Kenapa pada Saat Usia 55, Anda Harus Punya Tabungan Minimal Rp 3 Milyar?

Hanya 7 % pekerja di Indonesia yang paham dan sudah menyiapkan masa pensiun dengan cermat. Itu artinya ada 93% yang tak punya bayangan bagaimana hidup mereka sesudah memasuki usia pensiun.

Demikian survei terbaru yang dilakukan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tentang kesiapan pekerja di tanah air dalam menghadapi masa pensiun.

Angka itu agak mencemaskan. Akan ada banyak orang – termasuk mungkin Anda – yang jatuh miskin saat memasuki masa pensiun. Tabungan kian menipis, tak lagi punya penghasilan, dan dipaksa untuk bekerja serabutan saat usia kian menua.

Sejumlah survei menunjukkan manusia Indonesia itu buruk dalam soal perencanaan hidup.

Yah, kita serahkan saja pada Yang Diatas. Rezeki sudah ada yang mengatur. Jika kalimat ini disertai dengan ikhtiar yang cermat dan sistematis, maka statement itu baru punya makna. Ikhtiar yang sungguh-sungguh (sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib kaum yang tidak mau mengubah nasib dirinya sendiri).

Yang lebih sering kalimat itu diucapkan sekedar sebagai bentuk “pelarian dari kenyataan hidup yang pahit”. Kalimat menghibur diri yang kosong makna, sebab tak disertai dengan hitungan cermat bagaimana kelak akan hidup sesudah pensiun. Baru sadar kalau uang di tabungan benar-benar nol.

Yang lebih pahit : kalimat yang terkesan bijak itu digunakan untuk menutupi ketidakmampuan dirinya dalam melakukan perencanaan keuangan yang sistematis. Terus saja menghibur diri dengan kalimat indah, sampai suatu hari tersadar, tak ada lagi harta yang bisa diwariskan kepada anak-anak.

Yang tak kalah pahit : hitungan kebutuhan tabungan saat Anda memasuki usia pensiun memang agak menyeramkan. So, mari kita coba lakukan perhitungan.

Asumsi perhitungan ini adalah sekarang usia Anda 30 tahun dan punya dua anak (artinya Anda akan pensiun sekitar 26 tahun lagi).

Biaya besar yang akan muncul dan harus disiapkan saat Anda memasuki usia 50-an tahun adalah menikahkan dua anak Anda.

Biaya pernikahan sederhana sekarang menghabiskan tak kurang Rp 100 juta/anak. Dua puluh tahun lagi, saat dua anak Anda siap menikah, mungkin biayanya sudah tembus Rp 300 juta (estimasi yang konservatif mengingat inflasi yang tinggi tiap tahun).

Artinya biaya pernikahan dua anak Anda itu adalah Rp 600 juta (uang sebesar ini saja berat, boro-boro membelikan dua rumah buat dua anak tercinta).

Biaya lain adalah biaya hidup sehari-hari untuk Anda dan pasangan Anda. Sekarang biaya hidup untuk dua orang di kota besar mungkin sekitar Rp 5 juta/bulan (hitungan yang sangat minimal).

26 tahun lagi saat Anda pensiun, berapa biaya hidup untuk Anda dan pasangan Anda? Mungkin sudah sekitar Rp 15 juta/bulan (kembali estimasi yang konservatif, sebab inflasi per tahun = 3%). Sekedar info : harga sepeda motor Honda baru naik sekitar 5 kali lipat dalam kurun waktu yang sama.

Artinya, saat memasuki masa pensiun, Anda butuh uang Rp 15 juta / bulan sekedar untuk bisa makan dan hidup (belum jika sakit sebab usia kian tua).

Untuk biaya hidup setahun, berarti dibutuhkan dana Rp 180 juta (15 juta x 12 bulan).

Nah, berapa tahun Anda dan pasangan akan bertahan hidup? Kini usia rata-rata orang Indonesia adalah 70 tahun. Artinya, sejak pensiun di usia sekitar 56, secara rata-rata, Anda masih akan terus hidup hingga 14 tahun lamanya.

Tabungan yang mesti disiapkan berarti Rp 180 juta x 14 tahun = Rp 2.5 milyar. Ditambah biaya pernikahan dua anak Rp 600 juta, menjadi Rp 3.1 milyar.

Jadi jika usia Anda sekarang 30 tahun, maka Anda harus menyiapkan dana sebesar minimal Rp 3 milyar agar masa tua Anda tidak dihabiskan di jalanan, merana nasibnya dan terlunta-lunta.

Jika hanya dari tabungan, tidak akan cukup. Misal Anda menabung sebulan Rp 1 juta, setahun hanya dapat Rp 12 juta. Dalam waktu 26 tahun menabung, Anda akan dapat uang “hanya” Rp 312 juta (jauh dari kebutuhan yang Rp 3 milyar). Kepala makin pening bukan.

