Jihad Ekonomi, Kekayaan Individu dan Kemakmuran Bangsa

kazan_mosque_kul_sharif_sky-1920x1440Note : Bagian 1 tulisan ini bisa dibaca DISINI.

Mengapa negeri China yang pemerintahannya menganut paham social communism mengalami pertumbuhan ekonomi paling mencengangkan sepanjang sejarah 10 tahun ini?

Dan sebaliknya, mengapa sebuah negara yang konon sangat religius penduduknya, namun ekonominya termehek-mehek?

Mungkin kemakmuran sebuah bangsa melibatkan banyak variabel, dan bukan sekedar peran agama. Atau mungkin juga ada pemahaman yang salah dari pemeluk agamanya.

Dalam Islam sendiri (dan mungkin juga agama-agama lainnya) banyak diajarkan mengenai ikhtiar untuk gigih mencari rezeki yang barokah. Gigih untuk mengubah nasib ke arah yang lebih baik, sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib Anda jika Anda cuma bisanya ngomel dan nyinyir, namun no action.

Kisah para sahabat Nabi juga dipenuhi figur dengan kemakmuran yang melimpah, mulai dari sosok Abu Bakar, Umar hingga Usman bin Affan yang level kekayaannya sangat masif.

Juga tentu ada sosok Siti Khadijah, sang super female entrepreneur yang sukses di eranya. (Ekspansi Islam pada era itu sangat terbantu dengan dukungan finansial dari para sahabat yang makmur itu).

Menjadi kaya dan makmur dengan barokah, dengan kata lain tidak dilarang, bahkan mungkin dianjurkan dalam setiap agama (sebagaimana dicontohkan dengan cemerlang oleh para sahabat dan istri Nabi).

Namun entah kenapa, spirit untuk gigih mengubah nasib ke arah yang lebih baik dan lebih makmur itu, pelan-pelan pudar.

Yang acap muncul adalah kalimat bernada petuah seperti ini : “Ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan dibawa mati”. Sangat sering kita mendengar kalimat ini – sebuah kalimat yang salah kaprah dan wrong.

Kekayaan akan kita bawa mati jika saat hidup kita belanjakan untuk membangun rumah ibadah, menyekolahkan anak yatim, memberangkatkan orang tua umroh atau membiayai pembangunan perpustakaan gratis.

Yang mengucapkan kalimat “ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan dibawa mati” mungkin tidak paham akan kalimat diatas.

Atau mungkin dia mau menghibur diri. Atau mungkin dia mau menutupi ketidakmampuan dirinya mengubah nasib dengan kalimat sok bijak yang salah.

Look, peradaban yang besar hanya akan mampu dibangun jika para anggotanya memiliki basis ekonomi yang kuat. Dan kita di Indonesia mungkin masih jauh dari hal ini.

Indonesia yang mayoritas penduduknya Islam, masih tergolong negara berkembang, dan mayoritas penduduknya masih miskin.

Tempo hari saya menulis, dari daftar 100 Orang Terkaya di Indonesia, hanya 4% yang berasal dari Muslim – sebuah fakta muram kalau mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam.

(Namun lebih baik introspeksi diri, daripada nyinyir dan menyalahkan pihak lain, atau pihak aseeeng).

Kenapa bisa seperti itu? Kenapa warga Islam di Indonesia belum mampu menginspirasi bangsanya menjadi Peradaban Nomer Satu Dunia?

Mungkin karena spirit gigih mengubah nasib tadi pelan-pelan pudar. Digilas oleh kalimat indah yang salah kaprah : “ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan kita bawa sampai mati”.

Atau mungkin juga disebabkan ini : Spirit IQRA – ayat pertama yang mengajarkan kita untuk tekun membaca dan rajin belajar makin pudar.

(FYI, minat membaca orang Indonesia berada pada peringkat 3 paling bawah di antara 100 negara. Fakta ini agak memalukan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam yang punya ajaran IQRA.

Kalau Anda umur 30 tahun, idealnya sudah baca buku bermutu 300 buah. Kalau belum mencapai angka ini, berarti spirit IQRA Anda layak diragukan).

Spirit IQRA yang memudar akan membuat daya literasi dan kecerdasan kita tumpul.

Wajar jika banyak orang terpuruk nasibnya karena wawasannya abal-abal. Kenapa wawasannya abal-abal? Karena malas membaca buku bermutu. (bacanya hanya berita-berita hoax dari grup WA sebelah).

