3 Pelajaran Strategi Bisnis dari Booming Industri Film Indonesia 2016

maxresdefault reBisnis film adalah salah satu produk “creative industry” – selain bisnis fashion, digital animation and game, digital apps, atau juga bisnis pertunjukan musik serta showbiz lainnya.

Dan tahun ini mungkin akan dikenang sebagai salah satu BEST YEAR dalam babakan panjang sejarang bisnis film Indonesia.

Hanya dalam 2 hari tayang, film Warkop DKI REBORN sudah tembus 1 juta penonton, sebuah rekor yang belum pernah ada selama ini (AADC2 butuh waktu 6 hari untuk tembus 1 juta penonton).

Apa implikasi booming bisnis kreatif ini? Dan pelajaran bisnis apa yang layak dipetik darinya?

Sebelum kita ulik pelajaran bisnis dari booming film Indonesia ini, ada data menarik yang layak kita telisik.

Dalam data berikut ini, ada 8 film yang diedarkan di tahun 2016 yang tembus 1 juta penonton. Sebuah prestasi fenomenal yang belum pernah ada sepanjang sejarang 50 tahun bisnis film Indonesia (sejak era Usmar Ismail hingga legenda Teguh Karya).

Sebagai catatan, di Indonesia sebuah film dianggap box office jika sudah tembus 500 ribu penonton. Kalau sudah tembus 2 juta dianggap blockbuster (mega best seller).

Data film yang diedarkan tahun 2016 dengan jumlah penonton diatas 1 juta :
1. Ada Apa Dengan Cinta 2 (jumlah penonton 3,6 juta)
2. My Stupid Boss – Reza Rahadian dan BCL (3 juta)
3. Rudy Habibie – Reza Rahadian lagi (2 juta)
4. Koala Kumal – Raditya Dhika (1,8 juta)
5. Comic 8: Casino Kings Part 2 (1,8 juta)
6. I Love Your from 38.000 Ft (1,5 juta)
7. London Love Story (1,1 juta)
8. Warkop DKI REBORN (baru 2 hari tayang sudah tembus 1 juta).

Melihat tren-nya mungkin Warkop DKI Reborn bisa menembus 4 juta penonton, menyamai film terlaris sepanjang masa yakni Laskar Pelangi (2008) dengan jumlah pemirsa 4.8 juta dan urutan kedua terlaris, film Ainun & Habibie (2012) dengan 4.5 juta penonton.

Btw, pemasukan produser film lokal sekarang adalah sekitar Rp 20 ribu per penonton.

Jadi pemasukan film AADC#2 yang dapat 3.6 juta penonton sekitar Rp 72 milyar. Sementara biaya produksi dan honor kru film AADC2 sekitar Rp 20 miliaran. Jadi Mira Lesmana dan Riri Reza sebagai produser mendapat profit bersih sekitar Rp 52 milyar. Maknyuss.

Oke, sekarang apa pelajaran strategi bisnis yang bisa dipetik dari booming bisnis film Indonesia ini? Ada 3 lessons yang mungkin layak dikenang.

Movie Lesson #1 : Strategi Terbaik Melawan “Produk Asing” adalah dengan Produk Lokal yang Berkualitas.
Melawan secara cerdas serbuan film Holywood (yang katanya budaya asing! liberal!) ternyata bukan melalui demo, teriak-teriak plus ceramah-ceramah nyinyir tentang serbuan budaya asing.

Cara terbaik untuk melawan kompetisi global adalah dengan menyajikan produk yang berkualitas. Bukan merengek-rengek meminta perlindungan pemerintah dan blah-blah lainnya.

PRODUK LOKAL yang BERKUALITAS pada akhirnya akan selalu menemukan konsumen domestik yang loyal.

Sukses film Indonesia mungkin berangkat dari semangat itu : selalu mencoba menyajikan produk terbaik dengan local touch. Maka akhirnya mereka bisa juga menaklukan produk Holywood; dan merebut kembali konsumen/penonton Indonesia.

Dalam karnaval kompetisi global, kreativitas menciptakan produk yang berkualitas adalah KOENTJI.

Kreativitas menciptakan produk hebat adalah cara terbaik melawan serbuan kompetisi global; bukan dengan meminta proteksi, atau apalagi hanya dengan teriak-teriak menyalahkan serbuan produk asing.