Maka mengucapkan kata : rezeki mah sudah ada yang ngatur, adalah kalimat indah yang paling mujarab untuk membuat pening hilang buat sementara. Dan kelak akan datang lagi 🙂

Tak ada pilihan lain : sisa uang Anda jangan ditabung, tapi DI-INVESTASI-KAN. Sebab perencana keuangan bilang, yang sanggup mengejar kenaikan inflasi adalah jika uang Anda di-investasikan ke tempat yang produktif.

Pilihannya investasi bisa ke reksadana (minimal investasi hanya Rp 200 ribu; tapi rutin setiap bulan baiknya). Atau ke ke sektor properti (ruko di tempat strategis yang ada di kampung halaman mungkin?)

Atau uang tabungan yang ada digunakan untuk modal usaha yang profitabel. Bisa buat buka kos-kosan sehingga kelak dapat passive income yang memadai. Atau, mungkin untuk ikut usaha franchise kuliner.

Makin muda Anda menyiapkan dana untuk pensiun, makin bagus. Plan your future life properly.

Mungkin jika kepepet, akhirnya hidup saat usia tua bergantung pada kiriman uang dari anak-anak Anda. Sebaiknya dihindari jika memungkinkan. Sebab anak-anak Anda kelak juga butuh biaya yang tak sedikit untuk membiayai keluarga dan cucu-cucu Anda.

Saya tak tahu kapan Anda akan pensiun. Mungkin 20 tahun lagi, 10 tahun atau 8 tahun lagi. Namun luangkan waktu sejenak untuk berpikir suingguh-sungguh : apa yang harus Anda lakukan agar Anda mendapat rezeki yang barokah senilai minimal Rp 3 milyar.

Pertanyaannya adalah : bagaimana agar punya dana Rp 3 milyar saat pensiun kelak? Agar kelak saat usia 60 tahun, Anda tak lagi harus naik busway setiap pagi, berjejalan menembus kemacetan demi sesuap nasi?? Panduan agar Anda bisa memiliki dana Rp 3 milyar saat pensiun dapat didownload secara GRATIS di sini. Download Sekarang Juga.

62 thoughts on “Kenapa pada Saat Usia 55, Anda Harus Punya Tabungan Minimal Rp 3 Milyar?”

  1. Saya sudah umur 66 tahun, mungkin sudah boleh memberikan sedikit masukan atas karangan anda, 3 anak saya menikah dengan biaya sendiri, menolak dibantu dalam biaya, karena mereka bisa dan sanggup.

    Mereka malu minta bantuan untuk kehidupan baru mereka, saya yakin dikemudian hari, anak cucu merekapun akan dididik bisa mandiri.

    Ingat selalu, baik untuk anak juga diri sendiri, membangun ahlak dinomor satukan, jika uang yang anda kejar, keserakahan yang tumbuh.

    teman2 saya yang seumur, sudah banyak yang sukses mengumpulkan harta dan deposit yang jadi ajang pertempuran anak cucu dalam perebutan Gengsi dan Harta. Karena begitu, sudah banyak pula teman saya, belum mencapai umur 60, duluan meninggalkan saya, dengan membawa sekalian strese hidup, kangker, penyakit jantung.

    Nasihat saya, ikutilah hukum alamnya, buatlah rencana sesuai dengan keadaan, jika ada lebih, bantulah kaum papa, walaupun tuanya Anda tidak punya deposit 3.1 milyar, tapi deposit Anda disurga nilainya lebih dari itu.

    Mungkin Ada yang mau tanya, ada berapa banyak deposit saya, jujur mengatakan sangat sedikit, tapi saya bisa memberikan kehidupan lebih 200 orang karyawan, dan entah berapa banyak anak diberikan bea siswa. Saya sudah pensiun. Semoga masukan saya ini bisa bermanfaat.

  2. angka-angka nya sangat woww menurut saya …
    meski demikian, tetaplah menjalani kehidupan ini tanpa tekanan angka-angka.

    sangat sepakat sekali jika angka-angka di atas ‘sebatas’ menjadi penyemangat agar mengalami kehidupan yang lebih baik, yaitu dengan persiapan yang lebih baik sebagai bentuk kewaspadaan dan antisipasi hidup atas kondisi yang tak pernah bisa ditebak.

    Semangat Pagi …
    semoga samangat kita, dibarengi niat dan kesempatan yang bisa kita maksimalkan dengan sebaik-baiknya

  3. Superb sekali artikel ini. Seharusnya di sekolah juga diajarkan yang beginian. 😀

    Oya, apakah investasi asuransi unit link juga masuk hitungan untuk masa pensiun?
    Trims

  4. Saya berdoa semoga kita semua bisa meninggalkan generasi yang kuat dibelakang kita, kuat iman, akal-pikiran dan ekonomi.