Atau mungkin ada sebab lain yang lebih serius : karena mayoritas orang Islam Indonesia gagal melakukan “jihad ekonomi” yang memang tidak mudah dan membutuhkan kompetensi ungggul.

Ya benar, jihad ekonomi memang jauh lebih sulit daripada sekedar unjuk rasa turun di jalanan, lengkap dengan simbol-simbol yang terkesan heroik.

Jihad ekonomi membutuhkan kecerdasan otak + spirit IQRA yang dahsyat, dan bukan sekedar lantangnya orasi dan kekuatan fisik yang menebarkan ketakutan.

Tanpa disertai jihad ekonomi yang gigih dan konsisten, unjuk rasa di jalanan dengan semangat menggelora itu hanya akan jadi “buih-buih yang tidak berdampak nyata bagi kebesaran peradaban”.

Tanpa jihad ekonomi yang cerdas, 96% orang terkaya di Indonesia tetap akan dikendalikan Non Muslim.

So what? Jadi apa yang harus Anda lakukan?

Sederhana langkahnya : lakukan jihad ekonomi secara personal.

Ya benar, mulailah melakukan jihad ekonomi dari dirimu sendiri.

Sebab, cara paling ampuh untuk membantu memberantas kemiskinan adalah pertama-tama dengan menjadikan diri Anda tidak jadi orang miskin.

Yang muram adalah saat sejumlah warga Muslim berteriak dengan berbusa – busa : kebangkitan umat! kejayaan Islam! tolak paham liberal! dan blah-blah lainnya; namun basis ekonomi dirinya sendiri masih rapuh. Daya finansialnya masih kelas KW3.

Kalau seperti itu maka selamanya kebangkitan ekonomi umat Islam hanyalah fatamorgana.

Karena itu jika Anda ingin membantu kebangkitan ekonomi umat, cukup lakukan jihad ekonomi secara personal yang sukses.

Apa ukuran jihad ekonomi personal yang berhasil?

Sederhana, seperti yang saya sudah pernah saya tulis : saat Anda berusia 35 tahun, Anda harus punya aset yang halal dan barokah senilai 1M dan saat usia 40 tahun, aset Anda sudah tembus 3M.

Sebagian dari Anda mungkin akan langsung komen : wah sulit mas, saya pasti akan gagal melakukan jihad ekonomi.

Itu pandangan yang kurang Islami. Sebab Islam mengajarkan Anda untuk membangun prasangka positif terhadap Tuhan Yang Maha Kaya. Berprasangka positif-lah kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, maka jalan rezeki pasti akan selalu terbuka.

Yang lain mungkin akan komen yang sok moralis tadi : ngapain punya aset miliaran, toh kekayaan tidak akan bawa mati.

Sekali lagi itu salah kaprah. Bayangkan jika aset Anda itu Anda sedekahkan untuk mendirikan 10 perpustakaan gratis bagi anak-anak yang kurang mampu. Tidakkah malaikat akan terus mencatat amalmu selama perpustakaan itu terus berfungsi, meski kelak Anda sudah terbujur kaku dalam kematian?

LOOK. Jika 50% saja umat Muslim di Indonesia memiliki aset lebih dari 1M, maka Indonesia akan menjadi NEGARA SUPER POWER DUNIA, melibas Amerika, Jepang dan China.

Jika 50% saja warga Muslim di Indonesia memiliki aset lebih dari 3M, maka Indonesia bisa menjadi prototipe Peradaban Islam Paling Makmur Di Dunia dan Rahmatan Lil Alamin. Tanpa perlu unjuk rasa di jalanan sambil sibuk menebarkan orasi sarat kebencian.

Sebab sejarah selalu mencatat : kebesaran sebuah peradaban selalu dibangun diatas kekuatan ekonomi yang powerful. Tidak ada sejarahnya, sebuah bangsa atau peradaban akan disegani dunia jika penduduknya miskin-miskin.

Muramnya : ada sejumlah orang yang gigih berceloteh tentang kebangkitan umat, tentang kejayaan agamanya, namun giliran diminta untuk jadi MILIONER malah ngeles macem-macem.

Kalau begitu, dari mana kebangkitan umatmu bisa muncul? Dari Hongkong?!