Itulah pelajaran penting pertama yang layak dipetik dari fenomena booming bisnis Film Indonesia.

Movie Lesson # 2 : Industri Kreatif punya Potensi Besar untuk Menggerakkan Ekonomi
Bagi Amerika, industri film Holywood punya peran yang tidak kecil bagi pertumbuhan ekonomi mereka. Demikian juga Bolywood bagi India : multiplier effect-nya bagi ekonomi sangat luas.

Dan tentu kita harus tertegun dengan “Korean Pop Revolution” : bagaimana industri pop mereka mengguncang dunia, dan pada saat yang bersamaan, memberikan impak masif bagi beragam sektor bisnis Korea (mulai dari bisnis pariwisata, transportasi, hingga gadget elektronika).

Kebangkitan bisnis film Indonesia layak diapresiasi. Semoga saja ini juga menjadi pemicu pertumbuhan industri kreatif lainnya secara luas.

Salah satu industri kreatif Indonesia yang tumbuh pesat adalah industri moslem fashion (dipicu oleh ledakan kelas menengah muslim Indonesia). Sosok seperti Dian Pelangi, Irna Mutiara dan Ria Miranda menjadi ikon pencapaian industri fashion muslim yang amat impresif.

Industri kreatif lainnya yang juga tumbun adalah digital animation and game. Kini banyak studio games Indonesia yang memperoleh order dari luar negeri, dan mampu menembus pasar mancanegara.

Industri kreatif layak dikembangkan karena mungkin lebih berbasis “knowledge and creativity”, bukan industri padat modal dan mesin.

Dan di era digital seperti sekarang, industri kreatif sangat punya potensi untuk terus berkembang.

Movie Business # 3 : Menjaga Ekosistem Bisnis yang Berkelanjutan
Salah satu tragedi dalam dinamika bisnis adalah ini : ketika sebuah ekosistem bisnis maju, kadang ada player yang merusaknya – entah dengan banting harga, menawarkan produk yang buruk mutunya, atau melakukan pelayanan pelanggan yang jelek.

Akhirnya, citra keseluruhan industri menjadi jatuh dan reputasinya tercemar. Usaha mati-matian yang dirintis oleh players yang berdedikasi, hancur karena dirusak oleh “oknum player abal-abal”.

Misalnya : saat bisnis film Indonesia booming seperti sekarang, sering muncul produser film abal-abal yang memproduksi film katrok dengan mutu berantakan (dan lalu maksa-maksa minta jatah bioskop dengan alasan produk dalam negri).

Akibatnya malah fatal. Loyalitas penonton lokal yang mulai tumbuh dirusak dengan kehadiran produk film katrok semacam itu. Dan lalu kepercayaan konsumen Indonesia terhadap film dalam negeri bisa kembali jatuh.

Contoh lain banyak. Dalam beragam bisnis selalu akan ada produsen yang banting harga, menawarkan produk abal-abal; dan implikasinya bisa kelam : seluruh citra bisnis dimana produsen itu bermain, menjadi tercemar.

Konsumen pelan-pelan lari. Dan akhirnya seluruh pemain dalam industri itu berguguran.

Menjaga keberlanjutan ekosistem sebuah industri atau bisnis memang membutuhkan para players yang berdedikasi, kreatif dan bersaing dengan cara-cara yang elegan dan cerdas. Bukan dengan cara instan dan katrok yang justru merusak keseluruhan pasar.

DEMIKIANLAH tiga pelajaran yang mungkin layak dikenang dari fenomena booming bisnis film Indonesia di tahun ini.

Majulah terus industri kreatif Indonesia.
Wahai Dian Sastro, Chelsea Islan, Riri Reza dan Hanung Bramantyo : terus hadirkan karya-karya kreatif demi masa depan negrimu.

28 thoughts on “3 Pelajaran Strategi Bisnis dari Booming Industri Film Indonesia 2016”

  1. Setiap kali muncul artikel baru di blog ini,

    Selalu ada sesuatu yang baru, terkadang mengaduk-aduk emosi, terkadang menggelitik dan menohok kesadaran diri serta tak jarang membukakan wawasan baru.

