Bagaimana jika bulan depan Anda di-PHK dari kantor Anda bekerja demi efisiensi biaya perusahaan? Atau bagaimana jika bisnis yang Anda jalani bangkrut,dan semua modal kerja lenyap? Ataua bagaimana jika suatu ketika ada anggota keluarga Anda yang kena musibah?
Persis pada titik itulah, dana darurat mungkin menjadi amat krusial. Sebab dengannya Anda dan keluarga masih bisa menopang hidup, dan membeli lauk untuk makan besok. Atau untuk biaya sekolah anak-anak.
Dana darurat juga bisa membuat Anda tidak perlu mengambil KTA demi uang cash buat hidup. Lalu kelak, dikejar-kejar debt collector karena telat bayar cicilan.
Maka mari minum teh hangat dulu, sebelum bicara soal pahit dalam hidup : kondisi keuangan yang selalu serba kekurangan.
Salah satu risiko terbesar menjadi karyawan adalah di-PHK (selain risiko kedua yakni : gaji tidak pernah naik, dan kalaupun naik, tidak ngejar kenaikan biaya hidup. Risiko pahit yang selalu membayang).
Pertanyaan : jika bulan depan Anda dipecat, berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mendapatkan pekerjaan baru? Makin lama, makin menunjukkan harga jual dirimu tidak begitu bagus di pasaran.
Jika Anda seorang pebisnis, maka juga aka menghadapi risiko yang kadang brutal : jualanmu ndak laku, modal kerja lenyap, dan pelan-pelan bisnis bangkrut. Lah kalau begini, bulan depan mau pake uang siapa untuk makan? Uang cap monopoli?
Atau ada kemungkinan lain : tetiba ada anggota keluarga Anda yang jatuh sakit dan membutuhkan biaya signifikan. Dan sayangnya, anggota keluarga ini belum daftar BPJS (yeah, BPJS Kesehatan itu salah satu produk ajaib yang mungkin meringankan beban jutaan keluarga Indonesia. Iya sih, bikin bete rumah sakit juga. )
Dalam kondisi seperti itu – saat dipecat dari kantor atau bisnis kolaps atau kena musibah, maka dana darurat mungkin bisa menjadi sang dewi penyelamat. Menyelamatkanmu dari terjun ke jurang kemiskinan yang meletihkan. Menyelamatkan kamu dari rasa malu karena harus hutang sana – sini demi mempertahankan hidup.
Berapa idealnya besaran dana darurat? Kata para ahli perencanaan keuangan : sekitar 12 kali gaji/penghasilan atau bisa juga 12 kali biaya hidup bulanan. Jadi kalau biaya hidup bulanan kamu adalah Rp 5 juta, maka dana darurat sebaiknya adalah Rp 60 juta/bulan.
Rp 60 juta itu yang disimpan dalam brankas. Tidak boleh diutak-utik. Juga dana itu berbeda dengan dana investasi (ini ada alokasinya sendiri).
Boro-boro dana darurat mas, wong uang untuk biaya hidup bulanan saja masih suka kurang. Waduh, itu urusan sampeyan.
Sejatinya, dana darurat ini yang mungkin juga disiapkan jika seseorang mau pindah kuadran (kiat sukses pindah kuadran telah kita ulas minggu lalu DISINI).
Jadi kalau rencana bisnismu itu agak termehek-mehek, Anda masih punya cadangan dana untuk bisa meneruskan hidup. Ya, dana darurat ini tentu harus dipisahkan dengan modal kerja untuk memulai bisnis.
Oh jadi, kalau mau bisnis, selain harus menyiapkan dana untuk modal bisnis, harus siapkan dana darurat juga ya mas? Ya mungkin sebaiknya demikian. Supaya ada safety net.
Dari mana menyiapkan dana darurat ini? Kembali kata ahli perencana keuangan, sebaiknya ditabung dari jatah penghasilan bulanan.
Kalau menurut rumus personal finance, formula pengeluaran penghasilan itu seperti ini :
30 % untuk biaya hidup.
30 % untuk bayar cicilan (cicilan mobil dan KPR kamu yang lunasnya masih lamaaaa itu).
30 % untuk investasi (apa jenis investasi yang menarik, bisa dibaca disini).
10% disiapkan untuk dana darurat.
Jadi kalu gajimu Rp 10 juta, maka 3 juta untuk biaya hidup, 3 juta untuk bayar cicilan, 3 juta untuk investasi dan 1 juta untuk disimpan buat dana darurat. Apakah Anda sudah sanggup melakukan pembagian seperti ini? Kalau sudah bisa atau bahkan lebih, alhamdulilah.
