2 Teori Sosiologis yang Menjelaskan Kenapa Penghasilan Anda Tetap Stagnan

3024180-poster-p-1-leading-in-the-age-of-creativitySejumlah orang suka penasaran kenapa income atau penghasilan dirinya tetap stagnan, sementara biaya hidup makin mahal (apalagi pas bulan puasa seperti sekarang dimana pengeluaran malah makin naik).

Penghasilan yang terus stagnan bisa mengancam nasib masa depan; dan membikin galau hati jutaan orang.

Pertanyaannya : kenapa income sebagian orang tetap stagnan?

Ada 2 penjeleasan teoritis dari ilmu sosiologi yang layak dikenang.

Dalam ilmu sosiologi kemakmuran bangsa-bangsa, dikenal adanya dua mazhab atau aliran yang saling bersaing untuk menjelaskan kenapa kebanyakan orang tetap miskin, dan penghasilannya stagnan.

Dulu saat masih jaman kuliah, saya getol mempelajari dua aliran teori itu. Aliran teori yang pertama disebut Teori Kemiskinan Struktural dan teori yang kedua disebut Teori Kemiskinan Kultural.

Mari coba kita telisik satu demi satu.

Teori #1 : Teori Kemiskinan Struktural
Pendekatan ini mau bilang, penghasilan Anda terus stagnan karena faktor struktural yang sayangnya berada diluar kendali Anda.

Faktor struktural itu misalnya : kebijakan ekonomi yang berpihak pada kapitalisme, kebijakan upah yang eksploitatif dan tidak ramah pada kaum dhuafa, kebijakan ekonomi yang salah, atau juga aneka kebijakan yang lebih berpihak pada kaum kelas menengah atas.

Contoh misalnya di Amerika : kebijakannya upahnya sangat kapitalistik, sehingga ratusan juta kaum pekerja disana gajinya stagnan selama 40 tahun (!); sementara gaji CEO naik ratusan kali lipatnya.

Atau contoh kebijakan ekonomi yang salah di banyak negara Afrika, Kuba atau Korea Utara misalnya : jutaan penduduk disana penghasilannya benar-benar stagnan karena murni kesalahan kebijakan ekonomi yang diambil.

Pendekatan struktural ini mau bilang bahwa “nasib individual Anda” amat ditentukan faktor-faktor struktural dimana Anda berada.

Itulah inti dari Teori Kemiskinan Struktural : Anda miskin atau gajinya stagnan karena faktor-faktor struktural diluar kendali Anda.

Teori struktural ini lebih banyak dianut oleh kalangan “intelektual kiri” (aliran Marxist).

Intelektual Marxist selalu beranggapan hidup Anda sengsara dan gajinya pas-pasan karena kebijakan ekonomi yang kapitalistik dan tidak memihak kelas proletar seperti Anda.

Saya kira pendekatan teori struktural ini ada benarnya.

Dulu jaman saya masih kuliah dan kere, saya selalu bergairah membaca teori Strukrural ini (beragam karya  intelektual Marxist legendaris seperti Andre Gunder Frank, Samir Amin, Sritua Arief saya baca dengan penuh gelora).

Namun lama-lama saya capek juga. Capek karena teori ini berharap pada pihak lain (dalam hal ini negara) untuk mengubah nasib saya.

Pengharapan itu sering berubah menjadi UTOPIA – ini adalah istilah kaum marxist tentang impian indah tentang negeri yang adil, namun selalu tak pernah terwujud.

Utopia itu mirip PHP – pemberi harapan palsu. Impian indah yang penuh fatamorgana.

Kenapa saya harus menanti uluran kebaikan hati negara dan pejabatnya, untuk mengubah nasib saya?

Tidakkah itu sama dengan penantian tanpa ujung? Ibarat menantikan cinta sang Raisa yang keburu dilamar sama Hamish Daud? 🙂 🙂

Teori struktural mungkin agak berseberangan dengan premis yang selama ini sering saya tuliskan : you create your own destiny. You design your own history.

Itulah kenapa sekarang saya lebih cenderung suka dengan teori kedua.

Teori # 2 : Teori Kemiskinan Kultural
Pendekatan ini mau bilang Anda menjadi miskin atau penghasilannya stagnan karena faktor kultural yang ada dalam dirimu sendiri.

