Doni Salmanan, Indra Kenz dan Masa Depan Investasi Kita 

Beberapa waktu lalu, dua affiliator trading berbasis binary option yakni Doni King Salmanan dan Indra Kenz ditangkap polisi, karena kegiatan investasi ilegal yang mereka lakukan. Dalam prosesnya, mereka sukses meraup ratusan milyar uang dari para korban investor bodong yang mereka promosikan.

Dengan uang ratusan milyar inilah, kemudian dua orang itu menjadi kaya mendadak, dan sering memamerkan kekayaannya demi menjerat para korban baru.

Doni Salmanan dan Indra Kenz mungkin amat paham, alat pemasaran yang paling ampuh untuk menjerat calon pelanggannya adalah dengan memamerkan harta dan koleksi mobilnya yang mewah dan melimpah.

Terbukti metode pemasaran tersebut sangat efektif untuk menjerat ribuan korban, dan menyedot ratusan milyar dari mereka. Uang ratusan miliar ini mungkin merupakan tabungan atau dana dari hasil jual rumah para korbannya, yang kini hanya bisa menangis meratapi kerugiannya.

Lalu apa pelajaran yang bisa dipetik dari kasus ini bagi masa depan investasi kita?

Berikut tiga keping pelajaran berharga yang bisa kita ringkus dari hasil perampokan rarusan miliyar yang amat mencengangkan ini (amat mencengangkan, sebab korbannya justru dengan senang hati menyetor uangnya kepara para perampok berkedok investasi abal-abal).

Pelajaran #1 : Mentalitas Ingin Kaya Cepat adalah Racun yang Amat Mematikan

Ribuan korban King Salmanan dan Indra Kenz dengan senang hati uangnya dirampok hingga ratusan milyar, sebab semuanya sakau. Kesadaran otak para korban ini telah terjebak dalam mentalitas yang amat mematikan : yakni mentalitas ingin kaya secara instan tanpa kerja keras.

Mentalitas ingin kaya secara instan membuat mereka tidak bisa berpikir secara rasional dan jernih. Yang ada dalam pikirannya hanya satu : bulan depan uang saya akan berlipat ganda, dan bulan depannya, akan naik lagi tiga kali lipat.

Begitu banyak orang terjebak investasi bodong karena akal sehatnya roboh dibunuh oleh racun yang amat mematikan yakni mentalitas ingin kaya secara instan.

Ini pelajaran kunci yang layak dipetik bagi masa depan investasi kita. Kalau ingin sukses melakukan investasi, kita JUSTRU harus membuang nafsu ingin kaya mendadak. Saat kita bisa membuang nafsu kaya mendadak, dan mau sabar menjalani proses investasi yang panjang, maka kita justru akan sukses kaya dengan pelan-pelan.

Pelajaran #2 : Literasi Finansial yang Termehek-mehek

Selain akal sehatnya mati dibunuh racun ingin kaya secara instan, maka ribuan orang mudah terjebak dalam investasi abal-abal karena pemahaman keuangannya memang masih termehek-mehek. Wabil khusus dalam hal pemahaman risiko investasi.

Dalam jagat investasi itu ada dikenal prinsip bernama risk vs return. Artinya saat kita ingin imbal hasil yang tinggi (naik dua kali lipat dalam sebulan !!), maka risiko kehilangan uang juga pasti sangat tinggi. Prinsip ini bersifat mutlak, jadi tidak beda dengan formula 5 + 5 = 10.

Jika paham dengan prinsip risiko tersebut, maka seharusnya seseorang berpikir 1000 kali sebelum join penawaran investasi yang penuh janji menggiurkan.

Sayangnya, banyak orang tidak paham prinsip risk vs return tersebut. Kenapa belum paham? Mungkin karena memang selama ini malas mempelajari atau baca informasi tentang prinsip investasi yang aman (maunya hanya baca info abal-abal atau berita dangkal). Atau mungkin juga proses edukasi keuangan yang belum berhasil sehingga jutaan orang tidak menyadari prinsip risiko ini.

Jika kita ingin masa depan investasi kita aman, dan tidak terjungkal dalam lembah kebangkrutan yang penuh duka, maka kita mesti mengenang prinsip risk vs return ini. Saat kita mau investasi, perhatikan potensi return vs risiko kerugian yang menghadang.  Apakah potensi return sebanding dengan level risiko yang ada?

Pelajaran #3 : Kinerja OJK yang Masih Rada Mengecewakan

Kasus Doni Salmanan dan Indra Kenz ini sejatinya hanya satu dari ribuan kasus serupa, yakni investasi bodong. Modus, format dan modelnya bisa beragam, tapi semuanya sama yakni : merampok uang korban dengan dalih investasi abal-abal. Kasus ini tidak hanya terjadi di Jakarta dan Surabaya, namun di berbagai pelosok kota, kecamatan dan desa, di seluruh penjuru Indonesia.

Apa artinya? Artinya cukup jelas : proses edukasi literasi keuangan OJK masih amat jauh dari harapan. Sesungguhnya mereka punya anggaran yang melimpah (dengan gaji pegawai yang super mahal). Namun mungkin karena mentalitas khas birokrat yang tidak kreatif, maka efektivitas program kampanye edukasi keuangannya masih mengecewakan. Sejauh ini, kita jarang melihat program kampanye edukasi keuangan yang nendang dari OJK.

Dibutuhkan kreativitas dan strategi komunikasi yang jenius untuk mendidik jutaan masyarakat tentang prinsip investasi yang bagus. Namun sayangnya, para birokrat di OJK (dan juga banyak kementerian lain di tanah air) tidak memiliki itu. Kultur birkorasi yang lamban biasanya membuat kreativitas macet dan mati terkapar.

Akibatnya kelam : jutaan rakyat dibiarkan bodoh ilmu investasinya; dan akhirnya mereka menjadi mangsa empuk bagi para operator investor bodong di tanah air.

Sesungguhnya, setiap aparat OJK (khususnya di bagian edukasi literasi keuangan) layak ikut menanggung beban dosa, setiap kali ada berita tabungan orang-orang terkuras habis lantaran terjebak investasi bodong.

Kegagalan OJK dalam melakukan edukasi literasi keuangan secara masif, sistematis dan kreatif, telah membuat begitu banyak orang mudah menjadi korban investasi abal-abal, dan lalu terpuruk dalam lembah kerugian yang penuh ratapan kepiluan.

DEMIKIANLAH, tiga keping pelajaran investasi berharga yang layak kita petik dari fenomena kasus Doni King Salmanan dan Indra Kenz.

Semoga investasi Anda selalu tumbuh dengan barokah dan sukses membuat Anda kaya secara perlahan-lahan.