Namun ya, melakukan JIHAD EKONOMI secara personal yang sukses memang sangat tidak mudah. Jauh lebih mudah berbusa-busa komen sambil menyalahkan pihak aseeeng. Atau lebih mudah lagi : menyalahkan dan mengkafirkan orang lain.

Namun Kebangkitan Umat yang sejati hanya bisa diraih dengan jalan kekuatan ekonomi yang unggul.

Jika masing-masing dari Anda yang Muslim gagal melakukan jihad ekonomi dengan target seperti tercantum diatas, maka cerita Kebangkitan Umat Islam di Indonesia hanya akan jadi lamunan kosong.

Maka mulailah dari dirimu sendiri, sekarang juga.

Hidupkan kembali semangat IQRA (ayat PERTAMA dalam AL Qur’an) dalam jiwamu : bacalah buku-buku bermutu minimal 50 judul dalam setahun. Agar Anda makin kompeten, dan tidak mudah dibodohi berita-berita hoax.

Lalu ucapkan Bismilah, seraya bertekad : “Dalam usia 40 tahun, aset saya Insya Allah sudah menembus 3M. Agar saya bisa membangun 10 perpustakaan gratis bagi anak-anak kurang mampu, dan memberangkatkan orang tua saya pergi umroh”.

Akhir kata, teriring doa semoga perjuangan JIHAD EKONOMI Anda berakhir dengan kegemilangan, dan selalu dilimpahi keberkahan oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.

Photo credit by : Hague

58 thoughts on “Jihad Ekonomi, Kekayaan Individu dan Kemakmuran Bangsa”

  1. Semua berawal dari cara pandang ( belief system ) yg salah. Kalau belief systemnya mengatakan kaya jasmani adalah sesuatu yg Tabu ya repot.

    Padahal hidup ini harus seimbang ( balance ). rohani dan jasmani harus sama2 dikembangkan. Kalau cuma salah satu maka hidup kita akan “lumpuh”.

    Btw thanks pak Yodhia, artikelnya sangat mencerahkan dan memotivasi..

    http://www.SonyTrade.com
    Blog Belajar Trading Investasi SAHAM & FOREX

  2. jaman skrg ulama pewaris nabi naik nya hummer / rubicon … umat nya motor kreditan

    berbanding terbalik dengan sunnah nya …. pewaris nabi hidup sederhana umat nya sukses2 seperti contoh di artikel

  3. Sebenarnya, kebangkitan ekonomi kaum muslim kelas menengah saat ini sudah mulai tumbuh..yang perlu adalah bagaimana menyemai dan membuat spirit kebangkitan itu merata bagi semua lapisan kelas ekonomi umat…

    Saya percaya kok, beberapa tahun ke depan peta perekonomian di Indonesia akan berubah…. in sya Allah

  4. Mau kaya gak mau usaha.. Enak tidur, bangun sesuka hatinya, nongkrong dari pagi sampai malam gak ada beban. Mantaap…

  5. Galakan entrepeneurship sejak dini.. Mngikuti jln nabi yang sukses dan makmur dg berbisnis dan mnguasai ilmu pemerintahan dan kepemimpinan..

    Tentram duniawi, bahagia akhirat..

  6. Mungkin judul artikel ini dan artikel sebelumnya lebih tepat: Korelasi Pemahaman Keagamaan dengan …
    sebab, banyak juga orang Islam yang kaya dan makmur karena action nyatanya dalam berjihad ekonomi. Walaupun, yang nyinyir dan pesimis jauh lebih banyak. Walaupun masih sama-sama Islam.
    Dari situ saya melihat, yang membuat dia gigih berjihad ekonomi adalah pemahaman keagamaannya.
    Selain itu, pemahaman dan keyakinan bahwa harta adalah sarana kebahagiaan akhirat (bukan hanya kebahagiaan dunia saja!), juga sangat jarang dibahas dalam kajian intansif di Masjid-masjid.
    Sehingga, sekali lagi ini pendapat saya, Pemahaman keagaamaan sebagian besar saudara muslim, belum mengerti betul tentang jihad ekonomi ini.
    Dan kita yang sudah ‘sadar’ punya tanggungjawab untuk TAKE ACTION memperbaiki ini.

    Bagaimana pendapat teman-teman?

