Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran FamilyMart di Indonesia semakin mencolok. Dari sekadar toko swalayan waralaba asal Jepang, FamilyMart menjelma menjadi gaya hidup baru di kalangan urban muda. Gerainya makin menjamur di Jakarta dan kota penyangga, bukan hanya jadi tempat belanja kebutuhan ringan, tapi juga tempat nongkrong cepat, makan praktis, dan ngopi sambil isi ulang energi.
Kesuksesan FamilyMart di Indonesia patut dicermati, karena mereka datang ke pasar yang sebenarnya sudah penuh sesak. Ada minimarket besar seperti Indomaret dan Alfamart, ada juga convenience store seperti 7-Eleven (yang ironisnya justru gagal di Indonesia).
Tapi FamilyMart tampil dengan pendekatan yang berbeda, dan berhasil menemukan ceruk yang pas. Dari sinilah kita bisa mengambil lima pelajaran bisnis yang sangat relevan.
PT Unilever Indonesia Tbk, sebagai salah satu perusahaan barang konsumen terkemuka di Indonesia, telah mengalami penurunan kinerja bisnis yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan ini tercermin dari laporan keuangan tahun 2024 yang menunjukkan penjualan sebesar Rp35,14 triliun, turun 8,99% dibandingkan tahun sebelumnya, serta laba bersih yang anjlok hampir 30% menjadi Rp3,36 triliun.
Faktor-faktor Penyebab Penurunan Kinerja
Melemahnya Permintaan Konsumen
Direktur Utama Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyebut bahwa penurunan kinerja penjualan disebabkan oleh pertumbuhan harga dasar yang negatif sebesar 3,6% dan pertumbuhan volume dasar yang melemah 5,2%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan permintaan konsumen yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi dan perubahan prioritas belanja masyarakat.
Berikut 6 KPI palung krusial bagi masa depan sebuah bisnis. 6 KPI ini yang selayaknya dicermati dengan serius jika sebuah bisnis ingin sukses dengan cetar membahana.
Pendapatan Bersih (Net Revenue):
KPI ini yang jadi ukuran berapa banyak pendapatan yang nyata setelah dipotongin biaya produksi, biaya operasional, dan biaya lainnya. Pendapatan bersih ini jadi indikator paling penting buat tau keberhasilan keuangan bisnis.
Laba Kotor (Gross Profit):
KPI yang ngitung bedanya pendapatan sama biaya langsung yang terkait dengan produksi atau penjualan barang atau jasa. Laba kotor ini nunjukin seberapa efisien bisnis ngelola biaya produksi.
Laba Bersih (Net Profit):
Nah, yang ini ngitung laba setelah dikurangin dengan semua biaya termasuk biaya produksi, biaya operasional, dan biaya lainnya. Laba bersih ini nunjukin keuntungan beneran yang didapet bisnis setelah ngitungin semua pengeluaran.
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan (Revenue Growth Rate):
KPI ini yang ngitung persentase pertumbuhan pendapatan dari periode ke periode. Pertumbuhan pendapatan yang tinggi nunjukin keberhasilan bisnis dalam ngejar pelanggan baru atau nambahin penjualan buat pelanggan yang udah ada.
Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Rate)
Nah, yang ini ngitung seberapa puas pelanggan sama produk atau layanan yang bisnis kasih. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi tuh jadi tanda penting keberhasilan bisnis dalam nyenengin pelanggan sesuai kebutuhan dan harapannya.
Persentase Pangsa Pasar (Market Share Percentage)
Ini yang nunjukin seberapa besar porsi pasar bisnis dibandingin pesaingnya. Kalo punya porsi pasar yang tinggi, bisnis nunjukin dominasinya di industri atau pasar tertentu.
Artificial Intelligence (AI) telah menjadi salah satu teknologi paling revolusioner dalam beberapa dekade terakhir. Kemampuan AI untuk memproses data, menganalisis pola, dan mengambil keputusan secara otomatis telah mengubah lanskap bisnis di seluruh dunia.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dampak AI yang signifikan bagi bisnis dan bagaimana teknologi ini telah meningkatkan efisiensi dan inovasi di berbagai sektor.
Salah satu dampak paling jelas dari AI adalah peningkatan efisiensi operasional. AI memungkinkan otomatisasi tugas-tugas yang sebelumnya membutuhkan waktu dan usaha manusia. Misalnya, dalam bidang manufaktur, penggunaan robot AI telah mengurangi kesalahan dan waktu produksi. Proses produksi yang dulunya membutuhkan banyak pekerjaan manual sekarang dapat dilakukan dengan cepat dan akurat oleh robot AI.
Selain itu, AI juga telah membantu bisnis dalam meningkatkan keputusan strategis. Dengan menganalisis data secara mendalam, AI dapat mengidentifikasi tren pasar, perilaku konsumen, dan pola-pola bisnis yang kompleks.
Hal ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih informatif dan dapat membantu perusahaan dalam mengembangkan strategi yang lebih efektif. Sebagai contoh, perusahaan ritel dapat menggunakan AI untuk menganalisis preferensi pembeli dan membuat rekomendasi produk yang spesifik dan personal.
Pindah kuadran adalah sebuah istilah yang menjadi sangat populer lantaran buku best seller bertajuk Rich Dad, Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki. Isitilah ini merujuk pada perpindahan dari kuadran seorang pegawai (employee) bergerak menuju kuadran business owner atau entrepreneuer. Dari seseorang yang tiap bulan menerima gaji secara bulanan, bergerak menjadi manusia mandiri yang menciptakan penghasilannya sendiri.
Pilihan menjadi entrepreneur kini tampaknya memang tengah digandrungi banyak orang; dan ini tentu saja merupakan sebuah hal yang layak disukuri. Sebab negeri kita tercinta ini masih sangat membutuhkan barisan manusia mandiri yang berani mengambil risiko menjadi entrepreneur pencipta lapangan kerja.
Pertanyaannya adalah : jika kita sudah terlanjur menjadi pekerja kantoran (employee) dan mungkin kini tengah menikmati sebuah comfort zone, apa yang mesti harus dilakukan untuk pindah kuadran? Dan kapan sebaiknya pindah kuadran agar bisa meraih SUKSES?
Minggu lalu, Indonesia dan puluhan negara lain di dunia agak sedikit dibikin heboh karena peluncuran produk BTS Meal, sebuah hasil kolab antara raksasa makanan cepat saji Mcd dan raksasa boyband global, BTS dari Korea.
Peluncuran BTS Meal memang tidak hanya terjadi di tanah air, namun juga di 49 negara dunia lainya. Di berbagai negara, efeknya relatif sama : bikin heboh karena BTS Meal langsung diserbu oleh jutaan BTS Army yang amat fanatik dengan band kesayangan mereka.