    Agama saya mengajarkan keseimbangan, maka berusahalah untuk menyeimbangkan kehidupan dunia yang sekarang dengan kehidupan akhirat nanti.

    Jangan alergi untuk menjadi kaya materi, ingat juga unyuk selalu berbagi. Semoga sejahtera selalu bagi saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Pancasila tetap dijalankan.

    Wassalam

  5. Analisa pak Usmanusar sungguh bagus. Karena itu berlatar dari apa yang beliau lakukan sendiri, maka itu patut kita terima. Namun, apa yang pak Yodhia tulis di sini esensinya adalah PERSIAPAN. Perhatikan paragraf pertama:

    “Hanya 7 % pekerja di Indonesia yang paham dan sudah MENYIAPKAN masa pensiun dengan cermat. Itu artinya ada 93% yang TAK PUNYA BAYANGAN bagaimana hidup mereka sesudah memasuki usia pensiun”

    Kata yang saya tandai dengan kapital itulah esensinya. Ada 97% yang tak punya bayangan apa yang harus dilakukan pada masa tuanya dan tulisan ini adalah salah satu alternatif untuk menyiapkan itu.

    Adapun pak Usmanusar jelas sekali sudah MEMILIKI perencanaan yang baik. Beliau termasuk golongan 3% itu -hanyasaja memakai cara yang berbeda denga pak Yodhia. Dan itu sah-sah saja menurut saya.

    Demikian 🙂

  6. Artikel pak yodhia hari ini membuka wacana baru mengenai kehidupan pasca pensiun,tapi statement pak usmanusar lebih mencerahkan dalam menjalani kehidupan ini thanks to all

  7. Kereeen….langsung ditanggapi dengan pas oleh pak Usmanar. Menurut saya investasi yg paling pas itu anak2 yang pintar, rajin, sekolah bagus, yg nantinya bisa menghidupi dirinya sendiri dg kualitas hidup yang baik.

    Jangan sampai jor2an mengumpulkan uang pensiun tanpa barokah dan mengorbankan fisik serta mental di saat muda. Uang belum menjamin, lbh penting lagi menikmati hidup, sederhana, sadar dan siap menjadi tua. Jangan dilawan…

  8. Saya kok kurang sepakat, kenapa sebagai orang tua seolah-olah berkewajiban membiayai pernikahan anak dan membelikan rumah sekalian.

    Saya kira tindakan orang tua semacam itu tidak mengajarkan hidup mandiri putra putrinya. Bukankah kewajiban orang tua hanya memberikan anak “sayap” untuk dapat terbang mencari penghidupan dan membuat “sarang”.

    Mungkin mas Yodya juga tidak diwarisi rumah atau biaya perkawinan. Tetapi dapat beli rumah dan membiayao perkawinan sendiri. Bukankah orang tua kita, orang yang hebat?

  9. Setuju dengan ID “Usmanar”. Didiklah anak untuk “tidak merongong” saat pensiun.

    Setuju dengan Yodhia bahwa kita juga harus siap2 di masa tua tidak “merongrong” anak. Istilahnya, asuransi ada, makan sekadar sambal lalapan ada, mau jalan-jalan pun bisa, punya bisnis kecil2an sekadar buat belikan mainan buat cucu.

    Demikian pendapat saya.

  10. Tetapi artikel ini bikin stress bagi para calon pensiunan yang sebentar lagi menjelang. Dimana tidak ada waktu untuk menabung atau berinvestasi.

    Menjadikan masa pensiun bak memasuki Neraka dunia…

  11. Untuk pak Chris Aditra (6)

    Sekedar saran kalau mau persiapan dana pensiun lebih baik di instrumen Saham, reksadana, emas atau properti. Jangan di unit link produk asuransi mengapa tidak di unit link?

    Ketika investasi tumbuh so what tetapi ketika investasi tdk tumbuh dana akan menyusut drastis. Mengapa? Karena biayanya besar, dimana biaya tidak turun tetapi makin lama makin.

    Akan lebih baik di produk reksadana biayanya sedikit. Produk reksadana sama persis dgn unitlink hanya yg jual berbeda, dari segi biaya reksadana biayanya lebih kecil dan kelebihanya juga bisa di beli secara reguler.

    Untuk investasi, produk asuransi kurang pas tetapi asuransi paling tepat untuk PERLINDUNGAN.

  12. Saya sangat setuju untuk mendidik anak agar bisa mandiri termasuk membiayai pernikahan mereka sendiri tapi sebagai orangtua saya tetap harus berpikir yang terburuk bagi anak saya.

