harus bisa terus berinovasi dan berubah.

    Contoh yang bisa seperti itu saya lihat adalah Google, banyak produk baru yang dikeluarkan walau bukan berarti semua produknya menjadi viral dan banyak digunakan

  20. Thanks banget mas untuk tulisannya yang sangat inspiratif, membaca tulisan ini saya jadi ingat kata2 “The Power of Small” yang (seharusnya) Yahoo memahaminya.

  21. Betul sekali,

    bagaimanapun juga kita saat sedang memiliki sesuatu yang sedang kita cintai Dan itu paling menghasilkan, maka kita lupa akan beragam ancaman kecil dari berbagai pihak.

    jadi apabila sampai kita terlalu mempertahankan usaha yang gak ada prospek di masa depan, maka itu prcuma saja.

    salam

    https://www.langnusa.com
    Blog seputar informasi yang menarik dan bercahaya

  22. Permasalahan Yahoo bukan hanya tidak berinovasi, tapi tidak adanya visi yang jelas mengenai industri digital kedepannya…
    terutama di sistem pendapatannya!

    Google punya google adsense, Facebook juga punya, sedangkan Yahoo masih cupu dengan mengandalkan pemasukan terbesarnya dari para pengiklan…

    Yahoo sempat berusaha mengejar dengan mengakuisisi overture perusahaan dibalik google adsense, tapi lagi-lagi karena kekurangan visi

    Yahoo justru terjebak dan banting setir ke perusahaan media, disinilah awal kejatuhan Yahoo!

    social media mereka disuntik mati, termasuk koprol yang menyakiti orang indonesia!!

    Bahkan pada awal tahun ini, Yahoo mendirikan perusahaan baru bernama Animist Systems, LLC yang bergerak dibidang Syaraf buatan! dan menggelontorkan nilai dana sebesar 40 milyar dolar!

    Dari sini kita bisa lihat bahwa Yahoo mati bukan karena tidak berinovasi!!

    mereka berinovasi, tapi karena Mereka tidak punya VISI yang jelas, dan gamang dengan DNA Brand mereka!

    mereka gagal dalam inovasinya! mereka merasakan krisis identitas! perusahaan apakah mereka, News? mail?atau search engine?

    https://mariodevan.com/2016/07/29/yahookehabisan-nafas-karena-tidak-memiliki-visi/

  23. gara gara dbilang copas, saya jd pengen komen , bertahun tahun ikutin blog ini, slalu original n renyah….

    dbilang copas, hahahaha, ngakak langsung

    yg bilang copas, ya kayaknya baru liat Blog ini =D

  24. Kisah Yahoo menjadi renungan kita semua, Zona Nyaman memang mengerikan. Bak Penjara berbentuk Surga.

    sm seperti kisah Raja Nicolas V yang terlalu bangga dengan benteng Konstantinopel sebelum takdir akhirnya meruntuhkannya hingga ke akar.

  25. ” Nokia, Yahoo dan Intel masuk dalam perangkap dilema itu.”

    Apakah Intel juga termasuk dalam area “ketinggalan inovasi” ?

    1. Ya benar Intel termasuk yg luput dalam menangkap gelombang mobile revolution.

      Mikroprosesor Intel kurang laku untuk smartphone. Hanya laku untuk Windows PC/Laptop. Padahal penjualan PC dan Laptop kalah jauh dari penjualan mobile smartphone.

      Maka harga saham Intel jatuh, dan ribuan karyawannya di PHK.

  26. Jadi sedih bacanya… Padahal dlu Yahoo merupakan saingan berat Google dalam layanan E-Mail. Jatuhnya dari “Lantai 1300” ke “Lantai 65”, Pasti rasanya “sakit”.

  27. Selagi masih di bangku kuliah sering sekali seorang dosen saya menerka Yahoo akan jatuh secepatnya menyusul perusahaan lain yang diakuisisi dengan harga jatuh…

    Booom!!! akhirnya terjadi juga.

    Ironis memang perusahaan seraksasa Yahoo tidak dapat dengan baik melakukan riset siklus produk

    Belajar Bisnis Online
    http://www.ehpedia.com

  28. Dulu pertama kali nemu tulisan Pak Yodh soal robohnya perusahaan Jepang bukan dari blog ini, tapi blog orang
    Setelah nemu blog ini jadi pengunjung loyal dan setia

    Eh tau-tau kemarin ada temen yg copas lagi artikel tentang jatuhnya Yahoo di FB,,, Perkuat lagi branding FB nya ya pak…

    Seperti biasa,,, setiap membaca tulisan pak Yodh selalu dapat insight baru dan the new selalu… *_^

  29. Bicara bisnis kita bicara inovasi. Para pebisnis harus terus berinovasi agar produk/jasanya semakin digemari konsumen. Apalagi bisnis di bidang teknologi, tiap hari terus bermunculan hal baru. Harus tanggap..

    lisubisnis.com

  30. oh tulisan itu tulisan mas yodhia,

    betul banget mas. srkng pun kalau cek analityc 79% orang mengakses ke web kita melalui mobile. era telah berubah dan paradigma juga berubah

  31. Gila, yahoo segede gitu aja bisa hancur. Padahal, kalau dipikir-pikir pada zaman-nya semua pakai yahoo.

    yahoomail, yahoogroups, yahoo mesengger. Apa sih yang bukan pake yahoo.

    Saya pikir-pikir di bisnis laundry kiloan yang digeluti saat ini, juga perlu segera melakukan inovasi. Karena kompetisi sudah mengarah ke red ocean dan promosi yang gitu-gitu aja.

    Laundry harus go online (seperti gojek mungkin) atau inovasi lainnya yang belum kepikiran.

Comments are closed.