Faktor kultural individual itu misalnya : Anda tidak punya etos kerja yang kuat, tidak punya daya resiliensi yang setrong, daya kreativitasnya lemah, malas atau tidak punya inisiatif untuk menangkap peluang yang ada.

Dengan kata lain, teori ini mau bilang penghasilan-mu stagnan ya karena salah dirimu sendiri : karena mungkin Anda tidak gigih, tidak punya etos kerja yang kuat atau terlalu mudah menyerah pada nasib.

Terus terang saya pribadi cenderung lebih suka dengan teori ini, sebab pendekatan ini punya prinsip : yang bisa mengubah nasib dan masa depan Anda, ya Anda sendiri. Bukan orang lain. Bukan presiden atau menteri. Juga bukan mertua atau boss Anda.

YOU. You define your own future.

Faktanya, dalam kondisi ekonomi, akses pendidikan atau infrastruktur di negeri ini yang masih jauh dari ideal, banyak orang yang sukses mengubah nasib dan menjadi kaya karena usahanya sendiri.

Telah banyak kisah ditulis tentang perjuangan anak manusia yang sukses mengubah nasib di negeri ini.

Saya sendiri di blog ini pernah menulis beragam kisah : ada anak supir angkot yang jadi direktur di New York, ada anak lulusan SMP dari desa udik yang sukses jadi internet marketing consultant, atau juga anak lulusan SMA yang bisa raih profit ratusan juta per bulan.

Beragam kisah diatas dengan telak membuktikan bahwa perjuangan mengubah nasib tidak perlu menanti uluran kebaikan negara dan kondisi ekonomi ideal.

Namun memang akan selalu ada orang yang suka mencari-cari alasan dan menyalahkan faktor eksternal saat dirinya terkapar dalam nasib dan penghasilan yang stagnan. Mungkin untuk menghibur diri.

DEMIKIANLAH, dua teori atau mazhab dalam ilmu sosiologi tentang kemiskinan : ada teori kemiskinan struktural dan ada pula teori kemiskinan kultural.

Apapun teori yang Anda yakini, saya berdoa semoga di bulan Ramadhan ini, Anda mendapatkan limpahan rezeki yang barokah. Amin.

29 thoughts on “2 Teori Sosiologis yang Menjelaskan Kenapa Penghasilan Anda Tetap Stagnan”

  1. kemiskinan selalu menjadi momok suatu bangsa… namun kemiskinan juga menjadi suatu pertanda bahwa di sana juga ada sikaya. jika semua kaya maka tidak ada kemiskinan disuatu bangsa atau negara.
    Semoga Indonesia tingkat kemiskinan bisa ditekan, dan Indonesia menjadi negara yang semakin makmur…
    Jayalah Indonesiaku… MERDEKAA

  2. memang benar jangan terlalu berharap sama kebijakan negara,mendingan mengembangkan diri dan belajar terus belajar untuk mecerdaskan otak dan mepertajam skill diri sendiri untuk merubah nasib kita….supaya berpenghasilan lebih dan mempunyai income yang super cetar…..dan gak stagnan trus 🙂

  3. Setuju, kita yang harus berusaha mengubah diri kita sendiri.

    Jika income saat ini dirasa pas-pasan, y harus berani action untuk meningkatkan income.

    Dari yang single income, segera action menjadikan dirinya multi income.

    Action, action dan action. Bukan menggerutu.


    Blog Khusu HR (free ebook senilai 500 ribu)
    https://www.manajemensdm.net/

  4. Saya sependapat dengan teori yang kedua Pak Yodhia. Saat ini dalam dunia bisnis sedang terjadi era kenormalan baru, dimana yang hanya berdiam diri dan tidak berubah akan tergerus dengan sendirinya. Bagi kita yang hanya berpangku tangan saja tanpa melakukan sesuatu yang luar biasa, hanya akan mendapatkan sebatas yang diusahakan itu saja.