    Artinya kita sebagai orangtua tetap harus mempersiapkan langkah2 terbaik jika kedepan anak2 kita tidak cukup mampu untuk mandiri dan gagal memenangkan “thropy kemapanan karir dan ekonomi”.

  13. Bapak usmanusar: saya setuju dengan cara hidup bapak yang baik dan bijak sehingga terbukti baik di sikap anak2 bapak.
    Bang yodh: sekali-kali pak usmanusar diminta menulis yang mungkin bisa memberikan inspirasi kehidupan dan semangat yang baik bagi kita yang lebih muda untuk menjalani hidup.

  14. Pak Yod ini aneh…

    Kemaren ibu saya bilang “Klo ada tanah kosong bilang biar ibu belikan ntar satu2 buat anak.”

    Aku mengerutkan dahi n bilang “Buat apa beliin… biar tiap anak bertanggung jawab pd dirinya sendiri… beli rumah sendiri… belajar mjd kaya dg tangannya sendiri…”

    Jgn didik anak mjd manja… anak kita nantinya hrs kuat… klo bs jd pengusaha muda yg dh bs punya rumah sendiri dibawah umur 30th.

    Justru saya klo bs tidak akan mewariskan harta satu perak pun pada anak2 saya.

    Saya mewariskan ilmu, pemikiran, n semangat.

    Mgkn sy akan bilang pd mereka “Jgn jadi pecundang yg mengharapkan warisan…”

  15. Sama dengan Pak Usmanusar’ umur sudah 54 tahun saya kira tidak mesti sama bagi semua orang.

    Saya setuju kalau itu sebagai persiapan tetapi, banyak cara bilamana umur sudah mendekati pensiun namun belum punya tabungan sebanyak yang ditawarakan.

    Saya masih berusaha yang sifatnya tidak ngoyo (artinya yang beresiko tinggi, walaupun imbalannya tinggi) apalgi kalau unsurnya memberi ruang untuk banyak untuk mendapatkan kesempatan.

    Jujur saya mulai usaha Barbershop, yang melibatkan 19 orang termasuk didalamnya orang yang masih kuliah dan sekolah yang jam masuknya kita sesuaikan.

    Ketrampilan managemen yang kita peroleh ketika kerja dapat diterapkan dan masih bisa untuk sarana berbagi.

    Mr PO Barbershop di Bengkulu

  16. saya sudah mulai ikut investasi, dan mulai nyusun bisnis kecil, walaupun belum kelihatan hasilnya, thanks buat almarhum papa, yang menjadi salah satu dari sedikit orang tua yang mampu memberikan rumah dan mobil bagi kedua anaknya…

    https://mariodevan.com/

  17. Ngomong2 teman saya… menurut proyeksi sy jika tidak meleset maka 1,5th lg penghasilan bersih per-bulannya sekitar 450jt-600jt…. dan semua itu tanpa bantuan uang sedikitpun dr orang tuanya…
    Umur teman sy skrg 25th.
    Dia dulu memulai usahanya dr jualan kelapa… sendiri…

    Saat aq ditanya teman saya itu “Kenapa km g minta saja uang sm ortu?”
    Aq bilang “Gengsi ya… bagiku pemberian ortu berarti penghinaan bagiku… Ga ada kebanggan sedikitpun mendapat uang pemberian ortu… kebanggan itu klo kita bs membangun perusahaan besar dg tangan kita sendiri.”

  18. Tersentak membaca artikel pak yodhia, sebuah alarm yang memang harus dibunyikan sedari awal untuk kami yang sedang dalam usia produktif.

    memiliki PERSIAPAN selalu lebih baik dibanding tidak sama sekali, dan persiapan yang lengkap berupa materi dan mental anak-anak adalah sebagian diantaranya.

    Lebih daripada itu menurut saya menanamkan Iman, Akhlak dan Kemandirian kepada anak JAUH lebih penting.

    Opini & sharing pak usmanusar juga sangat memberi pencerahan, salut pak.

  19. mantab mas, cuman yg paling susah memang menyadarkan sekaligus mengubah mindsite ortu qt ttg cara atau pola pikir ini, makanya orang2 dahulu lebh senang dengan cara menjadi PNS karena masa tuanya sudah dijamin dan ditata oleh negara

  20. Salam perkenalan..Thx Pak Yod utk artikelnya, sangat inspiratif..

    buat pak Fata, sebaiknya jgn mendiskreditkan unit link seperti itu laah..sudah jutaan orang kok yang nyaman dengan mengikutinya, apalagi jika mau menjadi agent nya sekaligus.

    untuk naik turunnya investasi itu adl resiko (semua model investasi memilikinya) mari memandang apapun pilihan berinvestasi dengan obyektif.