  7. Luar biasa, ulasan yang renyah dan menggugah semangat Pak Yodhia. Memang budaya iqro’ secara mendalam sudah sangat memudar, tergantikan dengan membaca ‘judul’ saja tanpa memahami sesuatu secara utuh, sehingga menghasilkan individu yang lemah, banyak bicara, minim ikhtiar.

  8. Membaca memang harus dijadikan budaya terus menerus. Bukan hanya anak-anak tapi orang tua. Setelah membaca lalu menulislah.

    Berbagi pengalaman, mengemukakan pandangan, memotivasi lewat tulisan. Siapa sangka jika tulisan yang kita buat menginspirasi dan menggerakkan orang untuk bangkit dari keterpurukannya. Itu saja kita sudah berpahala.

    Terima kasih, Pak Yod untuk konsistensi tulisan senin-nya!

    1. Yang saya sesalkan justru dari seorang ulama besar mengajarkan untuk “menerima nasib”. Saya tidak tau di daerah anda, tapi di jawa timur (kebetulan saya di surabaya) dimana di masjid2 yang “sealiran” dengan ulama besar tersebut setiap akan shalat selalu diputarkan kaset yang berisi nyanyian nasihat (dalam bahasa jawa) tentang hidup dan bagaimana menjalani kehidupan di dunia. Dalam penggalan lyricnya terdapat salah satu kalimat “Sabar narimo najan pas-pasan” (Indonesia : Sabar menerima, walau pas-pasan) yang menurut saya justru sejalan dengan kalimat pesimis “ngapain kerja keras dan kaya, wong nggak dibawa mati”. Yang membuat orang dengan mental “lemah” hanya akan pasrah menerima nasibnya yang hidup pas-pasan, dan tidak akan pernah berusaha bekerja keras mengubah nasib. Kalo sudah begitu tentu ikhtiar berjihad ekonomi tidak akan pernah terwujud, dan muslim yang di otaknya sudah tertancap penggalan liryc tersebut tentu akan begitu-begitu saja nasibnya hingga anak cucunya..

  9. betul,,hal ini layak di perjuangkan untuk jihad ekonomi personal,bukan bisanya cuman baca berita hoax apalagi menjual agama #eh,,,

  10. Bismillah, “Dalam usia 40 tahun, aset saya Insya Allah sudah menembus 3M. Agar saya bisa membangun 10 perpustakaan gratis bagi anak-anak kurang mampu, dan memberangkatkan orang tua saya pergi umroh dan haji”. Aamiin.
    Thanks Pak Yodhia

  11. Mantap. Ulasan yang renyah dan sangat menarik .

    Semoga yang membaca tulisan ini semakin tersadarkan.
    Bahwa kekayaan itu layak diperjuangkan secara gigih dan senantiasa berdoa tanpa henti-hentinya, agar kita bisa beribadah dengan tentram dan damai,
    tanpa di hantui rasa kecemasan akan kekurangan finansial.

    Dan mungkin waktu kita buat beribadah yang terjual karna mencari rejeki. Semoga dapat kita rengkuh kembali. Agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta .

    Amin

  12. Beriringan antara membumikan keimanan (ruhani) dan kekayaan (Jasmani)..seperti jihad pada zaman Rosul dahulu..
    Ayo kembali kepada khittoh yg lurus para salafussholih..!

  13. Saya sangat setuju untuk poin bagaimana harusnya kita tingkatkan kompetensi kita dengan membudayakan membaca. Sistem dan paradigma kita harus bersinergi ke arah yang optimis, bukan sekedar terima nasib.

    Seperti biasa, sajian gurih dari om Yodhia selalu menginspirasi. Doain saya supaya bisa menciptakan perpustakaan gratis dan layanan pendidikan (khususnya di bidang kreatif) untuk semua orang. Aamiin.

  14. Karakter orang2 kita (indonesia) itu gampang di provokasi. penguasa negeri ini yg dikuasai aseng & asing kayaknya udah paham banget memainkan orang2 kita.

    asing & aseng bedanya sama orang islam itu ada pada hukum ” Halal/Haram “. mereka yg non-muslim mana paham hal2 bgini Om Yod?
    saya punya bnyk temen yg kebetulan bos-bosnya orang chinese. kalo di ceritakan ngeri-lah kerakusan bos2 teman2 saya. panjang banget penjelasannya.

