Blog Strategi + Manajemen Ditendang dan Dipenalti oleh Google

Hingga hari ini Google masih menjadi dewa dalam jagat internet yang kian dinamik. Jutaan orang mengandalkan search engine yang mereka miliki untuk mencari kepingan informasi dalam jagat maya yang makin membuncah.

Dengan kata lain, Google masih merupakan pintu masuk bagi ribuan orang untuk menjelajah dunia web. Itulah kenapa, jika web atau blog kita tidak pernah muncul atau lenyap dalam hasil pencarian di Google, itu bisa berarti sebuah petaka.

Dan persis itulah yang terjadi pada blog ini. Sejak empat minggu lalu, blog strategi + manajemen ini resmi ditendang, dan dipenalti oleh Google. I was shocked and speechless.

What went wrong? Continue reading

Gaya Manajemen a la Starbucks

Anda semua pasti sudah pernah mampir ke kedai Starbucks atau mencicipi roti abon Breadtalk bukan? Starbucks, donat J.Co, Breadtalk dan sederet produk sejenis lainnya barangkali memang merupakan simbol tradisi mutakhir masyarakat metropolitan.

Secangkir frappuccino caramel, roti abon a la flosh, dan dua potong donat rasa lemon pada akhirnya memang bukan sekedar produk makanan dan minuman. Mereka adalah sejenis produk kultural, dengan mana masyarakat metropolitan melampiaskan hasratnya untuk melakoni gaya hidup kontemporer.

Toh dibalik kemeriahan gaya hidup mutakhir itu, terselip satu pelajaran penting : produk-produk simbolis itu ternyata juga merupakan hasil dari sebuah “kejeniusan manajerial”. Starbucks barangkali layak disebut sebagai contoh yang paling fenomenal. Ditopang dengan strategi manajemen jempolan, Starbucks tiba-tiba merebak bagai virus dan gerainya memenuhi setiap sudut kolong langit : mulai dari keramaian di kota Chicago hingga di pinggir jalan tol Cikampek, mulai dari Plaza Senayan hingga Plaza Del Toro di Barcelona, mulai dari sudut kota di negri Tibet hingga di depan jalanan padat daerah Tebet Pancoran. Continue reading

Mengapa Training Gagal Memberikan Value for Business?

Pengembangan kompetensi dan produktivitas SDM tak pelak merupakan salah satu elemen kunci untuk memastikan bahwa roda bisnis terus berjalan, menembus masa depan. Itulah kenapa hampir semua perusahaan mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk memberikan program pelatihan dan pengembangan bagi para karyawannya.

Namun acapkali, program learning and development yang menelan dana hingga miliran rupiah per tahun  itu tak kunjung mampu memberikan impak yang optimal. Sebabnya sederhana, dan klasik : hampir semua kegiatan dan program training tak pernah memberikan perhatian yang konsisten untuk melakukan follow up pasca kegiatan training (post training monitoring).

Akibatnya : peserta training hanya mengenang gegap gempita kegiatan pelatihan dalam hitungan minggu (atau bahkan hari). Setelah tiga atau empat bulan, semuanya redup ditelan angin (gone with the wind). Dan apakah kegiatan training itu kemudian memberikan dampak positif bagi kinerja bisnis, ah coba tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Doh. Continue reading

3 Ways to Build Excellent Teamwork

Hampir semua kisah legendaris tentang kejayaan perusahaan atau organisasi selalu dibentangkan oleh sebuah tim kerja yang ekselen. Penemuan lampu bohlam pertama ternyata tak hanya diracik oleh sang genius Thomas Alva Edison, namun lantaran ditopang oleh puluhan anggota tim-nya yang bekerja tak kenal lelah, melakukan eksperimen hingga ribuan kali.

Medium internet yang sekarang tengah Anda nikmati juga diracik oleh kolaborasi puluhan programmer yang bekerja di lembaga Darpa Defense Project. Dan kisah Facebook yang fenomenal itu diusung tak hanya oleh Mark Zuckerberg namun hasil kolaborasi sang pioner dengan tiga rekannya yang sama-sama punya peran fundamental.

We don’t create superman/woman, we develop super team. Demikian kredo yang kini kudu diusung dengan penuh bara antusiasme. Sebab tanpa kualitas tim yang top markotop, sebuah organisasi bisa limbung ditelan arus perubahan yang terus menggilas tanpa kenal letih. Kalau demikian, dimensi apa saja yang amat penting untuk membentangkan sebuah tim legendaris? Continue reading

Berapa Rata-rata Income Orang Indonesia dalam Setahun?

Berapa rata-rata annual income penduduk Indonesia? Data terakhir menunjukkan, tahun 2010 ini rata-rata pendapatan setiap penduduk Indonesia (per kapita/per kepala) sudah berada pada angka USD 3000 per tahun. Ini artinya setiap tahun, rata-rata setiap penduduk Indonesia mendapatkan penghasilan sebesar USD 3000 (atau setara Rp 27 juta per tahun).

Angka itu adalah angka rata-rata. Tentu ada sebagian penduduk yang annual income-nya mencapai 200 juta rupiah per tahun. Dan ada pula yang hanya 12 juta per tahun. Ada pula yang setahun menembus angka 60 juta. Namun semua ini jika di-rata-rata akan menghasilkan angka income sebesar USD 3,000 per penduduk (per kapita) per tahun.

Angka pendapatan per kapita adalah salah satu indikator penting untuk mengukur kemajuan ekonomi bisnis sebuah bangsa. Dan pencapaian sebesar USD 3000 adalah sebuah milestone bagi negeri ini yang layak di-syukuri. Ada tiga catatan penting yang hendak disajikan berkaitan dengan tembusnya angka USD 3000 ini. Continue reading

Jika Anda Ingin Kaya, Silakan Baca Tulisan Ini

Menjadi kaya barangkali merupakan sebuah harapan yang digenggam oleh banyak orang. Sebab, tanpa kekayaan dan penghasilan yang cukup melimpah, kita bisa termehek – mehek mengikuti kenaikan harga barang yang terus meliuk-liuk.

Tanpa rezeki yang terus mengalir, kredit sepeda motor atau mobil yang kita ambil bisa macet di tengah jalan. Atau mungkin kita dipaksa untuk terus nebeng di rumah kontrakan (dan sudah rumah kontrakan, sempit lagi. Doh.) Dan ah, bukankah anak-anak kita butuh pendidikan yang layak. Tanpa nafkah yang memadai, bagaimana kita yakin mereka akan punya masa depan yang kinclong?

Jadi apa kiat dan rahasia menjadi kaya, kalau begitu? Oke, sebentar lagi jawabannya akan dengan renyah disajikan disini. Namun sebelum Anda melanjutkan membaca tulisan ini, silakan tundukkan kepala, dan awali hari kerja Anda di pagi ini dengan doa : mudah-mudahan rezeki yang penuh keberkahan akan terus mengalir dalam diri kita semua. Continue reading