  21. to Mariodevan (19) sebaiknya dibaca baik-baik komentar dari ahmad (20).

    to (20) kalau artikel sudah banyak pak di Internet, akan lebih baik lagi menurut saya kalo kita investasi sedikit untuk ikut Training/Workshopnya.

    Terima kasih buat Pak Yodh yg sudah “membunyikan alarm” agar kita waspada.
    Terima Kasih buat Pak Usmanusar yg sudah mengingatkan untuk tetap menjadi manusia yg bermanfaat buat sesama di jaman dimana semua-semuanya diukur dengan satuan uang.

  22. Tulisan ini betul2 inspiratif dan menggugah.

    Sbg orang tua setidaknya/minimal kt harus: memberikan pendidikan yg terbaik untuk anak2 kt & membiayai pernikahan anak2 kt.

    Syukur2 jika kt bs membelikan rumah & memberikan modal buat usaha. Kalo kt mampu kenapa tdk?

    Bukankah kerja keras orang tua itu untuk anak-anak nya baik dimasa skrg maupun masa depan mereka?

    Bahkan beberapa orang tua rela tdk menikmati kehidupannya untuk memenuhi kebutuhan anak2 nya.

    Saya selalu berkata kpd istri saya, bahwa apa yg kita lakukan skrg adalah untuk anak2 kt.

    Untuk memberikan pendidikan yg terbaik, membiayai pernikahan, membelikan rumah, dan memberikan modal usaha untuk masing2 anak.

    Tercapai atau tdk itu urusan Tuhan, sbg orang tua/manusia yg bisa kt lakukan adl niat yang baik, berusaha dan berdoa.

    Itulah knapa disaat teman2 seusia saya (28th) memiliki mobil 2-3, saya cukup 1. Disaat teman2 se-profesi saya memiliki hobi motor besar, saya dan istri cukup naik Honda Vario.

    Disaat istri teman2 saya gemerlap “bling-bling”, istri saya hanya memakai 2 buah gelang dan 1 kalung. Ketika akhir pekan pd shooping ke Mall, saya dan istri tak kenal lelah untuk bekerja.

    Saya dan istri rela tdk menikmati kehidupan ini sbgmana teman2 seusia kami menikmatinya, agar apa yg kita cita2kan untuk anak2 kita tak terlalu sulit untuk digapai.

    Uang memanglah bukan segala-galanya, ada hal2 yg lebih prinsip: aqidah, moral dan juga etos kerja. Tentu saya dan istri tdk melupakan hal-hal yg penting itu.

    Mungkin beberapa orang menganggap apa yg saya cita2kan adl memanjakan anak2, yg menjadikan anak2 tdk punya sense of struggling.

    Dulu waktu saya kuliah orang tua saya tdk membelikan saya mobil, mereka hanya memberikan saya sebuah motor itu pun ketika masuk semester 4, pdhl saya kuliah di salah satu PT ternama di Jakarta Selatan.

    Tempat kos saya.. S3 (sangat super sederhana), uang jajan saya.. 1jt/bulan.. 500rb untuk bayar sewa kos.. sisanya untuk hidup 1 bulan.

    Tp orang tua saya berhasil membelikan rumah dan memberikan modal usaha untuk anak2nya.

    Saya akan melakukan hal yg sama untuk anak2 saya, dan In Sya Allah anak2 saya akan melakukan hal yg sama untuk cucu2 saya.

    “merencanakan masa depan yg indah untuk anak2 kita tidaklah sama dengan memanjakannya”

  23. Kemaren sy ketemu teman sy itu…

    Lalu teman sy bilang “Proyeksimu salah… bkn 450jt, tp bersih 1,2M sebulan. Km belum memasukan keuntungan bersih dr produk ini dan itu…”
    Lalu saya melihat perhitungannya lg… n dy benar…

    Dy mengatakan hal yg sangat inspiratif bagiku “Kebanyakan org bekerja dr pagi hingga malam… sehingga mereka tdk punya waktu untuk bergaul dg teman2nya… n akhirnya pikirannya mandek. Pdhl dg bergaul sm teman kita bs mendapat pemikiran2 baru n mjd lbh baik setiap hr. Minimal temuilah teman sekali ato dua kali seminggu.”

  24. Terima kasih, tulisan yang menggugah kita-kita yang terlena kehidupan nyaman dimasa sekarang agar dapat berinvestasi untuk masa tua nanti, sehingga standar kehidupan nyaman dimasa sekarang dapat tetap terus dirasakan sampai tua.

    Dan kalau bisa tidak merepotkan keturunan bahkan membantu anak cucu dapat menikmati kehidupan mereka.