    Kalo unt saya pribadi, saya sepakat dg ” Jihad Ekonomi ” krna sampai saat ini itulah yg saya lakukan. kedepannya sudah jelas sprti yg dibahas diatas ” membuat sekolahan, panti-asuhan, dsb “. emang lagi2 soal mindset sih. tapi dilihat lagi doktrin2 yg udah menyebar di negeri ini kenapa smpai skr orang indonesia yg mayoritas islam masih gitu2 aja?

  15. nah ini artikel yang cari2. memang susah om yod kalau ingin membandingkan sukses secara total. ya kalau kata reynald kasali hanya 2% org benar2 berfikir ya kita berusaha masuk 2% . supaya jika kita bertujuan mulia mampu memberikan dampak buat mayoritas

  16. iqra..kembali pada al quran semua tuntunan sudah ada di sana, dari buang air kecil hingga menafkahi istri dan mendidik anak.lengkap.bahkan bagaimana agar kita menjadi orang yg beruntung smua poinnya sdh ada di alquran

  17. Ulasan menarik mas yodhia..

    Karena 5 orang terkaya di Indonesia lebih didengar pemerintah bahkan mampu mengubah dunia, daripada 50 juta orang yang unjuk rasa..

    Kutipan yang membuat semangat Jihad Ekonomi.. “Jika 50% saja warga Muslim di Indonesia memiliki aset lebih dari 3M, maka Indonesia bisa menjadi prototipe Peradaban Islam Paling Makmur Di Dunia dan Rahmatan Lil Alamin.”..

    Insya Allah.. Aamiin

  18. setuju banget sama pemikiran mas yod kali ini.. harus jadi umat islam yg produktif dan tidak menerima nasib begitu saja..

  19. Alhamdulillaah…..mantaaap pak, jazakallaah khairan…

    Ohh ya…mungkin Pak Yodhia punya saran untuk buku-buku bermutu itu, monggo Pak.

  20. Menurutku blom bisa… indonesia belum layak dikategorikan negeri religius…. masjid masih sepi, riba bertebaran dimana2 dll…

    kalo mau bandingin cina sama negeri religius mungkin bisa dibandingin sama khilafah islam waktu umar ibn khattab menjabat jadi khalifah ke 2 atau bandingin sama dinasti bani umayyah zaman umar ibn abdul aziz jadi khalifah itu baru seru menurutku…

    kalau bicara kemakmuran, kekayaan, kekuatan, kemegahan.. dari zaman sahabat nabi sudah ada, diantaranya byzantine empire (romawi timur) sama persia itu duo super power zaman itu, tapi dua2nya sudah pernah dihadapi sama sahabat nabi… habis mereka kalah di perang yarmuk sama qadisiyah… persia kerajaannya bener2 hancur jadi wilayahnya khilafah.. kalo romawi kira2 wilayahnya tinggal setengah sampai habis mereka di zaman Turki Utsmani sama Sultan Mehmed II sampai era puncak kejayaan turki utsmani di zaman Sultan Suleiman I (yg kedua rada2 oot dikit sori)

  21. Nilai agama :C
    Nilai kewarganegaraan : E
    Nilai Budi pekerti : D
    Apakah ini yang dinamakan manusia tak bermoral.

    Hanya tuhan yang tahu jawabannya?

    aenggaaaakk ahh….

    #jihadekonomi #salahsatunya

    bisa bikin..
    Nilai agama : A ………..pokus
    Nilai kewarganegaraan : A ……….. patuh
    Nilai Budi pekerti : A ……..panutan..

    kompetensi dan keberlimpahan tak memang terpisahkan.

  22. ~ komen untuk yang part 1 ~

    Ingin mengomentari pendapat penulis mengenai point yg uae lebih maju ekonominya dari saudi karena mungkin karena satu moderat yg satu wahabi dilihat hanya dari segi kemewahan bandara…

    opiniku pribadi kalo saudi mau mungkin saudi bisa buat bandara jauuuuuhhh lebih mewah dari dubai jika saudi tidak pusing2 memikirkan “kepentingan umat islam”…

    bicara masalah kebersihan toilet, sebelum menyalahkan yg punya toilet sebaiknya kita cek juga pemakai toiletnya, jumlah pengunjung, pengunjung toilet apakah memiliki kebiasaan kotor atau jorok (mungkin tiap daerah/berbagai negeri ada ciri khasnya masing”)… kalo misalnya toiletnya diserbu 1.000 orang jorok siapa yang sanggup nanganin kebersihannya… kalo toiletnya jorok padahal sepi ya memang salah pengelola toiletnya kemungkinan besar…

  23. Sangat menginspirasi bagi kita, dimasa sekarang ini Jihad Ekonomi memang menjadi jihad yang sangat diperlukan bagi kaum Muslim Indonesia, bagaimana kita dapat berjihad untuk kebenaran jika setiap tindakan dan orasi kita tdk didengar, ya orang indonesia sebagian besar lebih ‘kesengsem’ dengan mereka yg bermodal besar.