  5. Amin ya robbal alamin

    Teori kedua jelas menyumbang persentase terbanyak. Faktor eksternal mampu disiasati

    Tuhan tidak akan mengubah nasib kecuali kita sendiri

    Selamat berjuang, sukses utk semuanya

  6. Saya lebih setuju dengan teri ke dua, karena ini sesuai dengan ajaran Islam dimana Allah tidak akan mengubah keadaan kaum sebelum kaum itu mengubah keadaan mereka sendiri..

    So mari berusahan meningkatkan income kita niscaya Allah akan membukaan pintu rezeki dan memberikan keberkahan buat kita..

  7. Terimakasih atas tulisannya setiap senin yang selalu menginspirasi.

    btw, Kenapa ya Pak, setiap kali saya mencoba membuka website ini via HP, saya selalu kesusahan loadingnya

  8. Menu Sarapan Senin pagi yang selalu meng-inspirasi.

    Keduanya ikut andil, negara yang kondusif, penuh dengan kebijakan dan aplikasi di lapangan yang baik dan ada pribadi-pribadi TANGGUH nan pantang menyerah akan memunculkan kesuksesan yang sistematis dan masif.

    so… apapun teori yang SAMPEYAN dan saya yakini, mudah-mudahan KEBERKAHAN selalu menyertai perjalanan hidup kita. Aamiin.

    Maturnuwun
    http://www.manajemenkeuangan.net | Tempat Gratiss Belajar Akuntansi Keuangan |

  9. Teori yang kedua memang sangat sudah melembaga di benak rakyat Indonesia kebanyakan. Etos kerja yang rendah dan kerja asal-asalan.

    Topik yang menarik mas !

  10. waktu jaman kere pas kuliah suka banget dengan hal yg sosialis,tricke down effect juga utopia bagi kaum kapitalis. kalau sekarang menggabungkan dua kekuatan itu third way economics saripatinya ekonomi kerakyatan .

  11. Andai saja kita2 ini bergelut di bidang suaha peternakan, terutama ternah unggas, maka kemiskinan struktural lah yg sebenarnya terjadi. Pemerintah yg lebih mengkondisikan kartel dan kapitalis, dg tdk memberlakukan segmentasi ijin usaha, jauh dari slogan ekonomi kerakyatan yg di-citrakan.

  12. Tulisan-tulisan yang inspiratif, yang setiap senin selalu saya tunggu.
    Semoga pendapatan saya tambah melejit, dan bisnis yang saya kerjakan sekarang bertambah banyak profitnya.

  13. terimakasih pak telah memberikan pencerahan kepada kami, semoga saya bisa langsung berdiri untuk melakukannya segera mungkin. dan berusaha semaximal mungkin.

  14. di agama saya juga sudah cukup jelas penjelasannya. bahwa manusia tidak akan berubah sebelum manusia itu sendiri yang mau berubah. jadi mulailah merubah yang lebih baik pada diri sendiri.

  15. Well, kalau memang pengen makmur ya harus berusaha dengan keras. mulai dari kesadaran diri, belajar tentang uang.

    Semoga kita semua bisa mendapat penghasilan yang luar biasa kelak

  16. Saya pilih manajamen pertuyulan saja. Tau2 orang pada kaget..haha Pak buat tulisan bahas Copywite dong tapi yang Daging dan tandes… Wooookeh… Salam dari anak desa

  17. Dulu sempat ingin mencicipi untuk membaca berbagai buah fikiran Karl Marx dan konco-konco nya, alhamdulillah tidak kesampaian, karena bisa berdampak pada tergesernya ideologi saya yang kala itu masih labil dan mencari jati diri. 😀

    Anyway om Yodhia.. Tulisan yang renyah dan maknyus (again).

    Saya juga sepakat dengan om Yodhia, lebih menyukai teori nomor 2. Terus kompa semangat anak muda dengan berbagai ilmu maknyus macam ini, Oom!

  18. Yup.. sepakat dengan pak Yodhia, saya juga lebih setuju dengan teori no.2..

    You define your own future.

    Tidak elok rasanya menyalahkan pihak lain, atas kondisi tidak bagus yang kita alami. Biar bagaimanapun, kita sekarang adalah buah hasil dari apa yang kita pikirkan dan lakukan sebelumnya.

  19. Mantap Bang Yodhia,
    sebagai renungan koq incomeku stagnan…
    so harus giat dan gigih untuk increase income

Comments are closed.