    Melalui produk yang berkualitas, yang dibangun dengan kreativitas yang tinggi dan terus menjaga ekosistem bisnis yang berkelanjutan yakinlah bisnis negeri ini akan bersaing dan berkibar di negeri sendiri dan asing.

    Terima kasih
    Salam
    https://manajemenkeuangan.net/
    Blog Referensi Manajemen, Keuangan+Akuntansi

  2. Yap, this is the best Year for Indonesian movies

    Salut luar biasa dah. Spesial di tahun 2016 untuk pertama kalinya saya menonton film Indonesia lebih dari 3 Judul, sebagian besar yang dibintangi Reza Rahardian dan Raditya Dika.

    Warkop Reborn juga termasuk masih n giat soal promosinya, jauh2 hari publik di bikin kepo dg film nya. Pro dan Kontra timbul karena mereka berusaha menghidupkan kembali Sang Legenda Film Komedia tanah air, Warkop DKI.

    Saya pun skeptis, tapi ketika liat trailernya n perjuangan kru film bkin filmnya rasa antusias timbul menyembul. walhasil, sejak tnggl 8, saya selalu gak kebagian Tiket di Bioskop satu satunya di Kota saya.

    Suatu pelajaran berharga dari Industri FIlm Nasional, smg Industri komik segera menyusul.

    Selamat Hari Raya Idul Adha

    https://kasamago.com/ | Berkarya dalam Imajinasi

  3. Yup rasanya ini kebangkitan yang layak diapresiasi…

    Selain itu film-film kita dan aktornya mampu tembus dunia internasional..

    Jangan lupakan the raid soal itu, walau penontonnya mungkin gak semasif film cinta dan komedi!

  4. maknyuss pakdhe. Setuju banget sama poin poinnya.

    sebelumnya saya selalu geleng geleng kepala ketika banyak yang demo, ceramah, dan minta perlindungan pemerintah untuk menolak film Holywood, namun tidak menghadirkan film berkualitas. Bayangkan saja, genrenya didominasi horor cabul abal abal.

    Namun 2016 beda, standing applause deh buat pelaku perfilman tanah air. Semoga ekosistemnya terjaga seperti kata pak dhe di poin ketiga.

  5. saya setuju kalimat ini :

    Melawan secara cerdas serbuan film Holywood (yang katanya budaya asing! liberal!) ternyata bukan melalui demo, teriak-teriak plus ceramah-ceramah nyinyir tentang serbuan budaya asing.

    Cara terbaik untuk melawan kompetisi global adalah dengan menyajikan produk yang berkualitas. Bukan merengek-rengek meminta perlindungan pemerintah dan blah-blah lainnya.

  6. Dari banjirnya film Hollywood yg berkualitas, produksi film lokal bisa masuk ke penonton dgn kreatifitas yg baik. Saya pribadi sering ntn film Indo dan nemang beberapa dari mereka miskin cerita dan action yg bagus.

    Mudah2 an momentum yg bagus tidak dirusak oleh film abal2 spt horor kuntilanak, santet dsb..

    TortueYoga – Sticky yogamat made in German – https://TortueYoga.com

  7. Mantap Pak Yodhia . Menghardirkan produk lokal yang berkualitas adalah tugas penduduk seantoro negeri ini ,negeri tercinta ini jangan sampai kebanyakan produk asing , produk lokal harus diperjuangkan seperti Smartphone lokal yang semakin redup .
    Semangat …..

  8. bener banget. akhir2 ini film lokal lagi gencar2nya berlomba menyuguhkan film terbaik. setahu saya semenjak The Raid mendunia film2 lain jd ikut menyuguhkan tayangan terbaik. ayo perfileman indonesia jangan mau kalah sama produk asing!