    Pertanyaan berikutnya adalah LALU BAGAIMANA AGAR ASSET KITA SESUAI TARGET DIATAS????

    Miliki rumah tanpa BI cheking tanpa Riba. https://www.indorumahsyariah.com

  24. klo saya ketika mendengar kalimat, “umur 35 harus punya aset senilai 1 M, dan umur 40 harus menjadi 3 M”

    yang ada dipikiran saya, kayaknya sih bisa, tapi lewat channel yang mana yah, apakah lewat olshop, lewat jualan properti, lewat jualan pulsa, lewat blogging atau lewat apa, hmm…

  25. Jalan yang menjanjikan kita menuju keunggulan tentu bukan sekedar menjadi konsumen pengetahuan barat serta jadi follower trend-trend ekonomi dan bisnis di barat, tapi kita harus memilih jalan yang berbeda, yaitu jalan kita sendiri.

    Tentunya sistem ekonomi Islam yang unggul bukanlah copy paste ekonomi barat trus ditambah pelakunya melakukan sholat, zakat dll. Kita punya jalan sendiri menuju keunggulan, jalan itulah yang perlu kita gali dari khasanah kitab-kitab klasik dan direvitalisasi untuk menjadikan sistem ekonomi kita terunggul di seluruh dunia.

  26. #Bro Ilham
    Saudi yg wahabi mau bangun bandara yg jauh dr Dubai? Dari mana fulusnya.Wong sekarang Saudi lagi krisis finansial.Lagi cari utangan, sampai 10 milyar US dolar. Sy dengar yg mau kasih utangan negeri yg tak kenal Tuhan, China.Soal toilet jorok dibandara ? Lihat masjid2 disepanjang perjalanan Jeddah Madinah ya ampun joroknya. Kan kebersihan adalah sebagian dr iman.

  27. Sungguh menarik pembahasan ini, meninjau korelasi agama dengan kemakmuran di bidang perekonomian khususnya.

    Islam mengajarkan untuk menjadi kaya, harta yang kemudian dibelikan di jalan Allah. Oleh karena itu, selain jadi karyawan, sebaiknya punya usaha juga sebagai bentuk ikhtiar untuk membuka banyak pintu rezeki lainnya.

    https://www.lisubisnis.com

  28. budaya literasi yang rendah, namun masyarakatnya melek internet.. menurut Karina Supelli, Indonesia termasuk negara nomor 5 paling cerewet di dunia dan bahkan Jakarta menjadi Kota paling cerewet di dunia, dengan 15 tweet per detik.

    akibatnya.. saling hujat dan berita sampah bertebaran..

    BAGI YANG SUDAR SADAR.. AYO! KITA MULAI PERBAIKI MULAI DARI DIRI SENDIRI.. IKUTI TERUS BLOG PAK YODHIA..

  29. Makin suka dengan blog ini. Gak hanya membuka wawasan tapi juga menyadarkan kesalahan.

    Mas Yodhia, bagaimana untuk mengatasi orang – orang yang suka membela diri bahwa dia malas untuk membaca buku.

    Mereka sering bilang, “Mendingan gue nonton video, lebih seru dari pada baca buku. Hasilnya sama aja.”

    Kurang lebih seperti itu. Gimana mas?

  30. Selalu menyegarkan dan maknyuss artikelnya Kang.

    Bila kita memandang dari sisi positifnya, generasi muslim milenial banyak yang ekonominya bagus.

    Banyak dari mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional dengan gaji dan fasilitas puluhan kali dari UMK 🙂

    Bagi yang berbisnis pun sudah banyak yang mencapai taraf di atas makmur.

    Kelompok milenial menengah atas inilah yang diharapkan bahu membahu dan menjadi motor penggerak kemakmuran bagi yang lain.

