Kesalahan Psikologi Investasi yang Malah Bikin Kita Rugi

Psikologi Investasi. Ini aspek yang sejatinya amat penting. Begitu banyak orang yang kadang terjebak dalam blunder investasi yang salah karena terkesima dengan permainan psikologis ingin cepat kaya secara instan. 

Misal blunder karena ikut-ikutan jenis investasi yang lagi hot dan booming, namun ternyata malah bikin rugi. Atau bahkan ikut jenis investasi bodong yang ternyata hanya money game.

Atau mungkin sekedar tidak punya kesabaran sehingga berulangkali melakukan keputusan investasi yang keliru.

Psikologi manusia yang maunya serba instan atau pengin kaya mendadak acapkali membuat pengambilan keputusan investasi menjadi sangat emosional, tidak lagi rasional.

Semua kesalahan psikologis itu terjadi karena acapkali kita fokus pada “short term thinking” (serba ingin cepat tajir). Padahal beragam studi menunjukkan, long term investing akan lebih mampu menghasilkan ROI yang superior.

Kesalahan psikologi investasi ini terjadi karena fenomena “instant gratification instinct” yang ada dalam diri kebanyakan manusia. Fenomena ini intinya mendorong kita manusia untuk segera menikmati hasil secara instan dan cepat.

Kita manusia ini ternyata tidak cakap dalam menunda kesenangan hari ini demi masa depan (atau disebut juga kecakapan delayed gratification skills). Padahal dalam beragam studi, delayed gratification skills ini (atau kesabaran untuk menunda kesenangan yang serba instant) merupakan elemen kunci untuk merajut sukses masa depan. Dalam dunia investasi, kecakapan ini ternyata juga amat penting.

Sayangnya, sebagian manusia tidak bisa melakukan penundaan itu. Mereka maunya ingin menghasilkan hasil secara instan dan cepat. Inilah juga alasan kenapa smartphone amat dicintai para usernya. Kenapa? Sebab scroll-scroll layar hape ini selalu bisa memberikan kenikmatan secara instan (instan gratification). Mau konten apa saja, semua tinggi klik, dan kita bisa terpuaskan secara instan.

Akhirnya mentalitas serba instan a la scroll-scroll layar hape ini juga merembes dalam segi kehidupan lainnya, termasuk dalam perilaku investasi. Saat melakukan investasi, sebagian besar  orang juga mengharapkan hasil secara instan dalam jangka cepat.

Namun sayangnya, mentalitas ingin mendapatkan hasil keuntungan secara cepat ini amat sering justru membuat pelakunya rugi besar. Sebab memang keputusan invetasinya serba dipenuhi nafsu ingin meraih untung dengan cepat dan instan. Ini justru strategi investasi yang keliru.

Karena itu, saat mengambil keputusan investasi hendaknya Anda tidak tergoda pada iming-iming mendapatkan return tinggi secara cepat, atau bermental instan. Sebab sekali lagi, mentalitas semacam ini acakali justu akan membuat Anda mengalami kerugian investasi, dan lalu menyesal kemudian.

Tetapkan tujuan investasi yang jelas, disertai horizon waktunya (idealnya melakukan investasi untuk durasi waktu yang cukup panjang, minimal untuk keperluan 5 tahun ke depan; bukan untuk keuntungan minggu depan atau bulan depan).

Bedakan investasi dengan trading. Disini kita fokus bicara tentang investasi untuk masa depan, dus waktunya lebih panjang. Kita bukan tengah berbincang tentang dunia trading (ini dunia yang butuh topik tersendiri untuk mengulasnya).

Yang suka keliru, banyak orang kemudian memperlakukan prinsip investasi dengan trading yang serba cepat dan berisiko tinggi. Kembali kesalahan ini suka terjadi karena sejumlah orang mudah terjebak pada psikologi ingin kaya mendadak.

Jikalau Anda sudah menetapkan tujuan investasi yang jelas, dan juga dengan horizon waktu yang jelas (misal mau melakukan investasi saham untuk jangka 10 tahun), maka sebaiknya Anda fokus pada tujuan itu, dan lalu duduk tenang. Tidak usah kemudin cek harga tiap minggu, atau bahkan tiap hari. Ini aktivitas yang useless yang acap malah merugikan.

Ada sebuah studi menarik yang menyebut bahwa semakin sering Anda cek harga aset investasi Anda (misal saham atau reksadana), maka kinerja investasi Anda malah akan makin buruk (Barber, the Behavior of Individual Investors, 2011).

Kenapa begitu? Sebab dengan semakin sering melihat pergerakan harga dan beragam analisa ekonomi harian yang amat bising (sarat noises), maka psikologi emosi Anda akan mudah terpengaruh – dan seringkali akan membuat Anda mengambil keputusan investasi yang berbasis emosi sesaat (bukan rational and long term thinking).

Itulah kenapa saat melakukan investasi (utamanya jika investasi emas, saham atau reksadana), langkah terbaik adalah fokus pada dimensi jangka panjang, dan bukan memburu keuntungan sesaat yang spekulatif, dan kemudian : hindarkan diri dari aneka informasi “produk investasi heboh” yang lebih banyak merugikan diri kita.

Metode investasi yang sudah teruji ternyata pola mirip seperti ini. Pertama, tetapkan instrumen investasi apa yang ingin kita beli. Misal emas, saham dari blue chip companies, atau reksadana berbasis indeks (ini jenis reksadana yang mengacu pada pergerakan IHSG; dan terbukti lebih superior kinerjanya dibanding ratusan merk reksadana saham yang banyak dijual di pasar).

Setelah itu, rutin tiap awal bulan, misal tanggal 5, lakukan investasi dengan jumlah yang relatif sama. Kalau bisa otomatis di-debet dari saldo tabungan kita (jadi auto debet investment). Lakukan ini secara disiplin dan konsisten hingga bertahun-tahun lamanya. Tidak perlu peduli harga naik atau turun. Tidak usah melakukan “marketing timing” (atau sok mencoba menebak arah pasar, yang ternyata terbukti secara ilmiah tidak pernah menghasilkan kinerja bagus). Tidak perlu juga tergoda aneka kebisingan berita tentang model investasi yang lagi booming. Lupakan semua blah-blah ini.

Pola investasi yang simpel dan “old style” semacam itu ternyata terbukti lebih memberikan hasil yang memuaskan dalam jangka panjang. ‘

So, start investing now. Lakukan dengan konsisten. Demi masa depan yang lebih cemerlang.