    Karena hidup yang akan dihadapi oleh anak cucu akan semakin lebih berat dalam persaingan.

    Yang utama dalam hidup pribadi dan keluarga sampai anak cucu adalah mencari kehidupan kekal yang berkenan dihadirat-Nya, namun jangan dilupakan juga kehidupan di dunia ini dengan kerja keras dan cerdas yang halal (sesuai kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa).

    Mewariskan sesuatu kepada anak cucu adalah hal yang baik, bukan membuat mereka manja namun membantu mereka sehingga tidak perlu “start” dari nol lagi sementara orang lain sudah memulai terlebih dahulu (kehidupan yang akan mereka hadapi akan lebih berat dari jaman orang tuanya, lebih banyak persaingan).

    Banyak orang yang berhasil di dunia mewariskan keberhasilan mereka kepada anak cucu.

    Demikian pendapat saya….

  25. to pak mulyo sangadi bukan mendiskreditkan produk unit link, produknya bagus praktis ndak ribet orang bisa berinves juga berasuransi

    cuma kurang cocok kalau buat investasi karena biaya2 yg diterbitkan unit link seabrek sehingga dikala hasilnya lg rendah bisa terkikis habis sementara biaya yg diterbitkan makin membengkak terus bila itu terjadi disaat dana mau dibutuhkan jd kacau dong

    bisa dibaca bukunya ” JANGAN BELI UNIT LINK” KARANGAN EDI PIELOR (konsultan keuangan).

    saya sendiri juga agen karena sudah paham tentang produk tsb maka saya sampaikan APA ADANYA, kasihan investor yg asal beli.

    untuk Asuransi hukumnya wajib beli bg setiap insan menurut saya.

  26. Liem Sioe Liong mewariskan PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills kpd Anthony Salim, dan sptnya Axton Salim (putra dr Anthony Salim) akan jd suksesornya. Daniel Halim cucu Om Liem dr Andre Halim diwarisi saham Grup Salim yg tertanam di Singfood Investment Pte. Ltd. dan Tian Wan Enterprises Co. Ltd.

    Setelah menyelesaikan kuliah di Columbia University, Alaric Armand Hartono oleh ayahnya Robert Budi Hartono diplot untuk mengelola investasi Grup Djarum di PT Bank Central Asia Tbk. (BCA). Naga-naganya, putra bungsu Budi Hartono itu akan memimpin BCA.

    Tdk jauh berbeda dgn Michael Jackson, putra dr Mukhtar Widjaja, cucu dr Eka Tjipta Widjaja (Grup Sinar Mas). Usai mendapat gelar bachelor dr University of Southern California, Michael sempat bekerja di Top Tier Trading dan EuroRev Inc, Los Angeles sbg karyawan biasa. Ketika pulang kampung, dia langsung menduduki posisi penting. Sebagai vice president director PT Duta Pertiwi Tbk dan PT Bumi Serpong Damai Tbk.

    Para konglomerat diatas memberikan lebih untuk anak2nya. Mereka bkn saja memberikan sebuah kail pancing, tp juga satu tong penuh berisi “ikan segar”. Selanjutnya.. terserah anak2 mau diapakan “ikan segar” tsb. Mau digoreng, mau dibakar, mau dimakan mentah, mau di rica2, bahkan dijual, spt yg Michael Sampoerna lakukan thd warisan Ayahnya – menjual PT HM Sampoerna kpd Phillip Moris. Itu adl tahapan hidup selanjutnya, tahapan hidup dmana kita para orang tua tdk bs ikut campur lagi, yg bs orang tua lakukan adl memberi saran, nasehat, kritikan dan mendoakannya.

    Sbg orang tua bijak, yg akan memberikan satu tong penuh ikan segar, tentu dlm proses tumbuh kembangnya anak2 akan memberikan pengetahuan dan kemampuan cara mengolah ikan segar tsb, sembari dilandasi dgn hal2 penting: aqidah, moral dan etos kerja. Agar kelak ikan segar tsb tdk membusuk di pojok perahu tua nan renta.

    Mari kita persiapkan dan tata kembali masa depan untuk diri kita sendiri dan anak2 kita.

  27. Waah….buanyak banget commentnya pay yod….setahun lalu mungkin hanya 10 – 15 comment ya…followernya tambah banyak….ampe bingung baca yang mana …semunya bagus2…..bikin toko online aja…lumayan ga perlu tempat, gratisan lagi…

  28. Saya sepakat dengan Pak Yodhia, kita harus lebih melek perencanaan dan tata kelola keuangan sejak muda. Terimakasih lagi atas tulisan-tulisannya Pak.

  29. Orang tua “hanya memberi-tak harap kembali” – BAGAI SANG SURYA MENYINARI DUNIA (nyanyian indah sewaktu di sekolah rakyat)…..