    Tentu yang mau MAU DIAJAK MAKMUR 🙂

    Bila tujuan hidup ‘hanya’ ingin punya rumah bagus, kendaraan bagus, dan bisa traveling tanpa bingung uang, setiap orang bisa, BILA MAU.

    Mudah-mudahan ke depan kemakmuran itu benar-benar terwujud dan menjadi bangsa besar yang dicatat dengan tinta emas sejarah peradaban dunia.

    Terima kasih
    Ingin belajar akuntansi dengan mudah dan gratis? ya di sini tempatnya : https://manajemenkeuangan.net/

  31. Tulisan ini ditulis begitu renyah.. Tentunya ekonomi umat harus bangkit dari keterpurukan.

    Sangat setuju mas Yodhia, karena ada tiga perkara yang akan terus menerus mengalirkan pahala walaupun hayat sudah tidak lagi dikandung badan.

    Salah duanya amal jariah & ilmu yang bermanfaat..

    Terimakasih kasih sudah diingatkan mas, semoga tulisan-tulisan mas Yodhia akan menjadi legacy yang bermanfaat dan kelak akan dibalas oleh Allah di akhirat nanti..

  32. Bismillah
    Subhanallah wal hamdulilah wa LA ILAH HA ILLALAH ALLAH hu Akbar.
    Mohon Petunjuk dan Hidayah MU. Aamiin ya robbal a’lamin

  33. Menurut hemat saya, kebangkitan ekonomi umat harus diawali dr pemberian pemahaman dr pelajaran agama dan ustadz kyai memberikan motivasj betapa pentingnya hidup kaya spy bisa beramal dgn maksimal, dan bukan hanya membicarakan surga dan neraka saja, sehingga spy balance.
    Saya pun juga saat ini sdg melakukan jihad ekonomi dgn mendirikan usaha penjualan gorden dan wallpaper dengan memanfaatkan internet marketing di http://www.haniyadecor.com

  34. Siip..sy setuju sekali dgn pendapat mas ayodhia, selama ini sebagian besar umat islam indonesia kurang kompeten dalam berbagai bidang perdagangan, distribusi, manufaktur, kreativitas dll, sehingga tertinggal dgn kaum yg notabene minoritas,,sangat disayangkan..untuk itu mari kita meningkatkan etos kerja, belajar tiada henti, bunuh rasa malas dan tinggalkan hal2 yang kurang bermanfaat spt banyak nonton tv yg siarannya gak berbobot, kurangi kongkow2 di cafe yg cuma ngerumpi atau main kartu remi dan dam batu,dll..

    Salam sukses dari : distributorblind.com/jual-wallpaper-dinding-di-medan

  35. Wah artikelnya mantep sekali suhu.. setelah baca artikel part 1 makin penasaran dan lanjut ke artikel part 2 yang ini makin keren..

    Point yang sangat penting tentang Mahzab mana yang dipilih sangat menentukan nasib,

    pilih mahzab: ngapain kaya ga dibawa mati? atau pilih dengan kaya bisa umroh kan orang tua, bangun mesjid, perpustkaan dlll

    wkwkw salam super
    https://garmenstudio.com/seragam-net-tv/

  36. Semua ini harus di mulai oleh para anak” muda, harus di doktrin otaknya.. kalo mau sukses ya harus berusaha, temukan passion dan bakat yg ada dalam diri sendiri!

    Jangan terlalu menggantungkan nasib ke keluarga, pemerintah dan gelar pendidikan.

    Sudah saatnya kita mengendalikan otak dan pikirin lewat wawasan yg luas (membaca). Jangan sampai melakukan ” like+share+amin ” yg tidak membawa manfaat buat perubahan 😀

    Hahah.. salam jihad!

  37. Diantara sahabat nabi ada yg sangat kaya raya, namun sangat dermawan. Bagi muslim yang ingin jihad ekonomi, Abdurrahman bin Auf serta Utsman bin Affan bisa jadi contoh

  38. Dlm kondisi spt skr kok agak berat ya pak. Klo pareto 20% menguasai 80%, skr sudah spt itu, mature, yg kaya makin makmur dan jd pengendali ekonomi, yg miskin makin jauh tertinggal. Banyak dari kita ada di grup 80% yg ga punya power mengendalikan ekonomi. Klo liat sejarah sih, cuma chaos n revolusi yg bisa meredam kekuasaan kapital, tp ya gitu, prosesnya ga enak..

Comments are closed.