  9. saya kurang setuju alesan no.1

    warkop dki film yang bagus, selain itu marketingnya bagus dan cukup massive. makanya bisa jadi viral..

    himbauan, ceramah harus ada, alasannya sederhana yaitu masyarakat awam/latah dan media/marketing. content bagus ga cukup krn masy kita bnyk yg awam

    ghojek kmrn bawa isu nasionalisme..semua pada bully. parahhh, alesannya kalo produk bagus ga perlu ngemis. hal itu benar kalo terjadi di negara maju dimana startup,produk lokal ud banyak yang bagus. di indonesia produk lokal keren baru mulai bangun dan harus disupport bukan dibully. silahkan pilih product asing kalo kualitas lokal jelek, nahh ini jelas2 barnag bagus masih ditolak. disisi lain, marketing grap yg luar biasa sempt bikin ghojek sempyongan.

    berita baru kmrn ada wacana isu motor listrik tidak cocok di indonesia, disaat produk lokal lagi develop dan siap rilis. masy awam ga ngerti ginian bakal disetir oleh media/marketing.

    msh banyak contoh bagaimana kekuatan media/marketing mempengaruhi masy awam.

    so mnrt saya, himbauan, ceramah, masih diperlukan yang penting proporsional. merengek ke pemerintah juga ga salah krn yg paling ngerti situasi realnya kan pelakunya. kita si berharap permerintah support lokal krn yg terjadi blm maksimal. beda sama pemerintah china, vendor inet luar ga boleh masuk hasilnya luar biasa

    Support Lokal !

  10. Mungkin selain itu, mental penonton indonesia harus sedikit-sedikit diperbaiki.

    Seperti kemarin kasus di pontianak (cmiiw), nonton bioskop lalu di streaming via bigo live atau orang-orang yang suka mencari download film indonesia di sosmed / website /blog.

    Untungnya tindakan langsung dilakukan oleh falcon sebagai pihak pembuat film.

    Ya.. Penonton indonesia harus di edukasi betapa pentingnya menghargai karya. Karena kalo ga begitu, bisa-bisa perfilman mati lagi.

    Ya tapi tidak untuk saat ini.

    girliafashionstore.com | business online tips & trick

  11. Saya kira apresiasi ini memang layak kita berikan, bagi yang belum nonton silahkan berburu tiketnya, bakalan seru deh.

    Bagi para pemeran terbaik, tetaplah berkarya untuk memanjakan penikmat film di indonesia, semoga kita ketularan sukses film2 diatas, dengan menyajikan konten maknyus pada blog masing2

  12. banyak sekali manfaat dari banyaknya film Indonesia yang berkualitas bagus, salah satunya meminimalisir film horor esek-esek yang sempat berkembang.

    terima kasih insightnya, pak yodh. saya selalu tercerahkan setiap kali baca blog bapak.

  13. Setuju saya sama tiga poin di atas. Kualitas selalu jadi primadona.

    Satu lagi yang mungkin bisa jadi lesson adalah ini: ketika suatu pihak berhasil mencapai titik keberhasilan tertentu, akan memancing pihak-pihak lain untuk juga mengikuti jejak yang sama. Tak jarang, justru bakal lebih sukses lagi. Saya yakin selepas film warkop DKI reborn ini bakal bermunculan lagi film-film lain yang berkualitas jempolan. Thats the power of Inspiration…! Keadaan ini patut kita syukuri bersama.

    Salut sama miles, riri riza, dan player-player lain yang berani bikin gebrakan semacam ini.

    Salut juga sama artikel blog ini karena sudah menyuguhkan insight yang berbeda dan menyegarkan. Terima kasih pak Yodh…

    Salam sukses mulia,

    https://www.blogpengembangandiri.com/
    “Tips Praktis Pengembangan Diri!”

  14. salam sukses

    sebagai masyarakat indonesia turut bahagia dengan melesatnya film2 indonesia setidaknya 6 tahun terakhir. pembatasan jatah film hollywood dan masuknya investasi dalam industry kreatif.

    sebagai sarjana hukum hendak menerobos dari dua sisi saja yaitu persaingan usaha dan juga Hak Intelektual. hanya sedikit pemain dalam bisnis bioskop, hal tersebut pastinya selain karna biaya yg mahal dan sulitnya akses masuk. dan hak intelektual sebernya lebih pada apresiasi dan meningkatkan daya saing apalagi untuk film2 indie.

    untuk saran sebagai pemuda hanya dua hal. bagaimana distribusi kue bioskop bisa dinikmati lebih banyak pihak, dan kemudahan dalam berinvestasi misal mewajibkan pihak bioskop untuk masuk pasar modal.

Comments are closed.