Dalam artikel minggu lalu kita sudah membahas tentang dampak kelam hedonic treadmill. Yakni saat dana kita habis hanya untuk memenuhi aneka dorongan nafsu demi menguasai aneka benda materi. Sayangnya nafsu ini tak pernah bisa terpuaskan, sebab keinginan kita untuk pamer dan memiliki aneka materi memang tak pernah ada ujung akhirnya.
Dari perspektif keuangan, gaya hidup yang boros dan pola pengeluaran yang konsumtif semacam itu tidak akan memberikan manfaat finansial dalam jangka panjang. Sebab aneka pengeluaran yang konsumtif semacam itu seringkali lebih didorong oleh nafsu untuk memuaskan keinginan (want), dan bukan kebutuhan sejati yang memang nyata (needs).
Dari sudut ilmu tentang kekayaan (the science of wealth) pembelian aneka barang yang konsumtif itu acapkali malah menimbulkan “kerugian finansial”. Kenapa? Sebab benda-benda (entah berupa gadget, mobil, motor, atau tas) yang kita beli demi memuaskan nafsu itu dalam jangka panjang malah akan mengalami depresiasi (atau nilainya makin menurun).
Continue reading