    Orang tua akan memberi apa saja, mulai contoh perilaku yang baik, biaya kuliah, dan tidak ada salahnya jika memberi modal fisik (berupa uang, rumah, atau perusahaan)…..

    tapi itu semua merupakan pelengkap.

    Yang pasti ORTU selalu “memberi bekal pada anaknya berupa tuntunan akhlak mulia, pendidikan, dan pergaulan yang terhormat”.

    Bekal uang dan kecukupan dunia merupakan salah satu sarana untuk mengakhiri hidup ini dengan tenteram dan mencapai akhir yang mulia tanpa merepotkan orang lain.

    Walaupun, tanpa kecukupan dunia, kita juga dapat meraih kemuliaa dan ketenteraman…..jika dengan AKLHAK MULIA…..

  30. Ngomong-ngomong, Pak..
    sekali-sekali boleh dibahas dong, tentang kelebihan dan kelemahan dari instrumen investasi; seperti reksadana, deposito, emas, properti…

    Untuk mewujudkan tabungan 3 milyar xD

  31. sejatinya hidup itu harus selalu berusaha. Apa yg di kemukakan pak yodhia bisa memberikan satu inspirasi untuk menuju menjadi sukses, kalo pak yodhia menargetkan 3.1 M minimal cipratan aja bisa 1 M, yang penting jangan pernah berhenti berusaha, soal hasil mah Gusti Allah yang tentukan

  32. Ini seperti tulisannya orang tidak beragama Islam atau bahkan tak beragama… jelas-jelas mengkapanyekan rakus dunia dan menempatkan materi di atas segala-galanya, yang dibangun di atas sifat gengsi dan sombong.

    Salah satu sifat gengsi yang tinggi adalah menikah dengan biaya 100 juta yang katanya sederhana. Padahal banyak orang yang menikah bahkan dengan biaya yang tak mencapai 1 juta. Bukankah menikah itu adalah soal sah agama dan hukum?

  33. angka yang sangat fantastis bagi sebagian orang. Dalam konteks strategi manajemen, artikel ini memang layak dan seharusnya disajikan untuk dibaca banyak orang. Tulisan ini dapat memacu kita untuk berikhtiar lebih kuat lagi.

  34. Tulisan ini memacu kita untuk selalu giat berusaha di masa muda. Agar tidak keteterean di masa pensiun. Namun tetap ikuti Hukum Alam [ Saran Pak Usmanusar] . Saya sudah kebayang akan pensiun di usia berapa & Apa yang akan saya lakukan di usia pensiun nanti. 🙂

  35. Persepsi org akan berbeda antara satu dg lainnya dlm memaknai suatu tulisan, tanggapan pak usmanusar sangat bagus dan religius tp menurut hemat sy lebih elok klu tulisan itu berhenti pada kalimat: “….tapi deposit Anda disurga nilainya lebih dari itu.”

    Paragraf terakhir lebih baik di hilangkan krn akan memberikan kesan bagi sbagian org yg tersembunyi dibalik tulisan itu (riya’)

  36. Pak Yodhia apakah boleh saya kutip untuk majalah internal perusahaan dengan menyebut penulisnya ??

    senu jkt

  37. Alfatehah 3x…

    Makanya itu kan mumpung masih muda manfaatkan waktu sebaik – baiknya gunakan untuk hal yang bermanfaat, agar masa tua kita tidak menyesal dan uang 3 milyar sudah ada diwaktu tua,,heee

  38. saya sangat suka dengan artikel ini. sangat memotivasi untuk kaum muda seperti saya ini. saya masih berumur 17 tahun.

    semoga di masa depan saya bisa sukses karena perencanaan hidup seperti di artikel ini. amin 🙂

    semangat pagi , al fatehah 🙂

  39. Salah seorang teman memberkati kami dengan memesankan tiket bioskop agar kami nonton film “The Judge.” Pesan di bbm nya berbunyi: “Let me be a blessing for u today…Pléaàásêé..”

    Yup, kamipun kemarin sore nonton, tepat sehari sebelum ultah perkawinan kami yg ke-20. Sungguh ini hadiah yg sangat istimewa, mengingat film The Judge memang pas untuk refleksi perjalanan perkawinan kami.

    Hmmm, apa sih hebatnya film drama keluarga besutan David Dobkin ini? Bagi kami ini adalah film hebat dan layak ditonton oleh semua pria yg berpedikat AYAH.

    Melalui film tsb, kami belajar ada 3 hal yg wajib dikerjakan oleh seorang ayah secara SEIMBANG:

    1. Reputasi.
    Bagi seorang pria, reputasi dlm karier adalah utama. Apapun akan dikorbankan demi nama baik. Namun ingat, Jangan sampai perkawinan dan keluarga terabaikan saat mengejar prestasi dan mengukir reputasi.

