Smartphone Culture dan Robohnya Attention Span Kita

Salah satu dampak kelam kultur smartphone itu adalah makin robohnya “attention span” kita.

Attention span maknanya adalah rentang atensi (atau rentang perhatian) kita untuk tekun menyimak sesuatu. Kecakapan ini tak pelak merupakan salah satu kunci skills untuk bisa sukses.

Kenapa? Sebab dengan attention span yang panjang dan mendalam, maka kita akan bisa menjalani sebuah action dengan lebih tekun dan dengan kekuatan fokus yang tinggi.

Sayangnya, kecakapan attention span itu kini pelan-pelan makin dihancurkan oleh kultur smartphone yang kian merebak.

Bukti attention span yang makin buruk itu salah satunya adalah begini. Sering ada status di medsos yang sudah jelas-jelas mencantumkan info harga dalam posternya. Namun ajaibnya, masih tetap ada yang nanya : harganya berapa ya? Saya sering banget menemui kejadian seperti ini. Dan ini amat menyebalkan.

Sejumlah orang menyangka orang yang tetap menanyakan sesuatu meski semua info SUDAH JELAS tercantum dalam poster/caption, adalah karena orang itu malas membaca dengan tuntas dan menyeluruh.

Sejatinya ada penyebab yang lebih fundamental dari sekadar masalah kemalasan. Fenomena itu sesungguhnya merupakan contoh sempurna tentang betapa makin hancurnya attention span para user internet. Artinya : hanya untuk membaca info dengan tuntas saja tidak sanggup. Rentang atensinya makin memburuk, dan enggan menelusuri sebuah info dengan fokus dan penuh ketekunan.

Contoh lain memburuknya attention span adalah ini : acapa sejumlah orang terlalu cepat ambil kesimpulan, padahal mereka belum baca semua isi kalimat atau isi artikel dengan menyeluruh, seksama dan cermat.  Kejadian semacam ini kini sering terjadi, dan ini kembali menujukkan makin robohnya attention span sebagain orang.

Contoh lain lagi tentang menurunnya attention span adalah : anak-anak jaman sekarang mudah bosan untuk membaca artikel panjang dan mendalam (atau apalagi buku tebal yang sangat serius).

Contoh lain lagi adalah betapa kini makin banyak orang yang mudah bosan, cenderung sulit membangun konsentrasi panjang untuk menekuni sesuatu. Alhasil kinerja orang ini juga makin menurun, sebab gagal membangun sebuah fokus yang mendalam dan konsentrasi yang panjang untuk melakukan sesuatu.

Pertanyannya : kenapa kultur smartphone diam-diam membuat attention span kita makin hancur dan kian memburuk?

Jawabannya sederhana : sebab kultur smartphone memang mendorong usernya untuk selalu scroll-scroll ribuan konten yang ada di dalamnya (entah konten medsos, video, media online, olshop) dengan cepat dan bergegas.

Klik ini, klik itu, Tap ini, tap itu. Scroll ini, scroll itu. Begitu terus dilakukan berjam-jam tanpa disadari. Dan kemudian diulangi ratusan hari.

Semua desainer aplikasi smartphone amat paham, semakin mudah kita menikmati konten smartphone, maka semakin ketagihan kita dibuatnya.

Dan semua desainer app smartphone itu paham, kemudahan scroll-scroll dan tap, tap itu akan membuat kita makin nyaman dan makin ketagihan menikmati konten yang ada didalamnya.

Yang amat kelam adalah ini : kemudahan scroll-scroll itu lalu disertai dengan aliran konten yang seolah terus menyerbu kita tanpa henti.

Lalu, otak kita di-brainswash agar terus menikmati jutaan konten itu dengan cepat dan serba bergegas. Otak kita dilatih untuk terus melompat terus dari satu konten ke konten lainnya; tanpa atensi yang mendalam.

Akibatnya sungguh muram : kultur smartphone yang serba melompat dan serba bergegas seperti itu diam-diam sangat sukses menghancurkan attention span yang kita miliki.

Dan akibatnya sungguh konyol : banyak orang yang tetap nyolot nanya sesuatu meski semua sudah tercantum dengan JELAS di depan matanya.

Atau : makin banyak orang yang mudah kehilangan fokus dan sulit membangun ketekunan yang panjang dan mendalam.

Dan kita semua tahu : tanpa kekuatan fokus dan konsentrasi yang panjang, maka kita akan gagal melakukan sebuah action dengan konsisten.

Dan tanpa action yang konsisten, maka masa depan hidup kita akan sangat suram.

So what? Lalu apa solusinya?

Solusi yang paling mudah dan simpel adalah dengan cara mengurangi waktu kita untuk scroll-scroll layar hape.

Acapkali kita menghabiskan waktu terlalu banyak buat scroll-scroll layar hape demi konten yang sering tidak berdampak sama sekali terhadap peningkatan skills dan income Anda.

Cara paling simpel untuk mengurangi waktu scroll-scroll hape adalah ini : menggantikan waktu scroll-scroll hape dengan menjalani hobi atau kesenangan lain yang tidak membutuhkan gadget.

Ada banyak pilihan hobi yang bisa kita lakukan tanpa harus memakai gadget, semisal hobi membaca buku fisik, hobi naik gunung, hobi memelihara burung atau ikan,  hobi berkebun, hobi memasak, hobi merajut, hingga hobi gowes.

Idealnya hobi ini juga murah meriah. Bukan malah menghabiskan biaya seperti hobi membeli sepeda mahal, atau hobi touring dengan menggunakan motor yang mahal harganya.

Contoh hobi yang murah meriah dan terbukti membuat sel saraf otak kita makin fresh antara lain adalah : hobi membaca buku, hobi jalan kaki (dan hampir semua jenis olahraga seperti renang, lari dan yoga), atau juga hobi berkebun.

Anda selayaknya memilih dan menekuni hobi yang tidak perlu gadget. Lalu habiskan akhir pekan Anda untuk menekuni hobi itu. Atau bahkan kita bisa melakukannya setiap hari (seperti hobi membaca buku tiap malam, atau hobi jalan kaki keliling kompleks setiap pagi selepas shalat Subuh).

Studi menunjukkan saat Anda sukses menjalani hobi itu (misal hobi membaca buku atau hobi jalan kaki) sebagai kebiasaan (habit), dan kemudian disiplin melakukannya secara rutin, maka secara otomatis Anda juga akan makin mudah mengurangi scroll-scroll layar hape demi konten yang tidak berfaedah. Anda akan makin mudah mengendalikan diri agar tidak makin terjebak dalam kultur smartphone yang destruktif.

Demikianlah langkah simpel dan praktis agar kita tidak makin tenggelam dalam kultur smartphone yang makin melemahkan kekuatan attention span kita.

Kita selayaknya tidak pernah under-estimate dengan kekuatan attention span. Sebab saat attention span kita makin rapuh, kita akan mudah kehilangan fokus dan makin sulit membangun ketekunan yang panjang dan konsisten.

Dan sekali lagi, tanpa kekuatan ketekunan dan kekuatan fokus, maka masa depan kita bisa tenggelam dalam kenestapaan yang kelam.