Kalau belum bisa, mari kita minum teh hangat lagi.
Selamat bekerja mas/mbak. Selamat menabung. Dan selamat merenung.
Yang ini Belum Maximal Praktekinya 😀 #mikir-sambil berusaha..
Membantu perencanaan keuangan…
https://harismaulidinnor.blogspot.com/2014/07/li-ka-shing-mengajarkan-anda-bagaimana.html kalo ini gimana mas bro ?
Teh hangat plus Pisang Goreng pak Yodh…
intinya berapa pun yg kita mampu, dana darurat harus di siapkan ya pak.
Tulisannya jenengen menggigit mas….hmmm dalam kondisi sekarang punya simpanan memang menjadi keharusan untuk berjaga – jaga terhadap berbagai kemungkinan…
buat teman – teman pembaca blog renyah ini, agar rezeki lancar dan barokah ini alternatifnya…
https://www.slideshare.net/adijsitohang/8-rahasia-agar-rezeki-lancar-barakah-dan-lancar?related=1
Terimakasih pak Yod atas pelajaranya di pagi yang cerah ini. 🙂
tnx pak yod, ini meremind lagi rencana2 dulu saya, tapi kalo dana tersebut kita konversi ke tanah atau rumah gmn? karena kalo di simpen aja ga beranak pinak?
Makasih pak..akan mulai dicoba..????
mas Yodhia trimakasih blog sarapan paginya yang menginspirasi.
Tolong minggu depan ada ulasan tentang bunga deposito yang akhir2 ini berkembang mekar terus seperti ga ada layunya. bahkan beberapa bank brani lebih besar dari penjaminan LPS.
Apa yang sebaiknya dilakukan, konvensional aja atau ikut mengejar perkembangan. ditunggu ya mas minggu depan…hehe minta cepet nih..
maturnuwun
artikel yg tepat di saat saat semua orang mencari tips ini. keren 😉
great advice.
Thank you
yah sulit memang . karena dilapangan 30% untuk biaya hidup masih sulit. andalan skrg ya kurangi sedikit biaya-biaya dan perbanyak sedekah. alhamdulillah bisa sampe 10% dari ngirit. dan pengungkit dari sedekah. sumbang 1 dapat 10
terima kasih tuan Guru.. menjadi renungan.. asli,, he he
Btw.. About BPJS, Minggu lalu saya ikut workshop tentang pentingnya BJPS bagi Pengusaha.. 😀
Diworkshop tersebut dijelaskan bahwa mulai januari 2015 seluruh rakyat RI wajib ikut BPJS, tentu saja ada plus minusnya.
terutama bagi para entrepreneur, minusnya ya pengusaha mesti bayar bpjs seluruh karyawannya :p kalo plusnya ya enak gak perlu beli ansuransi swasta yg mahal dan Bisnis Ansuransi akan menjadi “KUE” yang layak digarap untuk saat ini dan dimasa mendatang..
#maaf kalo oot Pak Yhod
Mungki setelah ada BPJS, banyak asuransi swasta yang menurun pendapatannya….
Sebab mayoritas akan lebih milih ikut BPJS karena lebih murah. Kelas menengah juga banyak yang tertarik dengan BPJS.
Insya Allah mencoba disiplin dalam mengelola keuangan… oh ya pak Yodhia,,, asuransi kepada Allah SWT juga sangat penting pak… karena banyak faktor non teknis yg bersifat Ilahiyah yang nggak terlihat 🙂 .. thanks tulisanya…
Salah satu problem solving tsb diatas adalah dengan kita ikut berasuransi. Bagi yang membutuhkan informasi lbh jelas, .bs hubungi saya via email saya Di jajat.07@gmail.com atau 08156506928, terima kasih.
thx, atas artikel yg luar biasa ini.
Wah…boro – boro buat investasi. buat safety net. Buat sehari – hari saja nombok. Padahal saya enggak ambil mobil, enggak plesiran kemana – mana/ di rumah aja.
Selalu menginspirasi…Kalau saya sambil minum susu jahe….:D
sebuah perencanaan yang bagus. tapi susah dilakukan ketika pengeluran kita besar pasak dari pada tiang
Mari kt berasuransi agar tdk mnyiapkan biaya darurat, krn utk asuransi swasta sistemnya unit link jd da investasi dan uang itu pasti kembali dlm jngka waktu tertentu.. Info lbih lanjut hub: dyana_sasa@yahoo.com