    2. Perkawinan.
    Sukses dalam karier harus diimbangi dengan sukses dalam perkawinan. Memang menjaga perkawinan bukanlah perkara yg mudah. Banyak keluarga yg “bubar jalan” tak sanggup bertahan. Padahal korban yg paling rentan dlm kandasnya perkawinan adalah anak anak.

    3. Keluarga.
    Sukses dalam karier, bertahan dlm perkawinan, harus diimbangi jg dgn kemampuan menjadi kepala rumah tangga. Ayah yg sukses dimata anak anaknya bukanlah sosok yg kaya atau yg terkenal. Ayah yg sukses adalah ayah yg punya waktu berkualitas mendampingi pertumbuhan anak anaknya.

    Tahukah saudara bahwa memory yg masih dikenang oleh seorang anak sampai dia dewasa adalah saat ia bermain bersama dengan ayah dan ibunya? Inilah kekuatan dari film The Judge, bagaimana memory indah masa lalu dimunculkan kembali lewat kilatan2 kisah yang menguras air mata…

    Saudara,
    Jadilah seorang ayah yg hebat sekaligus hangat..
    Jadilah ayah yang berjuang untuk menjaga titik imbang antara reputasi, perkawinan dan keluarga..

    Itulah legacy yang layak untuk dikenang.

  40. Jangan berharap akan mendapatkan kebaikan (doa) dari anak bila kita tidak persiapkan mereka dg pendidikan agama yg baik, kalau patokannya hanya angka tak akan ada cukupnya salam super pa Usman

  41. terima kasih pak Yodh dan terima kasih pula Pak Usmanusar, manusia tidak ada yang sempurna. saling berbagi dan melengkapi.

  42. Maaf, Mari coba teman – teman komentator baca sekali lagi JUDUL ARTIKEL INI…”Kenapa pada Saat Usia 55, Anda Harus Punya Tabungan Minimal Rp 3 Milyar?”

    Jelas sekali penulis HANYA ingin bahas MATEMATIKA FINANCIAL dengan asumsi asumsi yg lebih detail saja sebagai estimasi mendapatkan angka pendekatan yang bisa diterima sebagai “ALARM” bagi teman – teman yg membutuhkan.

    Sekali lg bagi teman – teman yg menbutuhkan …..

    Klo boleh sy ambil contoh lain sbb :

    – Kira – kira klo sy mo jalan jalan ke Paris Perancis dg acara ini itu selama 2 bulan musti abis brp duit ya? Lalu sy hitung estimasinya dan didapat angka sekian juta misalkan….(sah sah aja mo bikin angka brp dg bahasa matematika yg sederhana maupun yg njlimet kan?)

    Pembahasan di artikel ini sy kira sangat sesuai dengan JUDULnya.

    So, mari hitung ulang kesiapan “financial” kita saat jadi nenek/kakek kelak …. (spy tetap hepi tentunya).

    Memang uang bukan segalanya, tp banyak hal yg dapat dilakukan hanya jika kita punya uang.

    Bs sih bahagia dg uang yg sedikit, tp tidak bs membahagiakan orang lain. Karena ternyata orang kaya yg sangat bahagia adalah ketika dia bahagia diri sendiri dan bs membahagiakan orang lain…

    Orang bijak bilang “Lebih baik hidup kaya raya (kaya pahala,kaya hati, kaya harta ) lalu masuk surga, drpd hidup miskin (miskin hati, miskin pahala, miskin harta) lalu masuk neraka (kapan bahagianya?).”

    Orang bijak juga bilang : “Saat lahir miskin/kaya adalah TAKDIR, tp saat kita meninggal dalam keadaan miskin/kaya adalah PILIHAN.”

    Pilih mana ?

    Sukses buat kita semua …

    Buat mas penulis : Artikel Anda ini sangat menginspirasi …. matur tengkyu hehe.
    TERUS BERKARYA !!!

  43. Saya sangat setuju tabungan kita diinvestasikan; namun jangan semuanya. Kita harus tetap punya sedikit pegangan uang bisa sewaktu2 diperlukan untuk keperluan mendadak.

    Jika hanya ditabung, meski pakai deposito yang bunganya diatas rata2 juga rasanya masih kurang.

    Saran saya cobalah bermain saham aman, seperti reksadana. Atau kalau takut, beli emas batangan.

    Ini paling menjanjikan katimbang anda beli emas untuk hiasan.

    Jika ada uang lebih, bagusnya diinvestasikan untuk beli RUKO, atau tanah. Jangan buat beli MOBIL, tidak ada untungnya.

    Salam hangat untuk semua…

Comments are closed.